Share

06. Terperangkap Dalam Jebakan Kai

Kecupan Kai bergerak perlahan ke arah pipi Mika dan menciumnya dengan lembut membuat Mika menggigit bibir bagian bawahnya. Ia berusaha menahan dirinya yang hampir gila karena apa yang Kai lakukan kepadanya. Ia merasa seperti terperangkap dalam jebakan Kai dan ia tahu kalau pria itu tidak akan dengan mudah melepaskannya.

"Aku akan dengan senang hati menjaga rahasiamu, asalkan kamu memberikan apa yang aku mau," bisik Kai lagi di telinga Mika. Mika membuka matanya perlahan dan kembali menatap Kai yang ternyata sudah sangat dekat dengannya.

"T-tapi aku takut Eros mengetahuinya," balas Mika berusaha menolaknya. Kalau Eros mengetahuinya, tentu saja itu akan menjadi mimpi buruk untuknya dan keluarganya.

"Tenang saja, aku pastikan dia tidak akan mencurigai kita."

"Atau aku biarkan saja dia tahu, agar kamu bisa bersamaku?" Mata Mika terbelalak terkejut dan dia segera menggelengkan kepalanya dengan kencang.

"Tidak, Kai. Aku mohon jangan lakukan itu," pinta Mika dengan nada bicara yang terdengar memohon. Keberaniannya tadi sudah hilang, ia tidak bisa lagi berbohong di depan Kai atau mengancamnya dengan cara lain. Kini yang terancam adalah dirinya.

Kai yang mendengar Mika mengernyitkan keningnya, tampak tidak senang. Mika tampak sangat enggan berpisah dengan Eros dan entah kenapa itu sedikit mengganggunya.

"Kenapa? Apa kamu lebih menyukai Eros? Atau Eros melakukannya lebih hebat daripada aku?" tanya Kai. Kai tidak mengerti kenapa Mika enggan memilihnya. Padahal ia bisa melihat kalau Eros dan Mika tidak terlalu saling mengenal. Kai juga yang bertemu dengan Mika terlebih dahulu.

"Tidak, bukan karena itu." Mika menjawabnya dengan sedikit kelabakan, ia tidak menjelaskannya pada Kai karena alasannya adalah keluarganya. Ini tidak ada hubungannya dengan perasaannya pada Eros, karena Mika tidak menyukai suaminya sama sekali.

"Lalu kenapa?" Kai tidak sadar kalau dirinya sedang cemburu, sedangkan Mika merasa aneh dengan sikap Kai.

"Tentu saja karena dia adalah suamiku," jawab Mika lagi. Ia kini berbohong, ia tidak mungkin mengatakan alasannya pada Kai.

"Kamu kan tidak menyukainya, kenapa peduli dengan hal itu?" Mika memicingkan matanya dan mendorong tubuh Kai agar menjauh darinya. Semakin lama Kai bersikap sok tahu padahal pria itu tidak tahu apa-apa tentang dirinya atau pernikahan ini. Mau Eros ataupun Kai, keduanya hanya orang asing untuk Mika.

"Kamu tidak akan mengerti, dan apapun alasanku, itu bukan urusanmu." Kini Mika menjawabnya dengan sedikit berani. Dan Kai mendengus, kecewa dengan jawaban Mika.

"Baiklah, baiklah. Aku tidak akan ikut campur dan bertanya lagi. Yang penting di sini kamu sudah berjanji akan melakukan apapun untukku, Mika. Pilihannya sekarang hanya kamu membayarku lagi, atau aku memberitahu Eros agar aku bisa mendapatkanmu."

Mika masih tidak mengerti kenapa Kai terlihat sangat terobsesi padanya. Padahal ia yakin, kalau banyak wanita yang tertarik padanya. Tapi, Kai malah menginginkan istri sahabatnya sendiri.

"Baiklah, tapi hanya 1 bulan." Mika menyerah, ia tahu kalau Kai tidak akan melepaskannya dan pria itu tentu akan memberitahu Eros apa yang terjadi pada mereka berdua kalau Mika tidak mengikuti apa yang pria itu inginkan.

"1 bulan? Maksudmu pernikahanmu yang hanya akan berjalan satu bulan?" Kai tertawa mengejek seolah tidak percaya kalau pernikahan Mika dan Eros akan berlangsung lama.

"Aku akan membayarmu dengan tubuhku, hanya untuk satu bulan, Kai." Ketakutan Mika tadi sudah hilang. Ia dengan tegas mengatakan keinginannya.

