Share

Bab 9. Kita Bercerai Saja

Penulis: nanadvelyns
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-13 16:11:00

Bawa Evelyn ke belakang dan lepas kalung yang dikenakan wanita itu”.

Kening Naura sedikit terlipat dan perasaan marah kembali bergejolak di dalam dirinya. 

Bagaimana bisa Evelyn mengenakan kalung yang sama persis dengan yang ia kenakan? Tidak hanya bentuknya yang sama, tapi momen yang dipilih juga sama.

Kemunculan Evelyn yang sudah anomali bisa berkembang menjadi skandal besar. 

Terlebih, kalung yang mereka kenakan juga merupakan kalung seharga miliaran rupiah yang dipesan secara khusus oleh Zafir.

Kate lalu bergerak dengan cepat dan membawa Evelyn untuk keluar dari kerumunan. Sosoknya yang tak dikenal oleh wartawan membuat pergerakan mereka menjadi lebih mudah. 

Kepergian Evelyn dengan Kate membuat segalanya menjadi lebih mudah. 

Naura tak lagi perlu mengawasi Evelyn dan dapat fokus menjawab pertanyaan para kolega bersama Zafir.

Sesampainya di ruang utama, Naura dan Zafir berjalan menyusul Arjuna yang sudah lebih dulu sampai dan menyerahkan gunting pada Naura.

Mereka hendak memotong pita.

Namun, tiba-tiba saja Zafir menarik tangannya dan berbisik tajam, “Apa yang kau lakukan pada Evelyn?!” tanpa menunggu jawaban apa pun, Zafir langsung berbalik dan berlari pergi.

Apa yang terjadi membuat Naura membeku di tempat, dia tidak tahu harus berbuat apa. 

Zafir benar-benar meninggalkan dirinya di sini dan berlari ke arah Evelyn yang berjalan sembari menangis ke ruangan lain.

Samar-samar Naura dapat melihat Zafir yang memeluk wanita itu dan mengusap punggungnya agar tenang tanpa peduli dengan tatapan banyak orang.

Naura gemetar dan tubuhnya mendadak kaku. Terlebih kini semua orang memandangnya dengan tatapan penuh tanya. 

Di tengah kekacauan pikiran Naura, sebuah tangan besar yang hangat tiba-tiba muncul dan melingkupi tangannya yang sedang menggenggam gunting dengan gemetar. 

"Mari kita mulai prosesinya".

Naura terkejut dan menatap Arjuna, tapi pria itu sama sekali tidak tersenyum.

Namun, saat Arjuna menatap ke arahnya, Naura bisa merasakan tatapan yang sangat dalam dan intens. 

Mereka lalu berjalan mendekat ke arah pita yang melintang dengan posisi beriringan dan tangan yang saling menggenggam.

Begitu pita digunting, tepuk tangan meriah memenuhi ruangan. 

Acara itu sukses tanpa kehadiran Zafir.

Saat semua orang sudah sibuk dengan urusan masing-masing dan Naura juga sudah selesai melakukan tugasnya, wanita itu dengan cepat berjalan ke arah lift.

Dia hendak menuju ke lantai yang disiapkan khusus untuk Wajendra. 

Begitu sampai, Naura dengan cepat mencari ruangan Evelyn, karena suaminya pasti ada di sana. Namun, tak biasanya ruangan itu dijaga oleh Stave.

“Menepi, Stave! Biarkan aku masuk”.

"Nyonya, mohon maaf, tetapi... Tuan berkata--"

"Aku adalah Nyonya Wajendra, Stave. Bukankah seharusnya kamu mengindahkan perintahku!?" 

"Mohon maaf Nyonya, Tuan tidak bisa diganggu karena--" 

"Menyingkir, Stave!" 

Kate dengan cepat menarik tubuh Stave hingga membuat tubuh tinggi pria itu tertarik ke samping. 

Celah yang ada membuat Naura dengan cepat membuka pintu kamar Evelyn, tapi hal pertama yang ia dengar membuatnya merasa jijik.

"Ahh! Zafir! Jangan menciumiku seperti itu!"

Naura merasa perutnya mual, dia benar-benar ingin muntah sekarang. 

Sebab, suaminya dan Evelyn tengah saling bercanda dengan tubuh tanpa busana. Di sekeliling mereka, pakaian bertebaran di mana-mana.

