Share

Kebenaran Yang Terungkap

Author: Cesca
last update Huling Na-update: 2022-04-06 11:42:12

Jantung Amanda berdegup semakin cepat, dia benar-benar khawatir  sekaligus bertanya-tanya siapa yang meneleponnya itu. Namun, dengan berani Amanda menimpali perkataan wanita yang ada di seberang itu.

“Ha-Hallo? Ini siapa ya?” tanya Amanda pada penelepon di seberang sana.

[“Aku tidak butuh bicara denganmu. Katakan saja di mana kekasihku,”] tegas wanita di seberang sana yang sontak membuat hati Amanda tersentak.

Kekasih? Wanita yang menelepon Ryan adalah kekasihnya? Hati Amanda benar-benar dihujam ribuan duri, dia tak pernah menduga jika Ryan memiliki kekasih padahal sudah memiliki istri dirinya. Amanda ingin menangis, hatinya begitu perih mengetahui fakta menyakitkan itu. Tetapi, dia mencoba tegar dengan semua yang terjadi.

“Apakah kamu tidak dengar? Saya sudah mengatakan jika Mas Ryan sedang tidur, dia tidak bisa diganggu,” tegas Amanda yang sontak memantik amarah pada wanita di seberang sana.

[“Cih! Kamu membentakku? Berani-beraninya kamu membentakku. Dengar, kamu itu tidak sepadan denganku, kamu itu hanya memilikinya secara formalitas, tetapi kamu tak akan pernah mendapatkan hatinya. Jadi jangan sok mengatakan dengan lembut kalau kamu itu istrinya,”] ujar wanita di seberang.

Perkataan wanita di seberang sana membuat hati Amanda runyam, wanita itu begitu kesal dengan apa yang dia dengar. Dia tak terima dengan perkataan wanita itu.

“Saya memiliki hak atas suami saya, dan saya tidak akan membiarkan suami saya bersama kamu,” tegas Amanda dengan berani  seraya menekan setiap kata yang dia ucapkan.

[“Huh! Berani sekali kamu mengatakan seperti itu kepadaku. Perlu kamu tahu, bahwa Ryan sudah menjadi milikku dan dia tak akan pernah menjadi milikmu karena dia mencintaiku dan tidak mencintaimu. Camkan itu!”]  tegas wanita yang ada di seberang sana.

Lagi-lagi hati Amanda dihujam perkataan wanita yang ada di seberang sana. Amanda mengepalkan tangannya kesal.

"Saya tahu saat ini suami saya tidak mencintai saya. Tetapi mungkin suatu saat nanti akan cinta kepada saya," tegasnya dengan penuh penakanan.

"Siapa bilang?" tanya Ryan tiba-tiba yang membuat Amanda tersentak secara langsung, sampai membalikan tubuhnya menatap Ryan yang baru bangun itu. Ryan bahkan bersedekap dada dengan kilatan tak suka di manik legamnya.

"Siapa bilang aku akan cinta kepadamu? Ha? Sok tahu kamu. Dan siapa suruh kamu mengambil ponselku tanpa izin bahkan kamu sampai mengangkat teleponku tanpa izin? Siapa suruh Amanda? Ha?" Laki-laki itu mendekat ke arah Amanda dan menjambak rambut Amanda dengan kuat membuat wanita itu kesakitan seraya mendongak menatap langit-langit kamarnya. Sedangkan tangan kiri Ryan mengambil ponsel miliknya yang ada di tangan Amanda. Sejenak, Ryan melihat peneleponnya, dan dia melihat Anasthasya, kekasihnya  yang menelepon.

"Kamu mengangkat telepon seseorang yang aku cintai, Amanda. Dan aku sama sekali tak pernah mengzinkanmu. Kamu lancang, Amanda. Lancang! Kamu patut diberi hukuman, karena kamu sudah menyentuh barangku tanpa izin, kamu sudah berbicara dengan wanitaku tanpa izin, bahkan mengatakan hal jijik jika aku akan mencintaimu. Stop mengatakan hal itu, Amanda. Aku muak mendengarnya,”  tegas Ryan, bahkan laki-laki itu sampai meninggikan suaranya. Dia benar-benara tak suka miliknya, apa pun itu disentuh.

Amanda yang mendengar semua perkataan Ryan itu semakin tersayat-sayat, dia begitu kesal, dia kesakitan apalagi Ryan menjambak rambutnya dengan kuat. "Sa--sakit, Mas! Lepas! A--aku minta maaf," ujar Amanda dengan kesakitan.

"Ingat ya Amanda, wanita yang aku cintai itu yang meneleponku ini dan aku tidak akan pernah mencintai kamu,” tegas Rian kemudian melepaskan tarikannya dari rambut Amanda.