"Baiklah, tapi aku tidak janji akan melepaskanmu setelah 1 bulan. Aku yakin kamu akan memilihku, Mika." Karena Mika tadi mendorongnya menjauh, Kai kini kembali menariknya mendekat lagi.

"Setuju atau tidak?" tanya Mika, ia tidak ingin banyak berbasa-basi.

"Aku dengan senang hati setuju," jawab Kai dengan senyuman miringnya. Mika mengulurkan tangannya, menunggu Kai menjabat tangannya. Namun, dibandingkan berjabatan tangan. Kai melangkah mendekat dan menarik tengkuk Mika. Tubuh Mika di dorong ke tembok dan karena terkejut, Mika tidak bisa melepaskan ciuman Kai.

"Kai.." Mika berusaha melepaskan dirinya. "Bagaimana kalau ada orang yang lihat?" ucap Mika berbisik dan menatap ke sekitar.

"Jangan khawatir, Mika. Tidak akan ada yang melihat kita," balas Kai sembari kembali menciumnya. Kali ini Mika menutup matanya dan menikmati ciumannya.

"Daripada berjabat tangan, lebih baik berciuman, bukan?" rayu Kai, ia terkekeh di sela-sela ciumannya dan Mika hanya bisa mendengus dan menatap Kai dengan tatapan seduktif-nya.

"Dasar gila." Mika memaki Kai sembari mengalungkan tangannya di leher Kai. Kai mengangkat kedua kaki Mika dan menggendong tubuhnya. Aktifitas mereka memanas sampai suara langkah kaki terdengar.

"Ada yang datang!" pekik Mika panik. Ia berusaha turun dari gendongan Kai tapi pria itu malah memeluknya semakin erat.

"Sudahlah, perlu dipedulikan." Tapi Mika tidak bisa berhenti mempedulikannya, ia sangat takut kalau ada orang yang menangkap basah ia dan Kai. 

"Kai, bagaimana kalau itu Eros?" Kai menghela nafasnya dan akhirnya menurunkan tubuh Mika dari gendongannya. Mikapun dengan cepat merapikan dress yang ia pakai.

"Mika?" Suara panggilan terdengar dan ternyata benar, seseorang yang datang adalah Eros, suaminya. Mika menghela nafasnya lega, untung saja ia langsung menyadari suara langkah kaki tadi.

"I-iya? Aku di sini, Eros." Eros masuk dan terkejut melihat Kai dan Mika yang sedang bersama di balkon.

"Sedang apa kalian di sini?" tanya Eros sembari berjalan mendekat. "Aku pikir kamu sudah pergi, Kai."

Mika mulai panik, ia tidak tahu harus beralasan apa. Ia menatap Kai yang terlihat santai dan tenang, tidak ada kepanikan dari raut wajahnya, "Kami..."

"Aku tadi mau merokok, dan tidak sengaja bertemu Mika di sini. Istrimu sepertinya lelah," sela Kai menjelaskan pertemuannya dengan Mika tanpa rasa gugup. Berbeda dengan Mika yang hampir saja menjawab dengan terbata-bata.

"Benarkah? Apa kamu lelah, Mika?" tanya Eros khawatir dan Mika diam-diam melirik Kai lalu menganggukan kepalanya dengan sedikit ragu. Alasan yang dibuat Kai memang bagus tapi ia rencananya terlalu mendadak hingga Mika tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Harusnya kamu mengatakan padaku, kalau kamu lelah. Mau pulang sekarang?" tawar Eros, ia mengusap lembut rambut istrinya itu, bersandiwara di depan Kai.

"Acaranya kan belum selesai, aku tidak enak kalau pergi terlebih dahulu,” tolak Mika. Mereka adalah pengantinnya jadi ia merasa tidak enak kalau harus pulang terlebih dulu.

"Tidak apa-apa, masih ada ayah dan ibukku. Para tamu juga akan mengerti. Ayo cepat.” Tidak mendengarkan persetujuan dari Mika lagi, Eros merangkul tubuh Mika lalu hendak membawanya pergi.

"Kai, kami pergi lebih dulu, ya? Nikmati acaranya,” pamit Eros pada sahabatnya itu.

“Iya berhati-hatilah. Sampai bertemu nanti, Eros…dan Mika.” Kai mengatakan nama Mika dengan pelan dan tentu saja Eros tidak dapat mendengarnya. Tapi Mika yang diam-diam menoleh ke arah Kai dapat melihat dari gerakan bibir Kai dan membuat Mika tersenyum.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status