“Yongki, mulai hari ini, Mili akan belajar tata kelola restoran dari kamu, karena bulan depan dia aku percayakan memegang outlet Kemang. Jadi, kamu bantu dia untuk mempelajari SOP perusahaan, pengelolaan keuangan, dan lain-lain yang berhubungan dengan operasional restoran,” perintah Gun kepada wakil manajer operasional pusat yang dia panggil menghadap ke ruangannya.“Baik Pak Gun, akan saya bantu sebaik mungkin,” ucap Yongki penuh hormat kepada Gun.Yongki merupakan karyawan yang memiliki segudang pengalaman di dunia restoran lantaran pernah bekerja di luar negeri selama 8 tahun di salah satu restoran fast food ternama di dunia. Di tangannya Gun berharap Mili bisa belajar banyak menjadi pengelola restoran yang mumpuni.“Mah, sekarang Mama ikut Yongki, nanti dia tunjukan ruangan untuk Mama, dan mulai hari ini Mama harus belajar mengelola restoran dari Yongki, tanya saja semua yang ingin Mama tahu. Oke, Mah?” ucap Gun kepada Mili yang sejak tadi duduk di sofa sambil membuka-buka majal
Hari ini konsentrasi Firzan sedikit terganggu dengan rencana Mili yang ingin memberikan sejumlah uang kepada keluarga abangnya. Seandainya Firzan meminta Baskoro untuk menolak uang pembelian Mili tersebut, dan Firzan mengganti dengan uang pribadinya hasil kontrak kerja sebagai Brand Ambassador, mungkinkah bisa jadi jalan keluar yang terbaik? Bagaimana seandainya Mili tersinggung? Dan alasan apa yang harus aku berikan kepada Baskoro? Haruskah aku menjelaskan peristiwa di hotel tempo hari? gumam Firzan dengan berbagai pertanyaan yang menghantui pikirannya. “Hey, pagi-pagi bengong...” Lintar datang mengejutkan Firzan yang sedang mengontrol stok barang gudang. “Eh, Pak... baru datang?” ucap Firzan. “Sudah dari tadi, Pak. Pak Lintar enggak mau ke depan, foto-fotonya baru selesai dipajang tuh, bagus lho, Pak?” ucap Lintar memberitahu hasil photo shoot kemarin kini sudah berada di restoran.“Wah, jadi deg-degan sama hasilnya, Pak, takut nggak bagus aja...”“Bagus kok, Pak... keren pokokn
Selepas makan malam bersama Firzan, Chantika kembali ke rumahnya. Kejadian di kedai makan itu sedikit banyak membuatnya mengerti bahwa Firzan dilema dengan dirinya yang selalu menjadi pusat perhatian orang-orang sekelilingnya, terutama dari para wanita. “Kata orang berwajah ganteng itu enak, tapi bagiku terkadang sangat menyiksa. Kamu bisa lihat sendiri aku diserbu orang seperti tadi,” keluh Firzan saat Chantika dalam perjalan dari kedai makan Mas Met menuju kantor.“Sekalian aja kamu jadi artis atau selebgram, biar tampangmu bisa dikomersilkan,” ucap Chantika sambil memandu mobil sportnya.“Aku nggak minat, aku ingin jadi orang biasa-biasa saja, karena aku paling nggak suka mengekspos kehidupan pribadiku seperti yang dilakukan oleh para artis, katanya demi tuntutan para fans atau eksistensi semata,” jelas Firzan.“Ya, udah, mending operasi plastik aja biar jadi jelek, nanti aku bayarin... hahaaha...” canda Chantika.“Yah, kamu sih gitu, orang lagi serius...” ucap Firzan menekuk waja
Kehadiran Nenek Lasmi yang tiba-tiba sungguh mengejutkan Kevin. Memang sejak papanya menikah lagi dengan Mili, Nek Las tidak pernah datang ke rumahnya. Pernah Kevin menyambangi rumah orang tua mamanya itu di Depok, lantaran tidak bisa dihubungi lewat telepon, tapi rumah yang ditempatinya kosong, tidak ada satu orang pun di sana.“Kenapa Nenek selama ini tidak bisa dihubungi?” tanya Kevin setelah mengajak Nek Las ke ruang depan di lantai satu rumahnya.“Telpon Nenek hilang, Vin, jatuh waktu Nenek pergi ke pasar,” jelas Nek Lasmi.“Kalau begitu, Nenek jangan pergi lagi, tinggallah di sini,” pinta Kevin.“Nenek tidak bisa tinggal serumah dengan ibu tirimu, Vin. Pasti akan terjadi perselisihan. Ini Nenek terpaksa datang ke sini, karena Nenek ingin minta alamat kakakmu di Semarang. Lebih baik Nenek tinggal dengan kakakmu saja,” jelas Nek Lasmi.“Semua orang sibuk memperhatikan Kak Chantika, aku ini siapa yang mau memperhatikan?” protes Kevin.“Jangan bicara seperti itu, Vin, Nenek juga saya
“Lintar, aku traktir deh kamu baju, jangan yang nahal-mahal ya... hehehee...” ucap Firzan setelah misi mencari pakaian untuknya selesai. “Thank you, Pak Boss...!” ucap Lintar langsung memberi toss tangan kepada Lintar.“Aku nggak ditraktir, nih?” celetuk Chantika sambil menjelingkan matanya ke arah Firzan. “Erm, kalau bu Chantika nanti malam aku traktir makan soto ayam Mas Met saja ya, oke...?” ucap Firzan sambil tersenyum kepada Chantika.“Ya ampun..., dapat uang ratusan juta aku cuma ditraktir soto... terlalu ya Pak Firzan ini?” canda Chantika.“Modus aja dia tuh mau ngajak kamu keluar, Tika,” celetuk Lintar di samping Chantika. Firzan hanya bisa tertawa walaupun sebenarnya dia memang mulai merasa nyaman berada di samping Chantika, tapi tentu saja dia tidak berani berharap yang lebih sekadar teman karena mereka memiliki dua kehidupan yang berbeda.Sore harinya Firzan harus melakukan photoshoot di salah studio photo terkenal di Semarang. Chantika ikut menemani, sementara Lintar kem
Dengan perasaan bersalah Firzan masuk ke dalam ruang kerja pimpinannya. Wanita itu mempersilakan dia duduk dengan ekspresi datar. Ruangan itu pun kembali hening saat mereka saling duduk berhadapan. Firzan duduk terdiam memerhatikan Chantika membaca sebuah file yang terdiri dari tiga lembar kertas, lalu di lembar terakhir dia menandatangani kertas itu. “Ini, silakan dibaca dulu, lalu ditandatangani,” ucap Chantika masih dengan ekspresi datar dan sorot mata yang serius. Firzan tak berani melihat mata itu lama-lama, dia hanya fokus kepada kertas yang baru saja diterimanya di atas meja. “Surat Kontrak Kerjasama” tertulis di halaman pertama kertas itu, kemudian di bawahnya tertulis nama Firzan Ferdyan di sana dan juga nama Chantika Putri Sutarjo sebagai pihak yang melakukan kerjasama. Kening Firzan berkerut membaca halaman kedua surat itu, dia tidak percaya dengan nominal yang tertera di sana, hingga membuatnya harus memperbesar lensa matanya memandangi angka dalam kertas itu.“Serius i