LOGINMili terjaga dari tidur saat hari sudah malam, tampak Anthony sedang tidur di atas sofa di depan TV yang masih menyala. Tanpa berniat membangunkan lelaki indo berhidung mancung itu, “Aku pulang dulu, secepatnya akan aku hubungi” tulis Mili dalam sehelai kertas lalu diletakkan di atas meja di depan Anthony yang masih tidur dengan nyenyak.Setelah mempertimbangkan banyak hal Mili lebih memilih untuk pulang ke rumah memberi kejutan pada suaminya. Berbagai rencana juga sudah ia pikirkan agar sampai rumah nanti Gun mau memaafkan perbuatannya dan masih mau menerimanya kembali sebagai istri sahnya. Di kediaman keluarga Sutarjo, tampak Parjo yang sedang duduk di pos jaga sambil bermain ponsel menonton video kesukaannya, tiba-tiba ia melongok keluar jendela saat melihat sebuah taksi berhenti tepat di depan rumah majikannya itu. Dari dalam taksi keluar seorang wanita memakai blouse hijau dan mengenakan topi berwarna hitam, lalu ia berjalan mendekatinya, “Siapa itu ya?” batin Parjo sambil menga
Hari ini adalah hari paling membahagiakan dalam hidup Mili. Ia kembali bisa menghirup udara kebebasan di luar penjara. Anthony menjadi sang dewa penyelamat dalam hidupnya, ia berhasil melenyapkan bukti-bukti keterlibatan Mili dalam bisnis prostitusi berkedok restoran dengan membayar jumlah uang sangat besar. Alhasil, pada sidang perdana yang dilakukan secara tertutup Mili dianggap tidak bersalah dan langsung dibebaskan dari tuduhan.“Bagaimana, Mili, sekarang kamu mau ikut ke apartemenku?” tanya Anthony yang menjadi orang satu-satunya menyambut kebebasan Mili.“Iya, Anthony, mulai hari ini aku adalah milikmu, apapun yang kamu inginkan dariku, pasti akan aku berikan. Tapi, aku masih istri sah Gunawan Sutarjo, aku akan memanfaatkan keadaan ini untuk membalas semua perbuatan orang-orang yang sudah menjebloskan aku dalam penjara. Setelah dendamku terbalaskan, aku akan meninggalkan Gunawan dan akan menjadi milikmu seutuhnya.”“Oke, Mili, aku bisa terima keinginanmu itu. Sekarang ayo kita p
“Serius kamu akan membebaskan aku, Anthony?” tegas Mili pada lelaki indo di depannya.“Iya, aku tahu kamu tidak punya siapa-siapa lagi, mereka semua mencampakkan kamu, demikian pula aku. Aku juga sekarang hidup sendiri, Angela sudah bahagia dengan pasangan barunya, makanya aku perlu seseorang untuk mendampingi hidupku juga. Aku harap orang itu adalah kamu, Mili..., karena terus terang terakhir aku ketemu kamu di apartemen itu aku masih merasakan ada getaran di hatiku, kalau aku masih memiliki hasrat denganmu. Ya... masih sama seperti yang aku rasakan saat dekat dengan kamu seperti ini.”“Kamu jangan mengada-ada, Anthony, dengan penampilanku lusuh dan tak terurus seperti ini, aku merasa omonganmu tidak sesuai sama sekali.”“Sumpah, Mili,, kamu itu di mataku tetap cantik walaupun tanpa make up dan apa adanya seperti ini,” puji Anthony, membuat Mili seketika jadi tertunduk malu.“Ya, sudah, kalau begitu, Mili, waktu besuk sudah habis. Sekarang kamu tinggal menunggu waktu kebebasanmu saja
Beberapa hari kemudian di kantor polsek Menteng... Mili baru selesai makan siang yang terpaksa dilahapnya meskipun hatinya menolak, ketika seorang sipir wanita menjemputnya untuk menemui seorang pengunjungnya hari ini. Kata sipir wanita itu, dia seorang laki-laki, ketika Mili bertanya...“Siapa ya? Apa si brengsek Gun yang tiba-tiba rindu padaku setelah semua kebohongannya akan membebaskanku hanya sebuah tipu muslihat?”“Sudah berhari-hari setelah aku memberikan Gunsu Kemang kepada Firzan, baik Firzan maupun Gun tak pernah mengunjungiku lagi? Tak ada seorang pengacara pun yang dia janjikan itu datang”“Sekarang buat apa Gun datang lagi, apa dia akan menepati janjinya? Atau mungkin itu Firzan yang ingin bertemu denganku?”Mili yang tubuhnya mulai terlihat kurus dan tak terurus sepanjang jalan lorong penjara menuju ke ruang pengunjung bergumam sendiri, bertanya-tanya siapakah yang mengunjunginya...?“Anthony...?”Mili merasa terkejut, tidak ada hujan tidak ada badai, tiba-tiba lelaki i
Angela telah mempersiapkan semua barang-barangnya, dia sudah memutuskan untuk pindah ke rumah sewa yang telah dibookingnya melalui sebuah iklan kos-kosan. Keluarga Sutarjo sekarang telah berkumpul, sehingga tidak ada alasan lagi dia berada di rumah itu...“Pak, saya mau pamit dulu...,” ucap Angela saat Pak Gun sedang duduk menikmati teh hangat dan kudapan buatan Nek Las di beranda.“Lho, emangnya kamu mau kemana, Angela?” tanya Pak Gun yang mengerutkan dahi melihat Angela sudah berpakaian rapi dan membawa sebuah travel bag berukuran besar.“Saya sudah dapat rumah sewa, Pak, jadi mau saya tempati hari ini,” jelas Angela.“Lho, kenapa harus sewa rumah segala? Di sini kan masih ada kamar buat kamu tinggal,” tegas Pak Gun. “Dulu kan saya tinggal di sini karena jadi asisten dan sopir Bu Mili, karena dia sudah tidak ada, lebih baik saya tinggal di luar saja,” jelas Angela lagi. “Tapi kamu masih mau kerja dengan aku, kan?” tegas Pak Gun.“Ya mau dong, Pak... saya kan perlu biaya untuk hidu
“Kenapa diam saja?” tanya Firzan yang sedang memandu mobil sambil melirik sebentar ke arah Chantika yang tampak melamun.“Deg-degan tahu...” ucap Chantika sambil bersandar di jok penumpang.“Tenang aja, ayah dan ibuku tidak makan orang... hehehe...” canda Firzan coba mencairkan suasana.“Nggak lucu ah...” ucap Chantika ketus.“Nah, kayak gitu yang pertama aku rasakan saat ketemu papamu di Semarang, panas dingin juga aku dibuatnya?” ungkap Firzan.“Dimana ya waktu itu?” “Di hotel, waktu aku disuruh cari kari kambing sama papamu.”“Bukannya di stasiun?” “Di stasiun kan papamu belum kamu beritahu kalau kita pacaran, walaupun begitu deg-degan juga sih. Tapi yang di hotel itu yang bikin aku keringatan karena takut dimarahi ayahmu.”“Sama juga dengan aku sekarang, kalau orang tuamu nggak suka dengan aku, karena aku kurang cantik misalnya, aku harus gimana?” “Nggak usah takut, kita kawin lari saja kalau tidak direstui... hehehe...” canda Firzan lagi, kali ini candaan Firzan itu bisa mem







