Share

Bab 5. Amarah Naura

Author: nanadvelyns
last update Last Updated: 2024-09-09 18:15:28

"Naura!" 

Setelah Arjuna Renjana meninggalkan mereka begitu saja, Naura justru memberikan tatapan merendahkan pada dirinya. 

Zafir tidak terima!

Setelah sampai di mansion, Zafir mengikuti Naura ke kamar. Ia membuka pintu cepat dan menutupnya kembali, lalu menatap Naura dari ambang pintu. 

"Apa yang membuatmu menjadi semarah ini?" tanya Zafir, wajahnya menunjukkan perasaan frustasi. Banyak pikiran yang berkecamuk di kepalanya.

Naura menatap tajam suaminya, kemudian menunjuk Zafir dengan jari telunjuknya. “Kamu tidak tahu–!”

“Kamu yang tidak tahu diri!”

Zafir memotong kalimat penuh amarah Naura, lalu menuduh Naura yang tidak tahu diri! Naura menahan amarah dengan mengepalkan tangan di kedua sisinya. 

“Kamu bilang, aku tidak tahu diri?”

“Kalau kamu tidak berbuat onar, Tuan Renjana tidak mungkin meninggalkan pertemuan penting itu begitu saja.”

Naura menatap Zafir dengan pandangan tidak percaya. Naura bahkan kehilangan kata-katanya.

Sekarang Zafir menyebutnya berbuat onar, padahal dia sendiri yang merusak pertemuan itu dengan membawa Evelyn.

Dengan napas yang mulai memburu, Naura berkata lirih, “Pergi dari kamar ini.” Kepala Naura tertunduk, ia sudah tidak ingin melihat Zafir lagi saat ini.

Namun, bukannya pergi, Zafir justru memeluknya dan menenggelamkan kepala Naura di dada pria itu.

Naura terkesiap.

“Kamu tahu, aku tidak bermaksud begitu, Naura.” Dari atas kepala Naura, suara Zafir kini berubah menjadi lembut, bahkan mengelus kepala Naura dengan begitu perhatian.

“Aku minta maaf, oke?”

Kerutan di kening Naura terlipat halus, mendengar permintaan maaf dari suaminya membuat perasaannya jadi tidak karuan.

“Sudah cukup, saat ini Evelyn menangis ketakutan karenamu." 

Kini, bola mata Naura melebar. Sekuat tenaga, Naura mendorong dada Zafir. “Di saat seperti ini, kamu masih memikirkan wanita itu?!”

Sejurus kemudian, Naura tersenyum getir sebelum kemudian menggelengkan kepalanya pelan.

Dia tidak pernah menduga bahwa suaminya ternyata sangat mementingkan wanita lain di hadapannya.

“Ada apa denganmu? Evelyn jelas tidak baik-baik saja saat ini.” Tangan Zafir mengarah pada Naura. “Sedang kamu terlihat baik-baik saja.”

"Jika Evelyn menangis karenaku, bagaimana denganku? Suamiku sedang membela wanita lain sekarang. Kamu tidak pernah bertanya bagaimana perasaanku saat kamu dan wanita itu muncul di depan Tuan Renjana!"

"Mengapa kamu jadi seperti ini? Kekakanan! Evelyn tidak punya siapa pun di sini dan sekarang dia sedang mengandung. Sementara kamu yang sudah memiliki segalanya masih terus menerus menyalahkannya?!” Zafir memotong tajam kalimat keluhan Naura. 

Naura semakin geram, dan sekarang Zafir masih menyalahkan dirinya atas semua yang wanita itu rasakan?

Naura melangkah lebih dekat ke arah suaminya dan menunjuk pria itu tepat di dadanya.

"Itu bukan kesalahan kecil, Renjana bukan pihak yang bisa kita panggil kapan saja, Zafir. Dan lagi, kamu yang bersikap tidak waras! Kamu mengabaikan perjanjian kita dan membuat wajahku hancur di hadapan tamu penting!"

Zafir menggertakkan giginya kesal.

