Jantung Amanda berdegup semakin cepat, dia benar-benar khawatir sekaligus bertanya-tanya siapa yang meneleponnya itu. Namun, dengan berani Amanda menimpali perkataan wanita yang ada di seberang itu.
“Ha-Hallo? Ini siapa ya?” tanya Amanda pada penelepon di seberang sana.
[“Aku tidak butuh bicara denganmu. Katakan saja di mana kekasihku,”] tegas wanita di seberang sana yang sontak membuat hati Amanda tersentak.
Kekasih? Wanita yang menelepon Ryan adalah kekasihnya? Hati Amanda benar-benar dihujam ribuan duri, dia tak pernah menduga jika Ryan memiliki kekasih padahal sudah memiliki istri dirinya. Amanda ingin menangis, hatinya begitu perih mengetahui fakta menyakitkan itu. Tetapi, dia mencoba tegar dengan semua yang terjadi.
“Apakah kamu tidak dengar? Saya sudah mengatakan jika Mas Ryan sedang tidur, dia tidak bisa diganggu,” tegas Amanda yang sontak memantik amarah pada wanita di seberang sana.
[“Cih! Kamu membentakku? Berani-beraninya kamu membentakku. Dengar, kamu itu tidak sepadan denganku, kamu itu hanya memilikinya secara formalitas, tetapi kamu tak akan pernah mendapatkan hatinya. Jadi jangan sok mengatakan dengan lembut kalau kamu itu istrinya,”] ujar wanita di seberang.
Perkataan wanita di seberang sana membuat hati Amanda runyam, wanita itu begitu kesal dengan apa yang dia dengar. Dia tak terima dengan perkataan wanita itu.
“Saya memiliki hak atas suami saya, dan saya tidak akan membiarkan suami saya bersama kamu,” tegas Amanda dengan berani seraya menekan setiap kata yang dia ucapkan.
[“Huh! Berani sekali kamu mengatakan seperti itu kepadaku. Perlu kamu tahu, bahwa Ryan sudah menjadi milikku dan dia tak akan pernah menjadi milikmu karena dia mencintaiku dan tidak mencintaimu. Camkan itu!”] tegas wanita yang ada di seberang sana.
Lagi-lagi hati Amanda dihujam perkataan wanita yang ada di seberang sana. Amanda mengepalkan tangannya kesal.
"Saya tahu saat ini suami saya tidak mencintai saya. Tetapi mungkin suatu saat nanti akan cinta kepada saya," tegasnya dengan penuh penakanan.
"Siapa bilang?" tanya Ryan tiba-tiba yang membuat Amanda tersentak secara langsung, sampai membalikan tubuhnya menatap Ryan yang baru bangun itu. Ryan bahkan bersedekap dada dengan kilatan tak suka di manik legamnya.
"Siapa bilang aku akan cinta kepadamu? Ha? Sok tahu kamu. Dan siapa suruh kamu mengambil ponselku tanpa izin bahkan kamu sampai mengangkat teleponku tanpa izin? Siapa suruh Amanda? Ha?" Laki-laki itu mendekat ke arah Amanda dan menjambak rambut Amanda dengan kuat membuat wanita itu kesakitan seraya mendongak menatap langit-langit kamarnya. Sedangkan tangan kiri Ryan mengambil ponsel miliknya yang ada di tangan Amanda. Sejenak, Ryan melihat peneleponnya, dan dia melihat Anasthasya, kekasihnya yang menelepon.
"Kamu mengangkat telepon seseorang yang aku cintai, Amanda. Dan aku sama sekali tak pernah mengzinkanmu. Kamu lancang, Amanda. Lancang! Kamu patut diberi hukuman, karena kamu sudah menyentuh barangku tanpa izin, kamu sudah berbicara dengan wanitaku tanpa izin, bahkan mengatakan hal jijik jika aku akan mencintaimu. Stop mengatakan hal itu, Amanda. Aku muak mendengarnya,” tegas Ryan, bahkan laki-laki itu sampai meninggikan suaranya. Dia benar-benara tak suka miliknya, apa pun itu disentuh.
