Kecupan Kai bergerak perlahan ke arah pipi Mika dan menciumnya dengan lembut membuat Mika menggigit bibir bagian bawahnya. Ia berusaha menahan dirinya yang hampir gila karena apa yang Kai lakukan kepadanya. Ia merasa seperti terperangkap dalam jebakan Kai dan ia tahu kalau pria itu tidak akan dengan mudah melepaskannya.
"Aku akan dengan senang hati menjaga rahasiamu, asalkan kamu memberikan apa yang aku mau," bisik Kai lagi di telinga Mika. Mika membuka matanya perlahan dan kembali menatap Kai yang ternyata sudah sangat dekat dengannya."T-tapi aku takut Eros mengetahuinya," balas Mika berusaha menolaknya. Kalau Eros mengetahuinya, tentu saja itu akan menjadi mimpi buruk untuknya dan keluarganya."Tenang saja, aku pastikan dia tidak akan mencurigai kita.""Atau aku biarkan saja dia tahu, agar kamu bisa bersamaku?" Mata Mika terbelalak terkejut dan dia segera menggelengkan kepalanya dengan kencang."Tidak, Kai. Aku mohon jangan lakukan itu," pinta Mika dengan nada bicara yang terdengar memohon. Keberaniannya tadi sudah hilang, ia tidak bisa lagi berbohong di depan Kai atau mengancamnya dengan cara lain. Kini yang terancam adalah dirinya.Kai yang mendengar Mika mengernyitkan keningnya, tampak tidak senang. Mika tampak sangat enggan berpisah dengan Eros dan entah kenapa itu sedikit mengganggunya."Kenapa? Apa kamu lebih menyukai Eros? Atau Eros melakukannya lebih hebat daripada aku?" tanya Kai. Kai tidak mengerti kenapa Mika enggan memilihnya. Padahal ia bisa melihat kalau Eros dan Mika tidak terlalu saling mengenal. Kai juga yang bertemu dengan Mika terlebih dahulu."Tidak, bukan karena itu." Mika menjawabnya dengan sedikit kelabakan, ia tidak menjelaskannya pada Kai karena alasannya adalah keluarganya. Ini tidak ada hubungannya dengan perasaannya pada Eros, karena Mika tidak menyukai suaminya sama sekali."Lalu kenapa?" Kai tidak sadar kalau dirinya sedang cemburu, sedangkan Mika merasa aneh dengan sikap Kai."Tentu saja karena dia adalah suamiku," jawab Mika lagi. Ia kini berbohong, ia tidak mungkin mengatakan alasannya pada Kai."Kamu kan tidak menyukainya, kenapa peduli dengan hal itu?" Mika memicingkan matanya dan mendorong tubuh Kai agar menjauh darinya. Semakin lama Kai bersikap sok tahu padahal pria itu tidak tahu apa-apa tentang dirinya atau pernikahan ini. Mau Eros ataupun Kai, keduanya hanya orang asing untuk Mika."Kamu tidak akan mengerti, dan apapun alasanku, itu bukan urusanmu." Kini Mika menjawabnya dengan sedikit berani. Dan Kai mendengus, kecewa dengan jawaban Mika."Baiklah, baiklah. Aku tidak akan ikut campur dan bertanya lagi. Yang penting di sini kamu sudah berjanji akan melakukan apapun untukku, Mika. Pilihannya sekarang hanya kamu membayarku lagi, atau aku memberitahu Eros agar aku bisa mendapatkanmu."Mika masih tidak mengerti kenapa Kai terlihat sangat terobsesi padanya. Padahal ia yakin, kalau banyak wanita yang tertarik padanya. Tapi, Kai malah menginginkan istri sahabatnya sendiri."Baiklah, tapi hanya 1 bulan." Mika menyerah, ia tahu kalau Kai tidak akan melepaskannya dan pria itu tentu akan memberitahu Eros apa yang terjadi pada mereka berdua kalau Mika tidak mengikuti apa yang pria itu inginkan."1 bulan? Maksudmu