"Naura, kamu tahu bahwa Evelyn tidak terlahir di keluarga konglomerat seperti kita, bukan? Seharusnya kesalahan kecil seperti ini bisa kamu maklumi!”

"Aku harus memaklumi seseorang yang telah mengacau di pertemuan penting kita? Di mana isi kepalamu? Renjana adalah partner kuat untuk bisnis besar kita!"

"Bisnis! Bisnis! Bisnis! Apa di kepalamu hanya ada bisnis?!" Zafir tiba-tiba meledak lebih keras, kedua mata pria itu melotot marah ke arahnya, jari telunjuknya menunjuk wajah Naura. 

Naura memejamkan matanya saat nada bicara pria itu luar biasa tinggi, kemudian kembali membuka matanya untuk menatap Zafir jauh lebih dingin dari sebelumnya. 

"Berhenti secara egois mendominasi seluruh aspek kehidupan kita, hubungan, bisnis, berhenti egois! Aku adalah suamimu! Perkataanku adalah mutlak! Kamu tidak bisa membantah!" Zafir masih menunjuk wajah Naura. 

Naura mengepalkan kedua tangannya erat menatap jari Zafir yang menunjuk wajahnya, kemudian perlahan beralih menatap mata ganas pria itu. 

"Aku adalah istrimu!"

"Lalu kenapa?! Aku adalah suamimu! Kepala keluarga! Bahkan jika Evelyn ingin aku tempatkan di kamar utama, maka aku bisa melakukannya tanpa persetujuanmu! Kamu harus patuh berada di belakangku!" 

Zafir memotong kalimat Naura dengan kasar, pria itu sama sekali tidak ragu membentak istrinya. 

"Sejak awal posisiku berada di sampingmu, bukan di belakangmu! Apa kamu menjadi hilang akal karena wanita itu?!" Naura mencoba berbicara lebih cepat agar tidak dipotong oleh Zafir lagi. 

Zafir menggeleng cepat. "Dia bukan ‘wanita itu’, Naura! Dia Evelyn, ibu bagi anak kita! Jadi, berhenti menyalahkan Evelyn! Wanita itu tidak bersalah dan--!"

Naura tersenyum dingin dan menyela cepat ucapan Zafir. "Evelyn adalah ibu pengganti untuk anak kita, iya! Tapi dia bukan istri keduamu, Zafir! Sejak awal, seujung kuku pun dia tidak berhak menginjak mansion! Tempatnya adalah di paviliun!!"

Zafir mengerutkan keningnya dalam. "Kamu membahas hal ini lagi? Naura, tidakkah kamu sadar di sini peranmu hanya mencari-cari kesalahan wanita lugu itu?"

Kini Naura ingin tertawa keras.

"Aku tidak pernah peduli pada apa pun yang berhubungan padanya, hanya saja kali ini dia benar-benar melanggar batas dan melakukan tindakan bodoh di hadapan tamu penting!”

Zafir menggelengkan kepalanya pelan. Pria itu menyipitkan kedua matanya sedikit, kedua sudut alisnya pun menyatu. 

"Kamu hanya sedang cemburu dan bertingkah egois, kamu selalu mencari kesalahan orang-orang di sekitarmu. Naura, di mana akal sehatmu? Kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya, jangan membuatku muak." 

Lalu tanpa menunggu jawaban Naura, pria itu berbalik pergi sambil membanting pintu kamar, meninggalkan Naura seorang diri. 

Naura menatap kosong kepergian suaminya dengan dingin, deru napasnya yang tak beraturan perlahan menjadi isak tangis kecil. Wanita itu terjatuh, kedua kakinya lemas. 

Naura mengepalkan kedua tangannya, kemudian perlahan kembali bangkit berdiri. Tidak ada gunanya dia menangis sekarang.

Orang-orang hanya akan menganggapnya gila, terutama suaminya. 

Dia sama sekali tidak mengerti, mengapa Zafir secara mendadak tergila-gila dengan Evelyn dan melupakan hubungan mereka begitu saja?

