Share

Bab 8. Sapu Tangan Arjuna

Author: nanadvelyns
last update Last Updated: 2024-09-13 16:10:21

"Hati-hati, Evelyn!!" 

Suara itu membuat Naura memandang ke luar jendela mobil.

Di sana, Zafir terlihat sedang membantu Evelyn untuk berjalan masuk ke mobilnya karena wanita itu terlihat lemah dan rapuh. 

Naura lalu mengalihkan pandangannya ke arah iPad dan berusaha untuk fokus ke laporan keuangan yang sedang ia analisis.

Tak lama setelahnya, Zafir menyusul ke dalam mobil dan duduk tepat di samping Naura. 

"Sebaiknya Evelyn tetap beristirahat di mansion kalau kesehatannya memburuk" ucap Naura dengan mata yang masih terpaku pada iPad.

Zafir menggeleng pelan, "Wanita itu menolak untuk ditinggal. Aku juga khawatir kalau dia ditinggal begitu saja bersama para pelayan."

“Begitu? Aku tidak tahu kalau sekarang kamu merangkap tugas sebagai pengasuh ibu hamil”.

Zafir menghela napas tanpa mau memperpanjang masalah, "Anggap saja ini menjadi bagian dari menyenangkan perasaannya agar janin impian kita ikut sehat."

Naura mengangguk-angguk kecil sambil bergumam rendah, "Entah janin atau wanita itu yang kau khawatirkan." 

Zafir melirik Naura, pria itu mendengar apa yang istrinya katakan. Namun, dia memilih untuk diam dan tidak memperlebar pembicaraan. 

Setelah satu setengah jam mengudara menggunakan private jet, mereka akhirnya tiba di Kalimantan dan disambut oleh segerombolan wartawan yang sudah menunggu di lapangan terbang.

Naura mengenakan setelan jas dan heels hitam. Rambut panjangnya yang digerai disempurnakan dengan kacamata hitamnya yang menambah kesan elegan. 

"Ayo," ujar Zafir sambil mengulurkan tangan ke arahnya. 

Begitu pintu dibuka, cahaya flash kamera membuat penglihatan Naura terganggu dan kesulitan untuk tersenyum. 

"Naura, senyum," bisik Zafir sembari meremas pinggulnya.

Naura dengan cepat mengangkat kedua sudut bibirnya untuk menampilkan senyum, meski matanya masih cukup terganggu.

Kemudian, dia dan Zafir berjalan sambil bergandengan tangan dengan sangat serasi di hadapan wartawan. 

Di momen ini, Naura diam-diam sedikit menoleh ke belakang untuk melihat Evelyn. Wanita itu masuk ke rombongan Kate dan Stave. 

Namun, tampaknya Evelyn tidak terlalu nyaman dengan kondisi saat ini, karena wanita itu diam-diam melirik ke arahnya dan Zafir dengan ekspresi kesal.

Kondisi yang ramai membuat salah satu wartawan tak sengaja terdorong ke depan dan hendak menabrak Naura. 

Namun, refleks Zafir bermain dengan sangat bagus. 

Pria itu menarik tubuh istrinya dan menariknya ke dalam pelukan. Kemudian dia memutar posisi mereka berdua dengan romantis.

"Tolong hati-hati." Kedua mata Zafir menatap tidak senang ke arah wartawan tersebut.

Apa yang terjadi terlihat sangat sempurna, sehingga tidak akan ada yang tahu kalau rumah tangga keduanya sudah mulai  retak.

Baru saja pintu mobil ditutup dan mobil mulai berjalan, ponsel Zafir sudah bergetar dan membuat pria itu mengangkatnya.

"Ada apa? Ya? Astaga, Evelyn! Kamu baik-baik saja? Tidak ada yang cedera kan?" 

Suara Zafir terdengar panik.

“Hentikan mobilnya, Pak!”

Naura menatap Zafir dengan serius. Kini ia benar-benar terganggu, karena tindakan Zafir yang sembrono benar-benar membuatnya jengkel.

"Kamu tidak sadar kalau kita sedang diawasi oleh media? Siapa saja bisa mengambil fotomu dan menyebarkannya ke media, Zafir!”

"Tetapi Evelyn membutuh--"

“Untuk apa ada Stave dan Kate di mobil itu? Lain kali, ajari wanita itu untuk menilai situasi saat ingin merepotkan orang lain”.