“AH! Zafir! Pintunya!”

Evelyn yang terkejut langsung berteriak ketakutan.

Hal itu membuat Zafir menatap marah ke arah Naura. Dilihat dari wajahnya, pria itu sama sekali tidak merasa bersalah. 

"Apakah ini rasa khawatir yang kamu maksud?" Naura mencengkeram gagang pintu. 

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Zafir.

"Apa yang aku lakukan?" Naura berhenti sejenak dari kalimatnya untuk memberi jeda, kemudian membanting pintu dengan keras hingga tertutup rapat.

BRAK!

"Kamu bertanya apa yang aku lakukan?! Seharusnya aku yang bertanya seperti itu!" Jari telunjuk wanita itu gemetar saat menunjuk suaminya. 

Zafir berdiri dari kasurnya, sementara Evelyn kembali mempererat lilitan selimut di tubuhnya yang polos. 

Wanita itu juga menutupi setengah wajahnya menggunakan selimut dan menatap Naura dengan datar. 

"Dimana akal sehatmu?! Bagaimana bisa kamu meninggalkan aku di hadapan semua orang penting dan media hanya untuk bercinta dengan wanita itu?!" kata Naura sambil menunjuk Evelyn. 

Emosinya sudah tidak bisa dia tahan.

Zafir menghela napas gusar. 

“Bukankah kamu sudah biasa dengan situasi seperti itu? Kamu kan sudah terbiasa menghadapi banyak orang penting dan media. Tetapi Evelyn? Ini pertama kali untuknya! Kamu masih tidak mengerti?!" 

Naura menggeleng cepat. 

"Tidak! Aku tidak mengerti! Apa hanya itu alasan yang kamu punya? Kamu tahu persis seperti apa pentingnya bisnis tambang ini, Zafir. Tidak hanya media Indonesia yang meliput, tetapi seluruh media Asia!" 

Zafir mengerutkan keningnya lebih dalam. 

"Sangat kekanakan. Kamu membuat keadaan yang mudah menjadi sulit, Naura. Sebenarnya, ada apa denganmu? Kamu cemburu dengan Evelyn?"

Naura menunjuk dirinya sendiri,  "Aku? cemburu padanya?"

Zafir mengangguk. "Ya! Kamu iri, bukan? Kamu iri karena Evelyn bisa mengandung anak dan mengenakan barang mewah sepertimu! Naura, kamu benar-benar keterlaluan! Kamu bahkan tidak membiarkan orang yang menolongmu bahagia?"

Naura melemas, kedua matanya yang mulai berkaca-kaca menatap Zafir kosong.  Bagaimana bisa Zafir mengungkit kelemahannya yang paling dalam demi wanita itu? 

Naura lalu berjalan mundur beberapa langkah. Saat Zafir berusaha mendekat, tangannya dengan cepat menghentikan langkah pria itu.

“Berhenti di sana!”

Naura segera membetulkan posisi berdirinya dan menatap Zafir lurus, tatapan mata wanita itu menjadi lebih tajam dan dingin. 

"Zafir, cukup. Kak Naura sudah menangis." 

Suara Evelyn yang ceria bertransformasi menjadi bensin yang disiramkan ke bara api. Berusaha untuk membakar lebih banyak. Wanita itu lalu beranjak dari tempat tidurnya dan melingkarkan tangannya di lengan Zafir. 

Naura menggertakkan gigi dan benar-benar merasa sikap Evelyn sangat menjijikan. Bagaimana bisa dirinya dikasihani oleh Evelyn? Lagi pula, Naura belum meneteskan air matanya satu titik pun.

"Kamu mencintai Zafir?" Kedua mata dingin Naura menatap Evelyn datar. 

Evelyn terlihat sedikit terkejut dengan pertanyaan Naura, wanita itu segera menundukkan kepalanya dalam dan melingkarkan tangannya lebih kuat di lengan Zafir. 

"Bukankah Zafir juga mencintaiku?" 

Naura mengepalkan kedua tangannya lebih erat dan menatap langsung ke mata suaminya. 

“Benar, kamu mencintai Evelyn?" tanya Naura.