Kepercayaan Naura akan suaminya, perlahan ... mulai terkikis. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
jadi cewe goblok amat sih cerain aja biarin emang cocoknya sama sampah tu laki
goodnovel comment avatar
Rizqa Rachmawati
kamu itu orang pinter Naura.. tidak butuh laki2 macem zafir.. cepat bercerai saja drpd makan hati. biar tau rasa suami mu
goodnovel comment avatar
Iren Vs
Remarried empress •́⁠ ⁠ ⁠‿⁠ ⁠,⁠•̀
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 274. Terlambat dan Sesal | TAMAT

    Satu minggu tepat ajakan menikah Arjuna, pria itu benar-benar mewujudkannya. Naura berdiri dengan gaun pengantin putihnya, bibirnya tersenyum tipis menatap sosoknya sendiri di cermin. Mela dan Kate berdiri di kedua sisinya, mereka ikut tersenyum bahagia. "Selamat, anakku yang manis. Jika ayahmu melihat ini, pasti dia menangis bahagia," ucap Mela, kedua matanya berkaca-kaca saat mengatakan ini. Naura tersenyum dan memeluk Mela. "Semua ini terjadi karena doa ibu yang selalu membantuku."Setelah Naura melepas pelukannya, kini giliran Kate yang menangis. "Ada apa, Kate?" tanya Naura sambil tersenyum tipis. "Saya merasa terharu, karena akhirnya nyonya bisa bahagia tanpa banyak pihak yang mengganggu," jawab Kate cepat di tengah isak tangisnya. Naura terkekeh, lalu memeluk Kate. "Terima kasih banyak karena selalu setia padaku, Kate.""Sebuah kehormatan untuk saya, nyonya," jawab Kate sambil menahan air matanya agar tidak jatuh mengenai gaun pengantin Naura. "Kalau begitu ibu akan kel

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 273. Mari Menikah Minggu Depan

    Zafir terbatuk keras sebelum akhirnya dia jatuh berlutut di lantai sambil menahan darah yang terus mengalir keluar melalui punggungnya. "Zafir..." ucap Naura, dia tetap mendekat meskipun Zafir menahannya. Kedua tangan Naura gemetar, matanya mulai menatap khawatir ke arahnya Zafir. "Kenapa kamu melakukan ini?""Karenamu, apa lagi?" jawab Zafir tanpa ragu di tengah kerumunan yang memperhatikan mereka. "CEPAT PANGGIL DOKTER! KENAPA KALIAN HANYA MELIHAT?!" Bentak Naura pada kerumunan yang hanya diam menonton. Sela tiba-tiba tertawa dari atas sana, kemudian dia berkata,"Aku tahu kamu akan dilindungin oleh siapapun itu."Naura kembali menatap Sela, kali ini tatapannya tajam. "Apa semua ini tidak cukup untukmu?""Berhenti menyakiti mereka, Sela! Bukankah aku yang ingin kamu hancurkan?!" Tiara mendekat ke arah Naura dan merentangkan tangannya untuk melindungi Naura dari bidikan pistol Sela. Sela hanya menatap datar Tiara, lalu tiba-tiba menarik pelatuk pistolnya kembali, namun kali ini b

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 272. Ulang Tahun Keluarga Bara

    Satu minggu setelah pertemuannya dengan Tiara, Mansion Tirta kedatangan surat undangan perayaan ulang tahun keluarga Bara. Naura tengah bersiap-siap, wanita itu duduk tenang di meja riasnya seperti biasa. "Apa belum ada kabar dari Arjuna?" tanya Naura, hari ini genap tiga minggu dirinya dan Arjuna tak bertemu. Kate menggeleng pelan. "Belum, nyonya. Saya juga sudah mencoba mencari kabar beliau melalui tuan Damian, tetapi masih belum ada kabar juga."Naura mengangguk mengerti, lalu memilih untuk segera menuju mobil di halaman depan. Sudah tiga hari Arjuna jarang memberinya kabar, entah kesibukan seperti apa yang menimpa pria itu. Naura jelas berbohong jika dirinya tidak khawatir, namun yang lebih jelas lagi adalah dia percaya pada Arjuna. Sampai di Mansion Bara, karpet merah menjuntai menyambut kedatangan Naura. Begitu sosoknya turun dari mobil, jepretan kamera secara cepat menyambarnya. Naura tetap tersenyum dan terus melangkah maju melewati lautan wartawan di sisi kanan dan ki