Amanda yang mendengar semua perkataan Ryan itu semakin tersayat-sayat, dia begitu kesal, dia kesakitan apalagi Ryan menjambak rambutnya dengan kuat. "Sa--sakit, Mas! Lepas! A--aku minta maaf," ujar Amanda dengan kesakitan.
"Ingat ya Amanda, wanita yang aku cintai itu yang meneleponku ini dan aku tidak akan pernah mencintai kamu,” tegas Rian kemudian melepaskan tarikannya dari rambut Amanda.
Amanda terhuyung ketika cengkeraman rambutnya itu dilepas begitu saja oleh Ryan. Dia juga segera mengusap air matanya yang berlinang. Amanda berusaha tegar dengan semua yang Ryan lakukan kepadanya, meski hatinya begitu rapuh.
Kini pikiran Amanda diisi oleh suara wanita yang menelepon Ryan. Amanda tak begitu asing dengan suara wanita yang menelepon suaminya itu. Tetapi dia tak tahu siapa wanita itu.
“Aku ingin bertemu dengan wanita simpananmu itu, Mas. Aku ingin tahu siapa dia,” celetuk Amanda dengan berani.
“Huh? Untuk apa kamu perlu tahu siapa dan bagaimana dia? Jelas dia lebih cantik daripada kamu,” timpal Ryan sinis seraya menatap remah Amanda.
“Hmm… tetapi tidak apa-apa, kamu harus tahu bagaimana dia, agar kamu tahu diri dan mengaca jika kamu memang bukan wanita yang tepat untukku, karena kamu tak sepadan dengannya,” putus Ryan seraya menyunggingkan senyumnya remeh.
Pagi-paginya, Amanda dibuat tak tenang dengan ancaman Ryan kemarin siang, bahwa Ryan akan membuat dirinya terkejut ketika bertemu dengan wanita simpanan Ryan. Di sisi lain, Amanda juga penasaran apa yang akan dilakukan Ryan kepadanya. Dia juga ingin tahu siapa wanita yang dicintai sekaligus wanita yang menjadi simpanan Ryan itu. Amanda yakin sekali jika wanita simpanan Ryan itu begitu cantik, bahkan sampai Ryan saja memuja wanitanya, berbeda sekali dengan dia yang lekuk tubuh saja tak punya, karena tertutup lemak tubuh. Terkadang, Amanda berpikir bahwa salah satu yang membuat Ryan tak menyukainya karena dia sama sekali tak seperti wanita impiannya, yang memiliki wajah cantik rupawan dan berkulit mulus kuning langsat. Amanda jauh dari kata impian wanita Ryan, kadang dia ingin merubah fisiknya sampai dia berhasil membuat Ryan jatuh cinta kepadanya.Amanda mengenakan coat hitamnya, lantas dia melangangkahkan kakinya menuju keluar kediamannya. Wanita itu sudah siap ke kantor
Suara yang tampak dikenal oleh Ryan itu pun sontak membuat Ryan tersadar, dia bahkan sampai membuka manik legamnya. Dia masih berpagutan dengan Anasthasa, di sela-sela pagutannya itu senyumanya terkembang dan menatap Anasthasapenuh gelagat mesra. Lantas, laki-laki itu menyudahi lumatannya. "Ah..." Laki-laki itu mengembuskan napasnya perlahan, begitu juga dengan Anasthasa. Tetapi Anasthasamasih berada di pangkuan Ryan, dia juga masih belum menunjukan wajahnya. Wanita itu juga masih memeluk Ryan dengan mesra. "Kamu sudah datang rupanya? Bagaimana pertunjukannya? Apakah kurang? Apakah aku perlu melumat bibir wanita ini lagi?" tanya Ryan dengan tanpa memperhitungkan bagaimana istrinya sendiri itu. "Kamu tega sekali denganku, Mas. Kamu tega melumat bibir wanita itu yang sama sekali tidak memiliki hubungan denganmu. Tetapi aku istrimu, Mas. Aku istrimu. Dan kamu malah mempertontonkan hal menjijikan itu di hadapanku?" tanya Amanda dengan kesal, bahkan wanita i