Amanda terhuyung ketika cengkeraman rambutnya itu dilepas begitu saja oleh Ryan. Dia juga segera mengusap air matanya yang berlinang. Amanda berusaha tegar dengan semua yang Ryan lakukan kepadanya, meski hatinya begitu rapuh.

Kini pikiran Amanda diisi oleh suara wanita yang menelepon Ryan. Amanda tak begitu asing dengan suara wanita yang menelepon suaminya itu. Tetapi dia tak tahu siapa wanita itu.

“Aku ingin bertemu dengan wanita simpananmu itu, Mas. Aku ingin tahu siapa dia,” celetuk Amanda dengan berani.

“Huh? Untuk apa kamu perlu tahu siapa dan bagaimana dia? Jelas dia lebih cantik daripada kamu,” timpal Ryan sinis seraya menatap remah Amanda.

 “Hmm… tetapi tidak apa-apa, kamu harus tahu bagaimana dia, agar kamu tahu diri dan mengaca jika kamu memang bukan wanita yang tepat untukku, karena kamu tak sepadan dengannya,” putus Ryan seraya menyunggingkan senyumnya remeh.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Berbagi Suami Dengan Simpanan   Cinta Anjasmara

    "Harusnya kamu tidak datang ke kamar, Anjasmara! Kamu membuat semuanya berantakan!" Anasthasya mengeluh kesal. Tangannya bersedekap di dada dan pandangannya dialihkan ke jendela kaca, pemandangan jalanan lebih indah ketimbang Anjasmara yang sedang mengemudikan mobil. "Bukankah sudah aku katakan bahwa aku tidak akan menyerah, Anasthasya? Sudah aku katakan bahwa aku mencintaimu dan aku akan membuktikan ucapanku," pungkas Anjasmara. "Lagipula berulang kali aku katakan bahwa Ryan sudah memiliki istri dan kamu tidak berhak sama sekali mengusik rumah tangga mereka meski kamu masih memiliki perasaan kepada Ryan." Anasthasya tak menimpali. Diamnya Anasthasya menjadi jawaban bagi Anjasmara. Anjasmara tampak kesal dengan hal itu lalu ia memilih menepikan mobil hitam yang dikemudikannya dan hal itu cukup mengejutkan Anasthasya yang ditelan keheningan. "Apa kamu gila? Kita bisa menambrak kalau kamu tidak berhati-hati!" Anasthasya menaikkan oktaf suaranya dan tatapannya kian tajam kepada Anjas

  • Berbagi Suami Dengan Simpanan   Hati yang Retak

    "Ryan, Sayang? Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?" Anasthasya melontarkan pertanyaannya setelah ia duduk di tepi ranjang. Perlahan diusapnya surai legam Ryan. "Ba-Bagaimana kamu bisa di sini, Anasthasya? Di mana Amanda?" Ryan tampak terkejut dengan keberadaan Anasthasya.Wajah Anasthasya seketika kusut usai mendengar pertanyaan dari Ryan itu. "Kamu tidak suka kalau aku datang ke sini? Kamu bahagia sama Amanda?"Ryan menyandarkan tubuhnya pada bantalan ranjang. Lalu menggenggam tangan Anasthasya. "Bukan seperti itu maksudku, Anasthasya. Aku hanya terkejut saja karena kamu datang tiba-tiba. Kenapa tidak memberitahuku dahulu?" "Aku sudah meneleponmu dan Amanda yang mengangkatnya. Aku mendengar kamu sakit jadi aku ke sini," jelasnya. Ryan tersenyum manis lalu perlahan diusapnya pipi Anasthasya. "Aku sudah lebih baik, Anasthasya. Kamu tenang saja," pungkas Ryan. "Kalau begitu sebaiknya kamu kembali ke apartmen bersamaku, Ryan. Aku merindukanmu," ujar Anasthasya dan tanpa permisi

  • Berbagi Suami Dengan Simpanan   Back To Me Ryan!