pernikahanmu yang hanya akan berjalan satu bulan?" Kai tertawa mengejek seolah tidak percaya kalau pernikahan Mika dan Eros akan berlangsung lama."Aku akan membayarmu dengan tubuhku, hanya untuk satu bulan, Kai." Ketakutan Mika tadi sudah hilang. Ia dengan tegas mengatakan keinginannya."Baiklah, tapi aku tidak janji akan melepaskanmu setelah 1 bulan. Aku yakin kamu akan memilihku, Mika." Karena Mika tadi mendorongnya menjauh, Kai kini kembali menariknya mendekat lagi."Setuju atau tidak?" tanya Mika, ia tidak ingin banyak berbasa-basi."Aku dengan senang hati setuju," jawab Kai dengan senyuman miringnya. Mika mengulurkan tangannya, menunggu Kai menjabat tangannya. Namun, dibandingkan berjabatan tangan. Kai melangkah mendekat dan menarik tengkuk Mika. Tubuh Mika di dorong ke tembok dan karena terkejut, Mika tidak bisa melepaskan ciuman Kai."Kai.." Mika berusaha melepaskan dirinya. "Bagaimana kalau ada orang yang lihat?" ucap Mika berbisik dan menatap ke sekitar."Jangan khawatir, Mika. Tidak akan ada yang melihat kita," balas Kai sembari kembali menciumnya. Kali ini Mika menutup matanya dan menikmati ciumannya."Daripada berjabat tangan, lebih baik berciuman, bukan?" rayu Kai, ia terkekeh di sela-sela ciumannya dan Mika hanya bisa mendengus dan menatap Kai dengan tatapan seduktif-nya."Dasar gila." Mika memaki Kai sembari mengalungkan tangannya di leher Kai. Kai mengangkat kedua kaki Mika dan menggendong tubuhnya. Aktifitas mereka memanas sampai suara langkah kaki terdengar."Ada yang datang!" pekik Mika panik. Ia berusaha turun dari gendongan Kai tapi pria itu malah memeluknya semakin erat."Sudahlah, perlu dipedulikan." Tapi Mika tidak bisa berhenti mempedulikannya, ia sangat takut kalau ada orang yang menangkap basah ia dan Kai. "Kai, bagaimana kalau itu Eros?" Kai menghela nafasnya dan akhirnya menurunkan tubuh Mika dari gendongannya. Mikapun dengan cepat merapikan dress yang ia pakai."Mika?" Suara panggilan terdengar dan ternyata benar, seseorang yang datang adalah Eros, suaminya. Mika menghela nafasnya lega, untung saja ia langsung menyadari suara langkah kaki tadi."I-iya? Aku di sini, Eros." Eros masuk dan terkejut melihat Kai dan Mika yang sedang bersama di balkon."Sedang apa kalian di sini?" tanya Eros sembari berjalan mendekat. "Aku pikir kamu sudah pergi, Kai."Mika mulai panik, ia tidak tahu harus beralasan apa. Ia menatap Kai yang terlihat santai dan tenang, tidak ada kepanikan dari raut wajahnya, "Kami...""Aku tadi mau merokok, dan tidak sengaja bertemu Mika di sini. Istrimu sepertinya lelah," sela Kai menjelaskan pertemuannya dengan Mika tanpa rasa gugup. Berbeda dengan Mika yang hampir saja menjawab dengan terbata-bata."Benarkah? Apa kamu lelah, Mika?" tanya Eros khawatir dan Mika diam-diam melirik Kai lalu menganggukan kepalanya dengan sedikit ragu. Alasan yang dibuat Kai memang bagus tapi ia rencananya terlalu mendadak hingga Mika tidak tahu harus bereaksi seperti apa."Harusnya kamu mengatakan padaku, kalau kamu lelah. Mau pulang sekarang?" tawar Eros, ia mengusap lembut rambut istrinya itu, bersandiwara di depan Kai."Acaranya kan belum selesai, aku tidak enak kalau pergi terlebih dahulu,” tolak Mika. Mereka adalah pengantinnya jadi ia merasa tidak enak kalau harus pulang terlebih dulu."Tidak apa-apa, masih ada ayah dan ibukku. Para tamu juga akan mengerti. Ayo cepat.” Tidak mendengarkan persetujuan dari Mika lagi, Eros merangkul tubuh Mika lalu hendak membawanya pergi."Kai, kami pergi lebih dulu, ya? Nikmati acaranya,” pamit Eros pada sahabatnya itu.