Zafir menghela napas gusar. "Ayolah, Naura. Evelyn sedang--"

"Sedang mengandung anak kita? Lalu apa? Dia sudah dibayar untuk mengandung anak, itu berarti tugasnya adalah fokus mengandung. Bukan malah mencari perhatianmu!" ujar Naura.

Kali ini dia tidak peduli dengan alasan yang dikatakan Zafir, karena alasan itu terus digunakan setiap kali mereka berdebat, seperti kaset rusak.

"Kamu sungguh hendak mengajakku berdebat sekarang?" Zafir menatap seolah Naura kehilangan akal sehat. 

Naura menatap Zafir lelah, "Kamu masih tidak mengerti maksudku?" 

"Cukup, Naura. Aku tidak punya waktu--"

"Kau tidak punya waktu, karena kau selalu memberikan waktumu untuk mengurusi hal yang tidak penting!”

Kali ini Naura sedikit menaikkan nada bicaranya. 

Mereka berdua benar-benar bertengkar di dalam mobil yang melaju, sedangkan supir yang menyetir mobil hanya diam dan berusaha untuk tidak ikut campur. 

Zafir mengepalkan kedua tangan, karena dia mulai muak dengan Naura. 

Saat Zafir hendak membalas, Naura sudah lebih dulu kembali berbicara. "Katakan. Kamu mencintai Evelyn?"

Zafir terdiam, tapi kemudian menatap Naura sengit, seolah sedang mencoba untuk memperingati istrinya. 

"Jangan buat aku semakin marah, Naura. Patuhi saja apa yang aku katakan dan fokus menjalani apa yang menjadi kewajibanmu."

Naura mengerutkan keningnya, kemudian dia tersenyum pahit dan perlahan tertawa. "Patuh? Kewajiban? Aku istrimu! Bukan karyawanmu! Aku--"

"Naura Wajendra!" Zafir membentak istrinya.

Naura terdiam dan menatap suaminya pahit. Tanpa membalas lagi, Naura menarik pandangannya dari Zafir dan memilih untuk melihat ke arah luar jendela. 

"Hentikan mobilnya," ucap Zafir kepada supir mereka, tak lama kemudian mobil berhenti dan Zafir keluar dengan menutup pintu kasar. 

Naura yang masih melihat ke arah jendela pintu mobil yang berada di sisinya tidak menoleh sama sekali. 

Diam-diam, kedua matanya sibuk membendung air mata agar tidak jatuh, sedangkan tangan kirinya mencengkeram erat jas hitam yang ia gunakan. 

Dia berusaha keras untuk menahan tangisnya dan melepaskan sisi rapuhnya di hadapan supir.

Tak lama kemudian, mobil mereka tiba di tempat tujuan. Gedung pencakar langit pertama dan termegah di Kalimantan menjadi lokasi pertemuan Wajendra dan Renjana hari ini. 

Naura berusaha untuk memperbaiki suasana hati dan penampilannya dengan cepat, kemudian dia bergegas keluar ketika supir membukakan pintu untuknya. 

"Sayang." Suara Zafir yang lembut terdengar.

Naura menatap ke arah Zafir lalu ke arah Evelyn yang berdiri tak jauh dari sana.

Ternyata pria itu sampai lebih dulu daripadanya.

Zafir lalu tersenyum hangat ke arahnya sambil mengulurkan tangan, seolah pertengkaran mereka sebelumnya hanya ilusi.

Demi citranya di depan orang lain, Naura dengan berat hati membalas uluran tangan Zafir dan tersenyum. 

Mereka lalu berjalan masuk ke dalam gedung dengan bertransformasi menjadi pasangan konglomerat idaman. 

"Selamat datang, Tuan dan Nyonya Wajendra”.

“Selamat siang dan terima kasih, Tuan Renjana”.

Zafir berjabat tangan dengan Arjuna yang menyambut mereka dengan asistennya. 

Setelah berbasa-basi dan Zafir sibuk berbincang dengan para karyawan lain, Arjuna mendekat ke arah Naura dan menyodorkan sapu tangan berwarna putih. 

"Sepertinya mata kanan Anda membutuhkan ini." 

Naura terkejut dan langsung mencari kaca atau cermin terdekat.

Saat melihat wajahnya, dia hampir meledak malu, karena terdapat noda eyeliner dan maskara di sudut mata kanannya yang luntur.

