Share

Bab 6. Menjadi Orang Asing

Penulis: nanadvelyns
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-12 11:56:22

Keesokan harinya, Naura sibuk bekerja di ruang kerja. 

Setelah menandatangani semua dokumen, wanita itu menyandarkan punggungnya ke kursi dan menghela napas. 

Dia masih terganggu dengan acara makan malam yang berakhir memalukan kemarin.

Sembari dipenuhi rasa canggung, Naura mulai  melakukan panggilan ke nomor Arjuna yang baru saja ia minta dari Kate. 

Tak kemudian, suara berat dari Arjuna terdengar di telinganya.

"Halo.”

Naura mengepalkan kedua tangannya. "Selamat sore, Tuan Renjana. Saya Naura Wajendra. Apakah telepon dari saya mengganggu waktu berharga Anda?".

"Nyonya Wajendra? Tidak. Apa ada hal yang ingin anda bicarakan?" tanya pria itu berterus terang. 

"Ah ya. Sebenarnya, secara pribadi saya ingin meminta maaf terkait pengalaman tidak mengenakkan yang terjadi saat makan malam kemarin, Tuan Renjana. Saya harap Anda tidak menyimpannya dalam hati,” ujar Naura dengan lancar meski jantungnya sudah berdegup dengan tempo yang tidak nyaman.

“Mengenai masalah itu, tidak perlu dirisaukan, Nyonya Wajendra. Saya sama sekali tak mempermasalahkannya.” Arjuna menjawab tanpa menunjukkan ekspresi sama sekali.

Hal itu membuat Naura kesulitan untuk menerka-nerka mengenai perasaan Arjuna yang sebenarnya. 

Namun, Naura pikir tanggapannya sangat baik.

Itu berarti, rumor mengenai ketajaman lidah keluarga Renjana sama sekali tidak terbukti. 

“Begitu. Saya sangat senang karena Anda berpikir demiki–”

“Namun, sebaiknya Anda tidak membawa orang lain ke pertemuan penting mana pun, Nyonya. Apalagi kalau orang itu tak punya tata krama”.

Naura tertohok. Ternyata rumor itu benar adanya.

"Saran Anda sangat saya hargai, Tuan Renjana. Terima kasih banyak. Kalau begitu, saya mohon izin untuk menutup–" 

“Nyonya, kebetulan sekali..”

Arjuna lagi-lagi memotong perkataan Naura hingga membuat wanita itu menggeram dalam hati.

Tidak sopan!

“Berhubung tuan Zafir sulit dihubungi, sebaiknya saya menyampaikan ini pada Anda." suara Arjuna membuat Naura mengerutkan kening.

"Saat ini jumlah pelamar untuk pekerjaan kantor membludak, tetapi ternyata belum ada pelamar yang sesuai dengan standar kita." Arjuna dengan tenang menjelaskan situasi bisnis mereka.

"Benar, Tuan Renjana. Saya mengerti, karena kebetulan saya memang sedang membicarakan masalah ini dengan suami saya. Untuk solusinya sudah kami temukan dan akan saya pastikan Zafir akan menyampaikannya pada Anda sesegera mungkin." 

Pandangan mata Naura mendingin kembali mengingat perlakuan Zafir kali ini.

Setelah makan malam yang gagal kemarin, bagaimana bisa dia mengabaikan project penting mereka dengan Arjuna? Apa alasannya karena Evelyn?

Setelah percakapannya dengan Arjuna terputus, Naura langsung meletakkan ponselnya sebelum memijat keningnya pelan. 

"Kate, di mana Zafir?"

"Saya tidak yakin di mana beliau berada, Nyonya. Apa saya perlu mencarinya?” jawab Kate. Berkas di tangannya segera ditinggalkan dan mulai beranjak berdiri.

Namun, Naura menggeleng sebelum kemudian berjalan keluar dari ruangan kerjanya. "Tidak perlu, biar aku sendiri yang menemuinya."

