Share

šŸ”®Ramalanmu

Pagi itu pulau Tannin Gaduh. Terdengar teriakan dari segala arah. Ibu yang juga baru selesai masak segera keluar rumah begitu juga denganku.

ā€œKenapa itu?ā€ tanya ibu melihat orang yang berlarian ke arah pantai.

ā€œSemua tetua kesurupan!ā€ jawabnya sambil berlari.

Ibu segera merapikan diri dan ikut berlari ke pantai. Aku pun begitu.

ā€œAda apa ini!ā€ pikirku.

Baru saja aku bermimpi aneh dan ternyata mimpi itu tak cukup. Harus sekali pagi ini kebingunganku ditambah oleh kejadian ini.

ā€œIni kenapa Tari?ā€ teriakku saat melihat Tari yang juga sudah berdiri di pantai melihat kesepuluh tetua pulau yang menari berkeliling membentuk lingkaran. Mereka berteriak dengan kata-kata yang tak bisa dimengerti.

ā€œTidak tahu, tiba-tiba mereka semua berteriak begitu. Enggak tahu juga!ā€ balas Tari.

Ia menarik tanganku mendekat padanya. Seluruh penduduk pulau berkumpul di pantai. Mencoba mengerti apa yang sedang terjadi. Namun, hasilnya tidak ada. Semua kebingungan melihat para tetua pulau yang masih menari dan berteriak. Hampir satu jam lebih mereka begitu sampai akhirnya salah satu dari mereka terjatuh diikuti oleh yang lain. Setelah semua terjatuh baruslah beberapa penduduk berani untuk membantu mereka untuk duduk. Memberi mereka minum.

Kami hanya bisa duduk mengamati apa yang akan terjadi selanjutnya. Menunggu dan menunggu hal yang kami tak tahu apa yang kami tunggu.

ā€œSebaiknya saudara-saudara pulang ke rumah masing-masing. Para tetua akan mengadakan pertemuan dan memberikan jawaban pada kita semua!ā€ teriak seseorang yang terlihat baru saja berbicara dengan tetua pulau.

ā€œjika tiba waktunya para tetua akan mengumpulkan apa yang terjadi kepada kita semua,ā€ kata seorang lagi ketika melihat orang-orang belum beranjak dari tempatnya.

Aku dan Tari memutuskan untuk pulang. Terlihat ibu masih membantu para tetua. Pantisnya mereka semua membutuhkan bantuan karena kelelahan berjingkat-jingkat di usia yang sudah lanjut. Bahkan aku sempat melihat semua berkeringat dengan nafas yang tak teratur.

Aku berjalan sendiri setelah Tari berbelok ke rumahnya. Jalan ke rumah cukup sepi, aku bersenandung untuk mengisi kesunyian.

Mimpi dan kejadian tadi membuatku takut dan sesuatu telah menungguku di depan pintu rumah.

Terlihat seorang pemuda yang begitu aku kenal berdiri persis di depan rumah sambil melihat ke arahku. Dia melipat kedua tangganya dan tersenyum ketika mataku melihatnya. Pemuda dalam mimpiku.

Tak sampai sedetik aku merasakan badanku terjatuh. Tubuhnya seolah melayang dan tak pernah menyentuh tanah. Ketika aku membuka mata aku berdiri di depan pemuda yang tadi. Namun, kami tidak berada di depan rumah atau bahkan seperti tidak berada di pulau.

Tangan pemuda itu menggandengku dan memandu kakiku untuk berjalan mengikutinya. Sesampai di tepi sebuah tebing dia memperlihatkan semua tempat yang sangat luar biasa indah. Terdapat banyak sekali bunga dengan ukuran yang sangat besar. Pepohonan yang begitu rimbun dengan warna daun yang beraneka ragam. Air terjun yang begitu indah dengan pelangi yang menyempurnakan keindahan itu. Namun, yang paling membuat mata terpukau adalah puluhan, bahkan ratusan naga yang terbang ke sana kemari. Dengan sayap yang begitu lebar mereka membelah langit.

ā€œApakah ini nyata? Atau aku hanya bermimpi!ā€ gumannya.

ā€œIni adalah kenyataanā€ bisik pemuda itu sambil mendekatkan tubuhnya pada Latu.

ā€œSebentar lagi semua akan sempurna!ā€ katanya.

ā€œLatu. Bangun, Latu!ā€ suara itu seolah menarik Latu dari alam itu.

Tiba-tiba matanya terbuka dan melihat Bratindra sudah ada di depan matanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status