"Lepaskan saja Ryan kepadaku, Amanda! Percuma kamu meminta Ryan untuk mencintaimu, karena Ryan tidak akan pernah jatuh cinta kepadamu," tegas Anasthasya dengan penuh perintah.Amanda masih tak bergeming, dia masih terpukul dengan segala kenyataan pahit yang diterimanya. Dia tak mungkin melepaskan Ryan tetapi dia juga sulit baginya untuk memiliki Ryan sepenuhnya.“Jika kamu memintaku untuk melepaskan Mas Ryan, aku tetap tidak akan melepaskannya, karena dia adalah suamiku. Tetapi saku sadar diri karena Ryan mencintaiku. Maka dari itu, aku ingin membuat kesepakatan denganmu,” ujar Amanda dengan berani menyuarakan ide gilanya.“Apa maksudmu kesepakatan?” tanya Anasthasya penasaran. Bagaimanapun juga, wanita itu penasaran dengan penawaran yang dibuat Amanda, tetapi dia juga kesal karena Amanda sama sekali tidak mau melepaskan Ryan yang jelas-jelas tidak mencintai Amanda.“Aku akan berbagi suamik
Kesepakatan Amanda sudah diterima oleh Anasthasya. Amanda sudah memutuskan, bahwa dia mau tak mau harus merelakan Ryan dengan wanita yang dicintainya, dengan wanita simpanannya, meskipun hatinya begitu berat dengan melepas dan merelakan Ryan. Tetapi hanya itulah yang dia lakukan, karena bagaimanapun juga dia merasa menikah dengan seseorang yang tidak dicintai akan membuat hati seseorang itu terluka, termasuk Ryan. "Omong-omong kamu sudah membuat kesepakatan denganku bukan jika ingin membagi Ryan denganku. Tetapi apakah kamu rela jika Ryan bersamaku? Termasuk jika Ryan memiliki anak dariku?" tanya Anasthasya beruntun. Bagaimanapun juga, Anasthasya masih tak percaya dengan apa yang dia dengar itu, dia tak percaya jika Amanda melepaskan Ryan begitu saja untuknya. "Aku rela, Anasthasya. Aku menyerahkan Ryan untukmu. Ryan mencintaimu dan kamu juga mencintainya. Aku akan menjadi orang yang jahat jika aku memisahkan kalian berdua, aku jahat jika aku kukuh merampas Rya
Hari-hari Amanda diliputi sunyi di rumah yang cukup megah bergaya Eropa klasik itu. Apalagi setelah keputusannya untuk membagi hari dengan Ryan untuk 4 hari bersamanya dan 3 hari bersama Anasthasya. Dan sudah 3 hari ini, Ryan bersama Anasthasya, tak tahu pula apa yang Ryan lakukan bersama wanita yang digadang-gadang dicintai oleh suaminya itu. "Malam ini harusnya Mas Ryan pulang, karena ini sudah tiga hari dia bersama dengan Anasthasya. Tetapi kenapa sampai sore belum ada pesan dari Mas Ryan? Apakah Mas Ryan benar-benar sudah tidak sudi untuk hidup berdua denganku?" Amanda bertanya-tanya seraya menatap ke arah ponselnya yang sama sekali tidak ada pesan masuk satu pun itu. Sungguh, dia begitu miris karena suaminya itu tak ada di sampingnya dan dia juga tak mendapatkan cinta dari sang suami. Amanda lantas meletakan kembali ponselnya ke atas meja ruang tamu, lalu dia memutuskan melenggang ke depan pintu setelah mendengar bel rumahnya itu berbunyi. Amanda membukakan pintu rumahnya