Di tengah rasa malu dan kesal yang Naura rasakan, dia bertemu dengan Zafir dan Evelyn yang tengah berjalan ke arahnya di lorong mansion. 

Wanita itu terlihat menggandeng manis lengan suaminya dengan senyum bahagia yang terlihat kekanakan, sedangkan kedua mata mereka saling bertemu.

Naura langsung merasa menjadi orang asing yang masuk ke hubungan orang lain, meskipun ia tahu Zafir adalah suaminya. 

"Zafir." 

Panggilan Naura membuat Zafir dan Evelyn tersadar dan berhenti berjalan untuk menatap ke arah Naura. 

Diam-diam Naura berdecak melihat sorot mata Evelyn yang langsung berubah menjadi ketakutan saat melihatnya. 

Bahkan wanita itu mundur selangkah dan menggenggam lengan Zafir lebih erat. 

Naura merasa terganggu karena suaminya malah asyik menempel pada wanita lain dan mengabaikan telepon dari klien penting mereka.

Terlebih, saat mata Naura dan Zafir bertemu, Naura sama sekali tidak dapat merasakan kehangatan dan rasa cinta yang selalu pria itu tunjukkan selama hampir tujuh tahun belakangan.

Zafir seakan bertransformasi menjadi orang lain.

"Ada apa?" Suara Zafir terdengar dingin. 

Naura benar-benar dapat merasakan jarak yang sangat jauh dengan suaminya sekarang. 

"Tuan Renjana baru saja menyampaikan pesannya padaku untukmu," ucap Naura dengan wajah yang tak kalah dingin.

Di luar dugaan siapapun, kalimat ini sukses membuat raut wajah Zafir berubah sedikit tidak bersahabat. 

"Untuk apa pria itu menyampaikannya lebih dulu padamu? Bukankah seharusnya dia langsung menghubungiku?" tanya Zafir lagi dengan alis-alis yang mulai menyatu.

"Itu karena kamu tidak bisa dihubungi. Dia mengeluh soal rekrutmen pekerja bagian kantor," jawab Naura. Emosinya kembali tersulut saat mengatakan hal ini. 

Kedua sudut alis Zafir yang tadi merapat kini mulai kembali normal, wajah pria itu sedikit melunak dan menoleh ke arah Evelyn. 

“Zafir.”

"Kamu bisa kembali lebih dulu, aku masih memiliki beberapa urusan penting dengan Naura."

Naura kembali terganggu, untuk apa Zafir meminta izin dan menjelaskan urusannya kepada wanita itu yang notabene adalah orang asing?  Terlebih urusan itu adalah dengan dirinya dan bisnis keluarga mereka.

Namun, Naura menolak untuk memperpanjang masalah di tengah situasi yang menyebalkan ini.  Oleh karena itu, dia hanya diam dan memperhatikan interaksi memuakkan mereka.

Evelyn mengangguk lemah, kemudian wanita itu pergi tanpa menyapa Naura sama sekali. Perilaku Evelyn yang bagai boneka porselen tanpa didikan tampaknya membuat Kate merasa kesal dan hendak menegur.

Namun, Naura telah lebih dulu melempar kode kepada Kate untuk tidak berbuat apa-apa. 

"Ayo ke ruang kerjaku," ujar Zafir setelah Evelyn pergi. 

Mereka pun akhirnya berjalan beriringan dalam diam menuju ruang kerja Zafir. Di sepanjang jalan, Naura tak hentinya melamuni adegan Zafir dan Evelyn yang terlihat sangat bahagia sebelumnya. 

Mengapa rasanya kini dialah orang asing di mansion ini?  

