“Shit, kenapa dia di sini juga?”Dengan cepat Angkasa memalingkan wajahnya tapi sepertinya tidak begitu cepat karena Henni berhasil menangkap tatapan mata Angkasa. Kaila yang menyadari tingkah aneh Angkasa yang tiba-tiba memalingkan wajahnya ke arahnya, menatap pemuda itu dengan bingung. “Lo kenapa?” tanyanya. “Mantan gue ada di sini,” bisiknya karena jarak mereka berdua cukup dekat, tapi ternyata sang gadis masih tidak bisa mendengar. “Apa?!” ulang Kaila dan mendekatkan wajahnya. “Mantan. Gue. Ada. Di. Sini.” Angkasa menekankan tiap kalimatnya persis di telinga Kaila. Tepat ketika Kaila mendengar apa yang dikatakan oleh Angkasa, gadis yang menjadi pembicaraan mereka mendatangi mereka berdua dengan gurat wajah yang penasaran. Dia menatap Kaila dari ujung kepala ke ujung kaki dan Kaila juga melakukan sebaliknya. Gadis itu sedang menilainya, jadi ia juga ikut menilainya. Henni mengenakan dress selutut dengan lengan pendek, hampir tak berlengan tapi masih mending dibanding Kaila.
“Can I taste it?”Telunjuk Kaila masih berada di bibir Angkasa dengan pemuda itu yang hanya bisa terdiam mendengar pertanyaan dari Kaila. Kesadaran Kaila hampir hilang tapi ia malah memajukan wajahnya, dan tanpa menunggu balasan dari Angkasa. Ia menempelkan bibirnya dengan bibir pemuda yang ada di depannya saat ini. Angkasa tidak bergerak seinci pun, dia mematung dan menatap mata Kaila yang terpejam. Ini bukan ciuman, tapi hanya kecupan karena bibir mereka hanya menempel selama beberapa detik dan kemudian Kaila tertidur di pundak Angkasa.Angkasa masih diam di tempatnya. Dia menghela napas dan melihat Kaila yang sudah tertidur dengan kepalanya yang bersandar di pundak Angkasa. “Damn Kai,” ujarnya kemudian. Lalu dia membenarkan posisi Kaila. Ia menatap Kaila yang sedang ditutupi oleh jaketnya. Tangannya bergerak dan merapikan rambut gadis itu. “Cantik,” ucapnya pelan.---Kaila terbangun karena merasakan sinar matahari yang sangat panas menembus kaca jendela kamarnya.Ia m
“Sa, kita rapat di mana?” Angkasa menoleh dan mendapati Angga, teman satu organisasinya yang menjabat sebagai Wakil Ketua BEM.Hari ini hari minggu, tapi Angkasa masih sibuk dengan kegiatan organisasinya karena sebentar lagi akan ada perlombaan besar yang diadakan oleh Universitas mereka dan akan mengundang banyak universitas lainnya. Kampus mereka sebagai tuan rumah, tentu saja banyak yang harus mereka persiapkan. Sebenarnya, persiapannya sudah dimulai dua bulan lalu. Angkasa pergi ke tiap-tiap fakultas juga mensosialisasikan hal itu serta turun tangan dalam merekrut pemain-pemain nantinya. Memberikan penjelasan pada Ketua BEM pada masing-masing Fakultas. Biasanya mereka akan rapat di kampus, kecuali hari minggu. Kalau hari minggu, biasanya mereka akan rapat di kafe, karena yang rapat hanya anggota inti saja. Angkasa menatap jam yang tertempel di dinding apartemen mereka. Jam menunjukkan pukul tiga sore.“Nanti lokasinya gue share,” ujarnya menjawab pertanyaan dari Angga.
Tamparan itu luar biasa keras.Kaila merasakan pipinya memanas karena tamparan yang baru saja dilayangkan oleh Hina. Dia memegang pipi kirinya dan merasakan sakit yang luar biasa menjalar di seluruh wajahnya. Popi berdiri mendekat, begitu juga Bang Yansa yang segera menghalangi Hina. Dia berdiri di depan Kaila dan menatap Hina tajam. Bukan hanya mereka, tapi pelanggan lain juga ikut ribut, bahkan Angkasa yang ada di dalam ruangan juga ikut mendengar kekacauan yang sedang terjadi di sana. “Lo jangan bicara sembarangan! Dasar anak simpanan!” teriak Hina.Kaila merasakan deru napasnya yang semakin berat dan cepat. Hina dan Nura adalah teman satu sekolahnya. Ah, bukan teman. Kaila tidak punya teman seorang pun ketika SMA, dia selalu dijauhi oleh orang-orang. Bahkan pacarnya juga meninggalkannya ketika ia tahu kalau Mama dan Papa Kaila tidak ada yang benar. Ia terkenal dengan sebutan anak simpanan dan anak tukang selingkuh. Tidak ada yang baik yang terjadi dalam hidup Kaila.