Kini perasaan wanita itu berkembang menjadi berkali-kali lipat lebih dingin

Zafir menoleh sejenak ke arah Evelyn, pria itu kemudian kembali menatap Naura dan mengangguk pelan. 

"Maaf... Aku--"

Belum sempat Zafir menuntaskan kalimatnya, Naura sudah lebih dulu berbalik ke arah pintu.

"Kita bercerai saja, Zafir." 

Setelahnya, Naura membuka pintu kamar Evelyn dan berjalan keluar. Di belakangnya, Zafir menatap Naura dengan mata terbelalak.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Roroh Siti Rochmah
iya mending bercerai z lagian si evelin gda apa2nya,, dan si tukng selingkuh nanti bangkrut tnpa kamu
goodnovel comment avatar
Rna 1122
bagussssss , rasain lu anj makan tu sampah gotttt
goodnovel comment avatar
Nazmah Cenggu
lanjut donk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 274. Terlambat dan Sesal | TAMAT

    Satu minggu tepat ajakan menikah Arjuna, pria itu benar-benar mewujudkannya. Naura berdiri dengan gaun pengantin putihnya, bibirnya tersenyum tipis menatap sosoknya sendiri di cermin. Mela dan Kate berdiri di kedua sisinya, mereka ikut tersenyum bahagia. "Selamat, anakku yang manis. Jika ayahmu melihat ini, pasti dia menangis bahagia," ucap Mela, kedua matanya berkaca-kaca saat mengatakan ini. Naura tersenyum dan memeluk Mela. "Semua ini terjadi karena doa ibu yang selalu membantuku."Setelah Naura melepas pelukannya, kini giliran Kate yang menangis. "Ada apa, Kate?" tanya Naura sambil tersenyum tipis. "Saya merasa terharu, karena akhirnya nyonya bisa bahagia tanpa banyak pihak yang mengganggu," jawab Kate cepat di tengah isak tangisnya. Naura terkekeh, lalu memeluk Kate. "Terima kasih banyak karena selalu setia padaku, Kate.""Sebuah kehormatan untuk saya, nyonya," jawab Kate sambil menahan air matanya agar tidak jatuh mengenai gaun pengantin Naura. "Kalau begitu ibu akan kel

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 273. Mari Menikah Minggu Depan

    Zafir terbatuk keras sebelum akhirnya dia jatuh berlutut di lantai sambil menahan darah yang terus mengalir keluar melalui punggungnya. "Zafir..." ucap Naura, dia tetap mendekat meskipun Zafir menahannya. Kedua tangan Naura gemetar, matanya mulai menatap khawatir ke arahnya Zafir. "Kenapa kamu melakukan ini?""Karenamu, apa lagi?" jawab Zafir tanpa ragu di tengah kerumunan yang memperhatikan mereka. "CEPAT PANGGIL DOKTER! KENAPA KALIAN HANYA MELIHAT?!" Bentak Naura pada kerumunan yang hanya diam menonton. Sela tiba-tiba tertawa dari atas sana, kemudian dia berkata,"Aku tahu kamu akan dilindungin oleh siapapun itu."Naura kembali menatap Sela, kali ini tatapannya tajam. "Apa semua ini tidak cukup untukmu?""Berhenti menyakiti mereka, Sela! Bukankah aku yang ingin kamu hancurkan?!" Tiara mendekat ke arah Naura dan merentangkan tangannya untuk melindungi Naura dari bidikan pistol Sela. Sela hanya menatap datar Tiara, lalu tiba-tiba menarik pelatuk pistolnya kembali, namun kali ini b

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 272. Ulang Tahun Keluarga Bara

    Satu minggu setelah pertemuannya dengan Tiara, Mansion Tirta kedatangan surat undangan perayaan ulang tahun keluarga Bara. Naura tengah bersiap-siap, wanita itu duduk tenang di meja riasnya seperti biasa. "Apa belum ada kabar dari Arjuna?" tanya Naura, hari ini genap tiga minggu dirinya dan Arjuna tak bertemu. Kate menggeleng pelan. "Belum, nyonya. Saya juga sudah mencoba mencari kabar beliau melalui tuan Damian, tetapi masih belum ada kabar juga."Naura mengangguk mengerti, lalu memilih untuk segera menuju mobil di halaman depan. Sudah tiga hari Arjuna jarang memberinya kabar, entah kesibukan seperti apa yang menimpa pria itu. Naura jelas berbohong jika dirinya tidak khawatir, namun yang lebih jelas lagi adalah dia percaya pada Arjuna. Sampai di Mansion Bara, karpet merah menjuntai menyambut kedatangan Naura. Begitu sosoknya turun dari mobil, jepretan kamera secara cepat menyambarnya. Naura tetap tersenyum dan terus melangkah maju melewati lautan wartawan di sisi kanan dan ki