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
pengen tak cekek sampe mampus rasanya ini pelakor sama lakinya ... sampah emang
goodnovel comment avatar
Laztree
naura cerdas tapi bego
goodnovel comment avatar
Elios EliosBengkulu
Pastilah begitu perasaan mu Naura karna suami mu Zafir yg selama 7 Thn ini telah memanjakan mu sudah berganti memanjakan Evelyn yang baru dikenal
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 274. Terlambat dan Sesal | TAMAT

    Satu minggu tepat ajakan menikah Arjuna, pria itu benar-benar mewujudkannya. Naura berdiri dengan gaun pengantin putihnya, bibirnya tersenyum tipis menatap sosoknya sendiri di cermin. Mela dan Kate berdiri di kedua sisinya, mereka ikut tersenyum bahagia. "Selamat, anakku yang manis. Jika ayahmu melihat ini, pasti dia menangis bahagia," ucap Mela, kedua matanya berkaca-kaca saat mengatakan ini. Naura tersenyum dan memeluk Mela. "Semua ini terjadi karena doa ibu yang selalu membantuku."Setelah Naura melepas pelukannya, kini giliran Kate yang menangis. "Ada apa, Kate?" tanya Naura sambil tersenyum tipis. "Saya merasa terharu, karena akhirnya nyonya bisa bahagia tanpa banyak pihak yang mengganggu," jawab Kate cepat di tengah isak tangisnya. Naura terkekeh, lalu memeluk Kate. "Terima kasih banyak karena selalu setia padaku, Kate.""Sebuah kehormatan untuk saya, nyonya," jawab Kate sambil menahan air matanya agar tidak jatuh mengenai gaun pengantin Naura. "Kalau begitu ibu akan kel

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 273. Mari Menikah Minggu Depan

    Zafir terbatuk keras sebelum akhirnya dia jatuh berlutut di lantai sambil menahan darah yang terus mengalir keluar melalui punggungnya. "Zafir..." ucap Naura, dia tetap mendekat meskipun Zafir menahannya. Kedua tangan Naura gemetar, matanya mulai menatap khawatir ke arahnya Zafir. "Kenapa kamu melakukan ini?""Karenamu, apa lagi?" jawab Zafir tanpa ragu di tengah kerumunan yang memperhatikan mereka. "CEPAT PANGGIL DOKTER! KENAPA KALIAN HANYA MELIHAT?!" Bentak Naura pada kerumunan yang hanya diam menonton. Sela tiba-tiba tertawa dari atas sana, kemudian dia berkata,"Aku tahu kamu akan dilindungin oleh siapapun itu."Naura kembali menatap Sela, kali ini tatapannya tajam. "Apa semua ini tidak cukup untukmu?""Berhenti menyakiti mereka, Sela! Bukankah aku yang ingin kamu hancurkan?!" Tiara mendekat ke arah Naura dan merentangkan tangannya untuk melindungi Naura dari bidikan pistol Sela. Sela hanya menatap datar Tiara, lalu tiba-tiba menarik pelatuk pistolnya kembali, namun kali ini b

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 272. Ulang Tahun Keluarga Bara

    Satu minggu setelah pertemuannya dengan Tiara, Mansion Tirta kedatangan surat undangan perayaan ulang tahun keluarga Bara. Naura tengah bersiap-siap, wanita itu duduk tenang di meja riasnya seperti biasa. "Apa belum ada kabar dari Arjuna?" tanya Naura, hari ini genap tiga minggu dirinya dan Arjuna tak bertemu. Kate menggeleng pelan. "Belum, nyonya. Saya juga sudah mencoba mencari kabar beliau melalui tuan Damian, tetapi masih belum ada kabar juga."Naura mengangguk mengerti, lalu memilih untuk segera menuju mobil di halaman depan. Sudah tiga hari Arjuna jarang memberinya kabar, entah kesibukan seperti apa yang menimpa pria itu. Naura jelas berbohong jika dirinya tidak khawatir, namun yang lebih jelas lagi adalah dia percaya pada Arjuna. Sampai di Mansion Bara, karpet merah menjuntai menyambut kedatangan Naura. Begitu sosoknya turun dari mobil, jepretan kamera secara cepat menyambarnya. Naura tetap tersenyum dan terus melangkah maju melewati lautan wartawan di sisi kanan dan ki