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 271. Wanita

    "Maaf karena sebelumnya saya sempat tiba-tiba menghilang dan membuat Anda khawatir," ucap Tiara dengan raut wajah cemas. Naura tersenyum tipis dan mengangguk. "Saya mengerti, nyonya Bara."Tak lama senyum halus Tiara hilang, pandangan matanya pun perlahan turun. "Situasinya sedang sangat tidak baik."Naura memilih untuk tetap mendengarkan, menunggu wanita itu selesai menjelaskan. "Presiden menekan saya menggunakan adik laki-laki saya yang sedang berkuliah di Amerika. Tak satupun kerabat internal Bara yang bersedia membantu, kami semua takut." "Apa tidak ada kerabat yang sebelumnya--""Tidak ada, nyonya. Saya benar-benar tidak berdaya, mereka menganggap saya tidak mampu melindungi keluarga Bara, jadi mereka tidak berani mengambil risiko." Potong Tiara, membuat Naura kembali terdiam. "Yang membuatnya semakin sakit bukan karena saya teringat fakta bahwa suami saya selingkuh, tetapi saat saya sadar setelah semua usaha yang saya lakukan, saya tetap tidak bisa membuat orang-orang yang s

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 270. Tirta-Bara

    "Apa yang membuat nyonya Tirta terhormat mengunjungi kediaman Bara kami?"Suara Jovan yang melayang dengan nada sarkas terdengar. Naura berdiri di hadapan mobil sedan hitam mewahnya, menatap dingin Jovan dan Sela yang 'menyambutnya'. "Di mana nyonya Bara?" tanya Naura langsung, tidak mengindahkan basa-basi Jovan. Jovan tersenyum dingin. "Istri saya kebetulan sedang ada perjalanan bisnis mendadak ke Mesir, nyonya. Sayang sekali, Anda--""Lalu mobil siapa yang terpakir di situ?" Potong Naura, lirikan matanya tertuju pada mobil limosin putih yang terpakir tak jauh dari mereka. Jovan sedikit tercekat, dia tidak tahu kalau Naura bahkan mengetahui mobil Tiara. "Istri saya--""Bisakah Anda tidak membuat waktu saya terbuang sia-sia? Cepat panggil nyonya Bara." Potong Naura saat Jovan hendak melontarkan alasan baru. Jovan menggeleng cepat. "Istri saya sedang tidak enak badan, nyonya Tirta. Tidak bisakah Anda berhenti ikut campur?" Tatapan dan nada bicara Jovan berubah lebih tajam. Naura

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 269. Tawaran Zafir

    Naura tengah mendengarkan presentasi rapat di kantor utama Tirta, namun meskipun begitu tidak ada yang tahu kemana fokus pikirannya pergi. Sejak pagi dia hanya memikirkan Tiara, hatinya jelas merasa khawatir mengingat wanita itu tak memiliki dukungan apa pun dari internal maupun eksternal. "Bagaimana, nyonya Tirta?" tanya ketua divisi yang sedang melakukan presentasi tersebut, membuat Naura tersadar. "Iya, maaf? Oh... Bagus, teruskan." Setelah Naura menjawab, raut wajah puas dan bahagia segera terpancar dari para anggota divisi tersebut. Begitu rapat selesai, Naura dengan cepat bergegas keluar dan Kate seperti biasa mengikuti dari belakang. "Anda baik-baik saja, nyonya?" tanya Kate khawatir. Naura mengangguk singkat. "Iya, apa aku terlihat tidak fokus di rapat tadi?"Kate balas mengangguk juga. "Lumayan, nyonya. Anda ingin saya buatkan teh atau--""Nyonya Tirta!" Dari arah belakang muncul suara pria yang memanggilnya, membuat Naura dan Kate menoleh bersamaan. "Ada apa?" tanya