Angkasa baru saja masuk ke apartemennya tapi sudah disambut dengan teriakan dari Kaila. “Mama pernah gak sih mikirin perasaan aku?!” teriak gadis itu sedikit frustrasi di dalam kamar. Angkasa terdiam. Dia bahkan berhenti melangkah dan bergerak. Tangannya di dinding dan dia baru saja hendak melepas sepatunya, tapi berhenti karena mendengar teriakan kecil dari Kaila.“Mulai sekarang Mama bisa ngelakuin apa aja, aku gak peduli. Mama bisa jadi simpenan tiga om sekaligus aku juga gak peduli, tapi please jangan seret aku. Aku gak mau. Aku udah pergi dari rumah dan Mama yang ngusir, jadi aku mohon... jangan ganggu aku lagi.”Angkasa bisa mendengar kalau suara gadis itu bergetar. “Jangan bikin aku benci sama Mama,” ujar Kaila menangis. “Jangan bikin aku benci dunia hanya karena Mama, Papa, dan Kak Eric.” Angkasa masih berdiri diam di tempatnya. Tatapannya fokus ke pintu kamar Kaila yang tertutup rapat. Dia tidak tahu persis bagaimana rasanya, tapi ia ikut sakit hati mendengarnya. Me
“Gue kacau banget ya, Sa.”Kaila tertawa pelan, menertawakan hidupnya yang begini. Angkasa menggeleng. “Gak kok, gak ada yang kacau dari lo,” balas Angkasa.Kaila tidak berujar lagi, ia memilih untuk memakan habis burgernya. Angkasa juga tidak mengatakan apa-apa lagi setelah itu. Mereka berdua kembali hening, sibuk dengan pikiran masing-masing. “Gue mau dijodohin sama om-om,” ujar Kaila tiba-tiba. “Om Erga namanya.”Angkasa diam. Dia tahu kalau Kaila masih ingin berbicara.“Gue pernah sekali ketemu dia karena cowok Mama temenan sama dia, jadi dia pernah main ke rumah. Dan..” Kaila tertawa getir. “Sa, Mama gue mau nikahin gue sama om-om yang umurnya udah 50 tahun. Lucu banget gak sih?” ujarnya tertawa, tapi air matanya tidak bisa bohong.Air matanya berkumpul di pelupuk mata, membuat penglihatannya menjadi tidak jelas karena air yang menggenang dan kalau Kaila berkedip satu kali saja, air mata itu akan jatuh.Angkasa mengulurkan tangannya dan memegang tangan Kaila. Ia men
“Gue denger-denger, tadi pagi dia ke kampus bareng Kak Asa.”“Iya ih, heboh banget tadi.”Sedari tadi Kaila mendengar orang-orang terus saja membahas kejadian tadi pagi. Ini sudah jam satu siang tapi berita itu semakin hangat saja. Hah, Angkasa memang benar-benar ya.Ponselnya bergetar. Satu buah pesan dari Angkasa. From: apartmateDi fakultas gue gosipnya udah nyebar haha di fakultas lo gimana?Kaila sungguh tidak mengerti apa yang sedang Angkasa pikirkan. Bukankah dia yang tidak ingin terlibat dan tidak ingin orang-orang tahu? Tapi kenapa sekarang dia malah seperti ini. Kalau begini terus, orang-orang juga bisa tahu kalau mereka berbagi apartemen. Kalau ketahuan, Angkasa juga yang rugi. Omong-omong, mereka sudah punya nomor satu sama lain sejak semalam. Ya, ketika Kai mulai bercerita. Dia juga tidak mengerti kenapa tiba-tiba dia bercerita dengan Angkasa. “Emang Kak Asa kenal dia di mana dah?” tanya seorang gadis pada gadis yang lainnya. Kaila memutar bola matanya malas.
Kaila berhenti tepat di depan Angkasa dan orang itu. Dia menatap Angkasa dan pemuda itu memberikan kode lewat mata. Kaila tidak sepenuhnya mengerti, tapi cukup mengerti untuk menyadari kalau kode itu adalah kode menyuruh Kaila pergi. Untuk menghindari kecurigaan, Kaila bukannya kembali turun tapi dia masuk lift dan memencet sembarang lantai. Dia tidak tahu siapa gadis itu, kemungkinan pacarnya Angkasa atau mantannya lagi. Kaila ada di lantai sembilan saat ini, sedangkan apartemen mereka ada di lantai enam. Dia tadi sengaja naik tangga karena ingin saja. Ia keluar dari lift dan melihat tidak ada orang di sana. Lagi pula mau bagaimana lagi, semua orang juga pasti akan ada di apartemennya. Ia melihat ke sekeliling dan berjalan menyusuri koridor. Dia baru menyadari kalau tiap lantai hanya ada enam apartemen. Selang lima menit kemudian. Kaila mendapat satu buah pesan dari Angkasa. From: apartmate Lo udah bisa ke bawah, tapi gue keluar dulu bentar Setelah mem