Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 85A. Disuruh Datang

Share

Bab 85A. Disuruh Datang

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2025-01-15 14:31:45

Sepanjang jalan pulang, Evan memikirkan keberadaan Nida di rumah keluarga Daniel Bragastara.

"Apa mungkin Papa akan mengajak Nida tinggal bersama kami?" tanya Evan pada diri sendiri. Ia menghela napas berat. Jika Yuda mengajak Nida tinggal ke rumahnya, sama halnya menabur garam pada luka mamahnya. Evan tidak akan membiarkan Nida tinggal bersama mereka. Akan tetapi, jika Evan melarang, kasihan Nida. Walau bagaimana pun, Nida darah daging Yuda apalagi mereka bertahun-tahun berpisah.

"Ya Allah, kenapa jadi rumit begini? Aku harus bagaimana? Aku takut kalau papah membawa pulang Nida ke rumah. Bagaimana perasaan mamah?"

Pikiran Evan benar-benar berkecamuk. Dia tidak ingin kebahagiaan keluarganya yang dirasakan, harus hancur hanya karena kedatangan Nida. Semoga saja Bianca mau menyampaikan pesannya untuk Daniel agar Nida tinggal di sana saja.

Sampai di rumah, Evan mencari keberadaan mamahnya. Langkah kaki Evan terhenti, melihat Gita baru keluar dari kamar, pakaiannya terlihat mau pergi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 407. Menutup Mata

    "Eh, ngapain kamu masih di sini? Pulang sana!" Axel tiba-tiba muncul. Mengusir adiknya yang tengah ngobrol asik dengan Gilang. "Apaan sih? main ngusir orang aja. Kakak juga enggak pulang. Kalau kamu pulang, aku pulang," tandas Alea bersidekap. Axel menggelengkan kepala sambil berujar, "Terserah!"Axel menghampiri Ferry yang tengah melayani salah satu pengunjung. Alea menelisik Axel yang berbincang serius dengan ayah kandung Rina. "Bang, Bang Gilang?""Hm?""Kak Axel jadian ya sama si Rina?" tanya Alea setengah berbisik. "Rina? Rina siapa?" telisik Gilang menatap lekat Alea yang tengah memerhatikan Axel dan Ferry. "Rina anaknya pak Ferry. Emang Abang enggak kenal?""Oohh ... kenal. Beberapa kali Rina datang ke sini. Kayaknya Axel enggak ada hubungan apa-apa sama Rina. Cuma temenan aja. Axel lebih sering cerita Cassandra dari pada Rina.""Ooohh ...." Terlihat Axel berjalan ke arah Alea. Gadis itu membalikkan badan, menghadap Gilang dan menyeruput kopi hingga tandas. Axel masuk ke

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 406. Lama, Bang

    "Ini kopinya gadis cantik."Giliran Gilang yang memuji Alea. Bibirnya menyunggingkan senyum melihat tingkah gadis SMA itu. "Mamacih Abang ganteng."Gilang terkekeh menggelengkan kepala. Memerhatikan Alea yang menyeruput kopi dengan hati-hati. "Manis enggak kopinya?" "Banget. Mirip sama yang bikinnya. Ma-nis!""Hahahaha ... bisa aja kamu, Lea. Ngomong-ngomong, tumben amat enggak pulang ke rumah dulu. Nanti kalau mama kamu tau, bisa dimarahin kamu!" kata Gilang mengalihkan pembicaraan. Ia tidak mau terlalu jauh bercanda dengan Alea. Baginya, Alea sudah dianggap selayak adik sendiri. Alea meletakkan secangkir kopi di hadapan, bibirnya mengerucut. "Sekarang aku lagi enggak betah tinggal di rumah, Bang. Enggak nyaman, enggak sebahagia dulu lagi."Keluhan Alea sama persis yang diceritakan Axel pada Gilang. Lelaki itu menghela napas berat, duduk di bangku minibar, dan menatap lekat gadis berseragam SMA . "Sabar ... mungkin ini jadi salah satu ujian buat kamu dan Axel.""Emang kak Axel