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 268. Bukan Kamu Atau Ayah, Tapi Aku

    Pagi ini, sejak awal bangun, sarapan, hingga ketika dirinya hendak mulai bekerja, orang suruhan presiden selalu mengikutinya. Tidak peduli berapa kali Tiara mencegahnya, perempuan itu akan kembali atau bahkan tidak beranjak sedikitpun dari posisinya. Tiara duduk sambil memeriksa dokumen yang telah dipilah oleh Vivi, lalu tak lama suara ketukan pintu terdengar. Tanpa diperintah apa pun, Vivi bergegas beranjak berdiri menuju pintu. Ketika Tiara mengangkat pandangannya, sosok ibunya yang melangkah masuk terlihat. "Tiara, ibu perlu bicara." Pandangan mata Tiara tetap datar seperti sebelumnya, hubungan ibu dan anak mereka memang tidak terlalu dekat. "Apa?" tanya Tiara dingin. Tak menjawab Tiara, sang ibu justru melirik ke arah orang presiden, membuat Tiara ikut menatapnya. Wanita itu sadar akan tatapan dua nyonya Bara tersebut, oleh karena itu dia sedikit menundukkan kepalanya. "Mohon maaf, para nyonya. Tetapi, atas perintah--""Kamu hanya ditugaskan untuk mengawasiku agar tidak

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 267. Ada Yang Tidak Mengerti

    Setelah menolak permintaan Tiara untuk bercerai, sang presiden pun meninggalkan kediaman Bara. Asisten pribadi Tiara, Vivi, dengan cepat berlarian ke arah atasannya dan membantu wanita itu berdiri. Vivi menangis deras, sejak awal dia dilarang masuk oleh penjaga pintu dan langsung syok begitu pintu terbuka melihat Tiara yang terkapar lemas penuh darah di lantai. "Nyonya, hati-hati..." Vivi berusaha menahan air matanya agar tidak menangis lagi. Tiara tersenyum tipis ke arah Vivi, saat menyadari bawahannya itu menangis, Tiara dengan cepat berkata,"Aku belum mati."Vivi tidak menjawab, dia tahu hal itu. Tetapi melihat sosok Tiara yang terkapar lemas dengan darah tentu saja dia sangat cemas. Ketika hendak melangkah keluar, tiba-tiba saja Sela mendekat ke arahnya. "Nyonya, Anda baik-baik saja?" tanya Sela dengan raut wajah polos. "Sela, kemari. Tidak perlu mempedulikan wanita itu, dia sudah berbuat jahat padamu," ujar Jovan yang berdiri tak jauh dari mereka. Sela menggeleng cepat. "

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 266. Sang Bapak Presiden

    Keringat dingin menetes di lantai kediaman keluarga Bara.Tiara berlutut denga kepala tertunduk dalam, di depannya duduk seorang pria paruh baya dengan badan gempal yang memegang cambuk. Di sebelahnya terdapat Jovan yang duduk di sofa, Sela ikut duduk di sana sambil memeluk erat lengan suaminya dengan wajah ketakutan. Jovan tersenyum puas melihat Tiara yang berlutut tak berkutik, inilah akibat dari melawan kata-katanya. "Aku sudah pernah memberi peringatan padamu sebelumnya, bukan? Mengapa kamu melanggar perintah ku?" ucap presiden dengan nada bicara yang dingin. Tak pernah ada yang tahu sosok mengerikan kepala negara yang satu ini. Dia selalu tersenyum ramah di hadapan para rakyat, bahkan jika Tiara berteriak lari keluar untuk meminta pertolongan tak akan ada yang percaya. "Saya tidak mengerti maksud Anda, bapak Presiden." CTAK!Presiden mengayuhkan kasar cambuk itu ke lantai, membuat Tiara mengepalkan kedua tangannya dengan mata terpejam. "Tidak tahu malu!" ucap presiden sam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status