"Nak, Mama pulang dulu ya. Nanti kalau Ryan sudah pulang segera suruh makan bubur dari Mama ya," ujar wanita paruh baya itu memberikan pesan kepada sang menantu. Amanda mengangguk patuh menuruti keinginan sang mertua. "Iya, Ma. Mama tenang saja. Nanti buburnya akan Amanda berikan kepada Mas Ryan," timpal Amanda. "Baiklah kalau begitu, Mama pulang dulu ya, Nak. Baik-baik ya kamu," pungkas sang mertua seraya mengusap surai legam Amanda penuh kasih lembut. "Iya, Ma. Mama juga baik-baik dan jaga kesehatan ya," timpal Amanda kemudian mengantarkan mertuanya itu ke mobil. Setelahnya mobil sedan yang ditumpangi Nyonya Sandra itu pun melenggang keluar dari rumah mewah bergaya Eropa klasik tersebut, meninggalkan Amanda dalam kesunyian lagi. Usai memastikan mertuanya itu keluar dari pekarangannya, Amanda pun segera melenggang ke dalam rumahnya. Namun, belum dua tapak dia menginjakan kaki ke teras rumahnya, telinganya mendengar jelas deru mobil yang baru saja masuk ke pelatarannya. Aman
Ryan kembali dari kamar, laki-laki itu datang ke ruang makan dengan setelan kaus casual yang melekat di tubuhnya. Laki-laki itu lantas mengambil duduk di salah satu kursi, di ruang makan. Aroma bubur kacang hijau sudah menguar begitu menggoda yang dipanaskan oleh sang istri, Amanda. Ryan menatap Amanda yang sedang menyiapkan bubur kacang hijau untuknya, dilihatnya dengan jelas istrinya itu begitu telaten dan penuh perhatian. Sungguh, laki-laki itu dibuat terkesima dengan semua sikap istrinya. "Ini, Mas. Aku sudah panaskan bubur kacang hijaunya." Amanda memberikan semangkuk bubur panas kepada Ryan. "Makasih," ucap Ryan dingin. Setelahnya, tanpa pikir panjang lagi laki-laki itu segera menyendok bubur panas yang ada di mangkuknya tersebut dan mencicipinya tanpa membiarkan dingin terlebih dahulu. "Aw!" Ryan memekik kepanasan setelah mencoba bubur tersebut. "Mas Ryan tidak apa-apa? Hati-hati, Mas. Ini buburnya masih panas, tunggu sampai hangat dulu, kalau memang Mas Ryan ingin makan
Amanda tiba di kamar setelah dia menyelesaikan tugasnya. Wanita itu melihat keberadaan Ryan yang telah berada di atas ranjang, suaminya itu terlihat sedang bermain ponsel sembari tersenyum kecil sesekali. Melihat senyum suaminya ketika melihat ponsel tiba-tiba saja membuat perasaan Amanda tersayat-sayat, karena satu hal yang Amanda ketahui bahwa suaminya itu tengah bertukar pesan dengan wanita yang dicintai. Sungguh, hal tersebut semakin miris dengan kehidupan rumah tangganya yang tak berdasar atas nama cinta. Amanda menarik napasnya dalam-dalam, menetralkan perasaannya yang berkecamuk dan berharap bahwa buliran bening yang menyentak keluar di pelupuknya itu tak jatuh. Lantas langkah demi langkah pelannya tiba di ambang ranjang dengan teguh. "Mas," panggil Amanda pelan sehingga membuat Ryan menoleh ke arahnhya. "Ada apa?" tanya Ryan dengan nada dingin nan ketus yang sontak semakin membuat perasaan Amanda terkoyak lagi dan lagi. Sejenak Amanda menarik napasnya lagi dalam mencoba m