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 271. Wanita

    "Maaf karena sebelumnya saya sempat tiba-tiba menghilang dan membuat Anda khawatir," ucap Tiara dengan raut wajah cemas. Naura tersenyum tipis dan mengangguk. "Saya mengerti, nyonya Bara."Tak lama senyum halus Tiara hilang, pandangan matanya pun perlahan turun. "Situasinya sedang sangat tidak baik."Naura memilih untuk tetap mendengarkan, menunggu wanita itu selesai menjelaskan. "Presiden menekan saya menggunakan adik laki-laki saya yang sedang berkuliah di Amerika. Tak satupun kerabat internal Bara yang bersedia membantu, kami semua takut." "Apa tidak ada kerabat yang sebelumnya--""Tidak ada, nyonya. Saya benar-benar tidak berdaya, mereka menganggap saya tidak mampu melindungi keluarga Bara, jadi mereka tidak berani mengambil risiko." Potong Tiara, membuat Naura kembali terdiam. "Yang membuatnya semakin sakit bukan karena saya teringat fakta bahwa suami saya selingkuh, tetapi saat saya sadar setelah semua usaha yang saya lakukan, saya tetap tidak bisa membuat orang-orang yang s

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 270. Tirta-Bara

    "Apa yang membuat nyonya Tirta terhormat mengunjungi kediaman Bara kami?"Suara Jovan yang melayang dengan nada sarkas terdengar. Naura berdiri di hadapan mobil sedan hitam mewahnya, menatap dingin Jovan dan Sela yang 'menyambutnya'. "Di mana nyonya Bara?" tanya Naura langsung, tidak mengindahkan basa-basi Jovan. Jovan tersenyum dingin. "Istri saya kebetulan sedang ada perjalanan bisnis mendadak ke Mesir, nyonya. Sayang sekali, Anda--""Lalu mobil siapa yang terpakir di situ?" Potong Naura, lirikan matanya tertuju pada mobil limosin putih yang terpakir tak jauh dari mereka. Jovan sedikit tercekat, dia tidak tahu kalau Naura bahkan mengetahui mobil Tiara. "Istri saya--""Bisakah Anda tidak membuat waktu saya terbuang sia-sia? Cepat panggil nyonya Bara." Potong Naura saat Jovan hendak melontarkan alasan baru. Jovan menggeleng cepat. "Istri saya sedang tidak enak badan, nyonya Tirta. Tidak bisakah Anda berhenti ikut campur?" Tatapan dan nada bicara Jovan berubah lebih tajam. Naura

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 269. Tawaran Zafir

    Naura tengah mendengarkan presentasi rapat di kantor utama Tirta, namun meskipun begitu tidak ada yang tahu kemana fokus pikirannya pergi. Sejak pagi dia hanya memikirkan Tiara, hatinya jelas merasa khawatir mengingat wanita itu tak memiliki dukungan apa pun dari internal maupun eksternal. "Bagaimana, nyonya Tirta?" tanya ketua divisi yang sedang melakukan presentasi tersebut, membuat Naura tersadar. "Iya, maaf? Oh... Bagus, teruskan." Setelah Naura menjawab, raut wajah puas dan bahagia segera terpancar dari para anggota divisi tersebut. Begitu rapat selesai, Naura dengan cepat bergegas keluar dan Kate seperti biasa mengikuti dari belakang. "Anda baik-baik saja, nyonya?" tanya Kate khawatir. Naura mengangguk singkat. "Iya, apa aku terlihat tidak fokus di rapat tadi?"Kate balas mengangguk juga. "Lumayan, nyonya. Anda ingin saya buatkan teh atau--""Nyonya Tirta!" Dari arah belakang muncul suara pria yang memanggilnya, membuat Naura dan Kate menoleh bersamaan. "Ada apa?" tanya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status