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 405. Bisa Jadi

    "Lea, aku mohon jangan marah. Kalau kamu enggak punya perasaan yang sama denganku, enggak apa-apa, Lea. Aku cuma ingin jujur aja. Apapun jawabanmu aku akan terima." Melihat reaksi Alea, Arfan secepatnya memberi penjelasan. Ia tak ingin gadis yang dicintainya itu menghindar ketika mendengar ungkapan hati. Namun, jika Arfan tidak mengungkapkan sekarang, dia tak bisa tenang. "Sorry, Fan. Aku enggak ada pikiran ke arah sana. Aku pengen fokus ke pendidikan dulu. Kalau kamu pengen sahabatan sama aku, ya enggak apa-apa. Tapi hanya sebatas itu. Enggak lebih." Setenang mungkin Alea memberi jawaban atas ungkapan hati Arfan. Lelaki itu menghela napas berat, Mengusap tengkuk, menganggukkan kepala. "Sorry," ucap Alea pelan. Arfan tersenyum, menganggukkan kepala. "Its, oke. Enggak apa-apa. Aku ngerti, Lea. Ya sudah aku cuma mau ngomong itu aja. Tapi, Lea .... ""Tapi apa?" "Kita masih bisa sahabatan 'kan?" Arfan meyakinkan. Meringis menunggu jawaban Alea. "Iya masih. Tapi hanya sekadar sahabat

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 404. Mengungkapkan

    Nida enggan menanggapi ucapan Bianca. Ia tak mau berdebat di depan orang banyak. Membiarkan Bianca dalam egonya. Haifa yang duduk di samping Nida, hanya menoleh sekilas. Kemudian, fokus kembali ke meeting selanjutnya. Haifa tahu perasaan Nida saat ini. Ia hanya berusaha menjaga harga diri dan wibawa Bianca di depan karyawan lain. Kasihan Nida, selalu saja mengalah pada wanita yang telah merawat dan membesarkan Axel dan Alea itu. Usai meeting, Nida sengaja tak langsung keluar ruangan. Ia ingin bicara empat mata dengan Bianca. Evan dan Haifa mengerti, kedua orang itu keluar membiarkan Nida dan Bianca berbicara. "Aku akan tetap membawa keluarga Pak Ferry," ucap Nida bersikeras mengajak keluarga itu ke Bandung. "Enggak bisa, Nida. Tadi udah aku putuskan. Kamu enggak boleh ----""Kaaak!" sela Nida kesal. Kalimat Bianca terpotong. Sorot mata Nida begitu menghujam Bianca. "Itu urusanku. Kakak jangan ikut campur! Yang penting, aku bisa kelola cabang perusahaan kita. Please lah, Kak. Jangan

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 403. Tidak diberi Izin

    "Bukan begitu, Mbak. Justru aku ngerasa gak enak hati kalau ikut pindah ke Bandung. Nanti malah ngerepotin Mbak," jelas Haifa tak ingin Nida salah paham. "Enggak ngerepotin, Haifa. Adanya kamu di sini, di dekat aku, sangat membantuku. Tapi aku juga belum ambil keputusan kapan pindahnya. Kamu kan tau, sekarang Mbak lagi proses sidang cerai. Mungkin kalau urusanku dengan mas Hanif udah selesai, barulah pindah ke Bandung. Menurutmu bagaimana?"Sengaja Nida meminta pendapat Haifa. Tujuannya agar Haifa merasa dibutuhkan. Nida yang duduk di balik kemudi menoleh sekilas. Melihat Haifa yang tampak berpikir. "Aku sih ikut apa kata Mbak saja. Tapi, baiknya memang setelah urusan perceraian Mbak dengan mas Hanif selesai, barulah kita pindah. Oh ya, Mbak. Nasib rumah tanggaku gimana? Aku juga ingin gugat cerai mas Rangga. Aku udah enggak mau berurusan dengan lelaki mokondo itu." Giliran Haifa yang meminta pendapat pada Nida. Haifa benar-benar ingin terlepas dari lelaki hidung belang macam Rangga

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 402. Rencana Pindah

    Pagi hari di paviliun.Tina mengendap-endap masuk ke dalam kamar anak semata wayangnya. Ia berniat mengembalikan handphone Rina di laci meja rias. Kebetulan saat itu, Rina masih di dalam toilet. Setelah memasukkan handphone Rina ke dalam laci meja rias, Tina bergegas keluar kamar. Ia tak ingin kepergok putrinya. "Udah disimpan, Sayang?" Ferry bertanya ketika Tina ke ruang makan. Jam menunjukkan pukul lima lewat tiga puluh menit. Masih pagi buta. Sebelumnya Tina sudah menyiapkan nsarapan untuk Nida, Haifa dan Rafasya. Setelah rapi, barulah menyiapkan sarapan untuk Rina dan Ferry. "Sudah, Mas," jawab Tina sambil menyendokkan nasi ke atas piring serta lauk pauk, lalu disodorkan ke depan sang suami. "Aku berharap, Rina enggak deket lagi dengan Axel. "Iya, Mas."Setelah itu, tak ada lagi yang bicara. Kedua orang tua Rina menyantap sarapan lebih dulu, tidak menunggu anaknya datang. Selang beberapa menit, suara Rina terdengar riang. "Ibu, Ayah, lihat ini!"Rina datang ke ruang makan,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status