Naura mengambil cepat sapu tangan Arjuna dengan wajah yang sedikit memerah karena malu. 

"Terima kasih banyak."

Arjuna hanya mengangguk, mata hijau emerald pria itu menatap sosok Naura sambil tersenyum tipis. 

Saat Arjuna tersenyum padanya, Naura terpaku dengan kedua mata pria itu yang ternyata sangat indah. Mata hijau itu tampak bisa membuat siapa saja jatuh cinta, tapi yang Naura rasakan berbeda. 

Wanita itu justru merasakan aura penekanan dan dominan yang luar biasa dari Arjuna. 

Pria itu... benar-benar memiliki aura yang tidak biasa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Harma Putri
mudahan naura jd pasangan suami istri dgn arjuna,kasian dia betapa terlukanya naura,biar dia bahagia dgn arjuna biar tau rasa safir tu
goodnovel comment avatar
Mahrus Dzaky
ada mata2 di kediaman Rajendra
goodnovel comment avatar
Elios EliosBengkulu
Koq Arjuna tau ya...jika hubungan Naura dgn suami nya lg tidak baik-baik saja
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 274. Terlambat dan Sesal | TAMAT

    Satu minggu tepat ajakan menikah Arjuna, pria itu benar-benar mewujudkannya. Naura berdiri dengan gaun pengantin putihnya, bibirnya tersenyum tipis menatap sosoknya sendiri di cermin. Mela dan Kate berdiri di kedua sisinya, mereka ikut tersenyum bahagia. "Selamat, anakku yang manis. Jika ayahmu melihat ini, pasti dia menangis bahagia," ucap Mela, kedua matanya berkaca-kaca saat mengatakan ini. Naura tersenyum dan memeluk Mela. "Semua ini terjadi karena doa ibu yang selalu membantuku."Setelah Naura melepas pelukannya, kini giliran Kate yang menangis. "Ada apa, Kate?" tanya Naura sambil tersenyum tipis. "Saya merasa terharu, karena akhirnya nyonya bisa bahagia tanpa banyak pihak yang mengganggu," jawab Kate cepat di tengah isak tangisnya. Naura terkekeh, lalu memeluk Kate. "Terima kasih banyak karena selalu setia padaku, Kate.""Sebuah kehormatan untuk saya, nyonya," jawab Kate sambil menahan air matanya agar tidak jatuh mengenai gaun pengantin Naura. "Kalau begitu ibu akan kel

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 273. Mari Menikah Minggu Depan

    Zafir terbatuk keras sebelum akhirnya dia jatuh berlutut di lantai sambil menahan darah yang terus mengalir keluar melalui punggungnya. "Zafir..." ucap Naura, dia tetap mendekat meskipun Zafir menahannya. Kedua tangan Naura gemetar, matanya mulai menatap khawatir ke arahnya Zafir. "Kenapa kamu melakukan ini?""Karenamu, apa lagi?" jawab Zafir tanpa ragu di tengah kerumunan yang memperhatikan mereka. "CEPAT PANGGIL DOKTER! KENAPA KALIAN HANYA MELIHAT?!" Bentak Naura pada kerumunan yang hanya diam menonton. Sela tiba-tiba tertawa dari atas sana, kemudian dia berkata,"Aku tahu kamu akan dilindungin oleh siapapun itu."Naura kembali menatap Sela, kali ini tatapannya tajam. "Apa semua ini tidak cukup untukmu?""Berhenti menyakiti mereka, Sela! Bukankah aku yang ingin kamu hancurkan?!" Tiara mendekat ke arah Naura dan merentangkan tangannya untuk melindungi Naura dari bidikan pistol Sela. Sela hanya menatap datar Tiara, lalu tiba-tiba menarik pelatuk pistolnya kembali, namun kali ini b

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 272. Ulang Tahun Keluarga Bara

    Satu minggu setelah pertemuannya dengan Tiara, Mansion Tirta kedatangan surat undangan perayaan ulang tahun keluarga Bara. Naura tengah bersiap-siap, wanita itu duduk tenang di meja riasnya seperti biasa. "Apa belum ada kabar dari Arjuna?" tanya Naura, hari ini genap tiga minggu dirinya dan Arjuna tak bertemu. Kate menggeleng pelan. "Belum, nyonya. Saya juga sudah mencoba mencari kabar beliau melalui tuan Damian, tetapi masih belum ada kabar juga."Naura mengangguk mengerti, lalu memilih untuk segera menuju mobil di halaman depan. Sudah tiga hari Arjuna jarang memberinya kabar, entah kesibukan seperti apa yang menimpa pria itu. Naura jelas berbohong jika dirinya tidak khawatir, namun yang lebih jelas lagi adalah dia percaya pada Arjuna. Sampai di Mansion Bara, karpet merah menjuntai menyambut kedatangan Naura. Begitu sosoknya turun dari mobil, jepretan kamera secara cepat menyambarnya. Naura tetap tersenyum dan terus melangkah maju melewati lautan wartawan di sisi kanan dan ki