    Amanda membereskan beberapa barang-barang yang ada di meja Ryan. Perhatian Amanda teralihkan pada ponsel Ryan yang tidak henti bergetar. Dilihatnya nama Anasthasya terpampang jelas di layar. Amanda mendengus kesal dan diketahuinya bahwa perempuan itu rupanya telah menelepon Ryan berulang-ulang kali. Tidak hanya itu, pesan demi pesan yang Anasthasya kirimkan juga lebih dari sepuluh. "Apa-apaan dia?" Amanda berdecak kesal. Amanda lantas segera mengangkat panggilan suara itu dan dengan kesalnya ia segera menyahut tanpa menunggu Anasthasya berucap. "Untuk apa kamu menelepon suamiku?" Amanda berbicara dengan lantang. Ia sama sekali tidak takut. Ia bukan lagi Amanda yang lemah. Ia bukan lagi Amanda yang mudah ditindas. Amanda kini seseorang yang tegas dan tegar. ["Huh? Dia hanya suamimu, Amanda. Tetapi, dia mencintaiku. Apa kamu kurang jelas mengetahui cinta Ryan yang jelas-jelas hanya untukku?"] Anasthasya berucap tanpa rasa takut sedikitpun. ["Sudahlah aku menelepon bukan untuk berce

  • Berbagi Suami Dengan Simpanan   Sebagaimana Istri

    Amanda mengetuk pintu pintu ruang kerja Ryan. Tetapi tak ada sahutan sedikitpun dari Ryan yang ada di dalam. Alhasil, Amanda memutuskan untuk masuk ke dalam ruang kerja Ryan tanpa menunggu sahutan dari si pemilik ruangan. Ia dapati Ryan sedang terlelap di depan laptopnya, di meja sampingnya terdapat dua gelas sisa kopi. Amanda menggelengkan kepalanya lirih. "Pasti begadang lagi," gumam Amanda. Sudah dua hari Ryan banyak menghabiskan waktu di ruangan dan begadang untuk menuntaskan pekerjaannya. Sebenarnya, Amanda iba dengan Ryan dan ia pernah menawarkan bantuan kepada Ryan tetapi ditolak begitu saja. Amanda membangunkan Ryan dengan menggoyangkan lengan pria itu. Tetapi ketika Amanda menyentuh lengan Ryan, suhu Ryan ternyata sangat amat tinggi. "Astaga, Mas! Kamu demam sekali," ujar Amanda sembari menempelkan tangannya pada kening Ryan. Amanda merasa kasihan dengan Ryan dan segera dibangunkannya Ryan yang masih lelap itu. "Mas! Mas ayo pindah ke kamar dulu. Kamu demam, aku akan k

  • Berbagi Suami Dengan Simpanan   Godaan

    Anasthasya mondar-mandir di kediaman pribadinya. Sesekali ia melirik ponselnya dan tak ada satu pun pesan dari Ryan. Pria itu pun tak meneleponnya. Entah mengapa Ryan tidak menghubunginya sama sekali. Apakah Ryan terlalu bahagia bersama istrinya itu? Apakah Ryan mulai jatuh hati kepada istri sahnya ketimbang Anasthasya, yang notabenenya adalah kekasih sejak dulu? Anasthasya merutuk kesal. Ia kembali ke tepi ranjang dan melemparkan guling juga bantalnya. "Awas kalau kamu berpaling dariku, Ryan!" ucap Anasthasya kesal. Anasthasya kembali menatap ponselnya dan masih tak ada satupun balasan. Ia akhirnya berusaha menghubungi Ryan, tetapi ponsel pria itu malah tidak aktif. "Sialan!" Lagi-lagi Anasthasya mengumpat kesal dan melemparkan ponselnya sendiri ke atas ranjang.Ia lantas bangkit dari ranjang dan berniat keluar dari kamarnya yang sudah temaram itu. Namun, langkah Anasthasya berhenti setelah ponselnya bergetar. Ia pun terburu-buru kembali ke tepi ranjang dan menyambar ponselnya berh

  • Berbagi Suami Dengan Simpanan   Bibir Merah Jambu

    Amanda menyiapkan bakso yang telah ia beli bersama dengan Joan sesaat lalu dan ia berikan kepada Ryan. Amanda juga menyiapkan satu mangkok bakso lagi untuknya. "Ayo Mas, dimkan dulu baksonya! Mumpung masih hangat," ujar Amanda.Ryan tak menimpali dan tak berkutik. Pria itu masih berkutat dengan pekerjannya. Sesekali Ryan memijit kepalanya gusar. Ryan bukan hanya gusar perihal pekerjaannya yang menumpuk tetapi juga rasa aneh yang menjalar di dadanya, rasa kesal dan tak suka ketika melihat Amanda bersama dengan Joan. Kekesalannya laksana api yang mampu membakar kayu kapanpun ia mau. Ryan menutup laptopnya kesal. Ia meneguk air mineralnya kesal. Ingatannya kembali jatuh ketika mendengar Amanda tertawa bahagia bersama Joan. Keberadaannya bahkan tak dianggap saat itu juga. Apakah seperti itu rasanya diabaikan dan terabaikan? "Mas?" Suara Amanda kembali menyapa indera pendengaran Ryan, menggugah lamunannya. Ryan hanya berdehem sejenak dan menatap Amanda yang sudah menyantap baksonya. Ama

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status