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 271. Wanita

    "Maaf karena sebelumnya saya sempat tiba-tiba menghilang dan membuat Anda khawatir," ucap Tiara dengan raut wajah cemas. Naura tersenyum tipis dan mengangguk. "Saya mengerti, nyonya Bara."Tak lama senyum halus Tiara hilang, pandangan matanya pun perlahan turun. "Situasinya sedang sangat tidak baik."Naura memilih untuk tetap mendengarkan, menunggu wanita itu selesai menjelaskan. "Presiden menekan saya menggunakan adik laki-laki saya yang sedang berkuliah di Amerika. Tak satupun kerabat internal Bara yang bersedia membantu, kami semua takut." "Apa tidak ada kerabat yang sebelumnya--""Tidak ada, nyonya. Saya benar-benar tidak berdaya, mereka menganggap saya tidak mampu melindungi keluarga Bara, jadi mereka tidak berani mengambil risiko." Potong Tiara, membuat Naura kembali terdiam. "Yang membuatnya semakin sakit bukan karena saya teringat fakta bahwa suami saya selingkuh, tetapi saat saya sadar setelah semua usaha yang saya lakukan, saya tetap tidak bisa membuat orang-orang yang s

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 270. Tirta-Bara

    "Apa yang membuat nyonya Tirta terhormat mengunjungi kediaman Bara kami?"Suara Jovan yang melayang dengan nada sarkas terdengar. Naura berdiri di hadapan mobil sedan hitam mewahnya, menatap dingin Jovan dan Sela yang 'menyambutnya'. "Di mana nyonya Bara?" tanya Naura langsung, tidak mengindahkan basa-basi Jovan. Jovan tersenyum dingin. "Istri saya kebetulan sedang ada perjalanan bisnis mendadak ke Mesir, nyonya. Sayang sekali, Anda--""Lalu mobil siapa yang terpakir di situ?" Potong Naura, lirikan matanya tertuju pada mobil limosin putih yang terpakir tak jauh dari mereka. Jovan sedikit tercekat, dia tidak tahu kalau Naura bahkan mengetahui mobil Tiara. "Istri saya--""Bisakah Anda tidak membuat waktu saya terbuang sia-sia? Cepat panggil nyonya Bara." Potong Naura saat Jovan hendak melontarkan alasan baru. Jovan menggeleng cepat. "Istri saya sedang tidak enak badan, nyonya Tirta. Tidak bisakah Anda berhenti ikut campur?" Tatapan dan nada bicara Jovan berubah lebih tajam. Naura

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 269. Tawaran Zafir

    Naura tengah mendengarkan presentasi rapat di kantor utama Tirta, namun meskipun begitu tidak ada yang tahu kemana fokus pikirannya pergi. Sejak pagi dia hanya memikirkan Tiara, hatinya jelas merasa khawatir mengingat wanita itu tak memiliki dukungan apa pun dari internal maupun eksternal. "Bagaimana, nyonya Tirta?" tanya ketua divisi yang sedang melakukan presentasi tersebut, membuat Naura tersadar. "Iya, maaf? Oh... Bagus, teruskan." Setelah Naura menjawab, raut wajah puas dan bahagia segera terpancar dari para anggota divisi tersebut. Begitu rapat selesai, Naura dengan cepat bergegas keluar dan Kate seperti biasa mengikuti dari belakang. "Anda baik-baik saja, nyonya?" tanya Kate khawatir. Naura mengangguk singkat. "Iya, apa aku terlihat tidak fokus di rapat tadi?"Kate balas mengangguk juga. "Lumayan, nyonya. Anda ingin saya buatkan teh atau--""Nyonya Tirta!" Dari arah belakang muncul suara pria yang memanggilnya, membuat Naura dan Kate menoleh bersamaan. "Ada apa?" tanya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status