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 271. Wanita

    "Maaf karena sebelumnya saya sempat tiba-tiba menghilang dan membuat Anda khawatir," ucap Tiara dengan raut wajah cemas. Naura tersenyum tipis dan mengangguk. "Saya mengerti, nyonya Bara."Tak lama senyum halus Tiara hilang, pandangan matanya pun perlahan turun. "Situasinya sedang sangat tidak baik."Naura memilih untuk tetap mendengarkan, menunggu wanita itu selesai menjelaskan. "Presiden menekan saya menggunakan adik laki-laki saya yang sedang berkuliah di Amerika. Tak satupun kerabat internal Bara yang bersedia membantu, kami semua takut." "Apa tidak ada kerabat yang sebelumnya--""Tidak ada, nyonya. Saya benar-benar tidak berdaya, mereka menganggap saya tidak mampu melindungi keluarga Bara, jadi mereka tidak berani mengambil risiko." Potong Tiara, membuat Naura kembali terdiam. "Yang membuatnya semakin sakit bukan karena saya teringat fakta bahwa suami saya selingkuh, tetapi saat saya sadar setelah semua usaha yang saya lakukan, saya tetap tidak bisa membuat orang-orang yang s

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 270. Tirta-Bara

    "Apa yang membuat nyonya Tirta terhormat mengunjungi kediaman Bara kami?"Suara Jovan yang melayang dengan nada sarkas terdengar. Naura berdiri di hadapan mobil sedan hitam mewahnya, menatap dingin Jovan dan Sela yang 'menyambutnya'. "Di mana nyonya Bara?" tanya Naura langsung, tidak mengindahkan basa-basi Jovan. Jovan tersenyum dingin. "Istri saya kebetulan sedang ada perjalanan bisnis mendadak ke Mesir, nyonya. Sayang sekali, Anda--""Lalu mobil siapa yang terpakir di situ?" Potong Naura, lirikan matanya tertuju pada mobil limosin putih yang terpakir tak jauh dari mereka. Jovan sedikit tercekat, dia tidak tahu kalau Naura bahkan mengetahui mobil Tiara. "Istri saya--""Bisakah Anda tidak membuat waktu saya terbuang sia-sia? Cepat panggil nyonya Bara." Potong Naura saat Jovan hendak melontarkan alasan baru. Jovan menggeleng cepat. "Istri saya sedang tidak enak badan, nyonya Tirta. Tidak bisakah Anda berhenti ikut campur?" Tatapan dan nada bicara Jovan berubah lebih tajam. Naura

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 269. Tawaran Zafir

    Naura tengah mendengarkan presentasi rapat di kantor utama Tirta, namun meskipun begitu tidak ada yang tahu kemana fokus pikirannya pergi. Sejak pagi dia hanya memikirkan Tiara, hatinya jelas merasa khawatir mengingat wanita itu tak memiliki dukungan apa pun dari internal maupun eksternal. "Bagaimana, nyonya Tirta?" tanya ketua divisi yang sedang melakukan presentasi tersebut, membuat Naura tersadar. "Iya, maaf? Oh... Bagus, teruskan." Setelah Naura menjawab, raut wajah puas dan bahagia segera terpancar dari para anggota divisi tersebut. Begitu rapat selesai, Naura dengan cepat bergegas keluar dan Kate seperti biasa mengikuti dari belakang. "Anda baik-baik saja, nyonya?" tanya Kate khawatir. Naura mengangguk singkat. "Iya, apa aku terlihat tidak fokus di rapat tadi?"Kate balas mengangguk juga. "Lumayan, nyonya. Anda ingin saya buatkan teh atau--""Nyonya Tirta!" Dari arah belakang muncul suara pria yang memanggilnya, membuat Naura dan Kate menoleh bersamaan. "Ada apa?" tanya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status