“Iya berhati-hatilah. Sampai bertemu nanti, Eros…dan Mika.” Kai mengatakan nama Mika dengan pelan dan tentu saja Eros tidak dapat mendengarnya. Tapi Mika yang diam-diam menoleh ke arah Kai dapat melihat dari gerakan bibir Kai dan membuat Mika tersenyum.Setelah pulang dari pesta pernikahannya dengan Eros, akhirnya Mika sampai di rumah Eros. Rumah yang akan ia tinggali selama menikah dengan Eros dan mungkin Mika akan menghabiskan seumur hidupnya di rumah ini bersama pria yang sama sekali ia tidak cintai. "Apa ini rumahmu sendiri?" tanya Mika memecah keheningan diantara mereka karena sejak dari mobil tadi, Eros hanya diam dan sama sekali tidak mengajaknya berbicara. Mika juga mengira mereka akan tinggal bersama Tuan Ergan, jadi ia terkejut karena ternyata Eros tidak tinggal di rumah keluarganya. "Iya, aku sudah lama membelinya. Orang sepertimu tidak akan mampu membeli rumah sendiri, kan?" Eros membalas pertanyaannya tapi jawabannya membuat Mika langsung terdiam."Apa maksudmu?" tanya Mika berpura-pura tidak mengerti, ia hanya memastikan apa yang ia dengar tadi. "Orang sepertimu,” jawab Eros sembari menunjuk Mika dan tersenyum menghina. "Orang yang rela menjual dirinya sendiri demi uang
Setelah selesai sarapan, Eros beranjak bangun dari duduknya. Ia harus segera pergi ke kantor. "Aku sudah terlambat, aku harus pergi ke kantor sekarang." Mika ikut beranjak bangun dan segera membereskan piring di meja makan."Aku akan pulang malam karena ada makan malam dengan klien," lanjut Eros lagi. "Bukan karena ingin menikmati waktu dengan wanita lain?" timpal Kai, ia menopang dagunya dan menatap Eros dengan tatapan jahilnya yang membuat Eros mendengus. Ia tahu kalau temannya itu sedang membuat lelucon dan berusaha menggodanya. "Tentu saja bukan! Aku adalah suami yang baik," balas Eros. Ia berjalan melewati Kai lalu meninju pelan lengan Kai. "Berhenti mengatakan omong kosong seperti itu, Kai. Aku takut Mika akan mempercayainya." "Tenanglah, aku hanya bercanda.""Mika," panggil Eros tiba-tiba. Mika yang sedang merapikan meja makan segera menatap ke arah Eros. "Pergilah berbelanja hari ini, aku akan mengirimkan uangnya.""Ba
"Ayo pergi sekarang, kamu harus berbelanja, kan? Biar aku temani." Kai dengan cepat beranjak bangun dan mengambil handuk yang ia pakai tadi. Dan Mika cukup terkejut karena Kai tidak lagi menyentuhnya. "Cepat ganti pakaianmu, aku tunggu di depan rumah." Setelah mengatakan itu, Kai melangkah pergi ke depan rumah. Meninggalkan Mika yang masih terduduk dan merasakan kalau jantungnya mulai berdebar.Tidak ingin membuat Kai menunggu, Mika segera mengganti pakaiannya dan menghampiri Kai yang sudah menunggunya di mobil. 20 menit perjalanan mereka sampai di pusat perbelanjaan. Mika sibuk memilih bahan makanan dan barang yang ia butuhkan karena Eros juga menyuruhnya untuk membeli sesuatu yang ia butuhkan. Kai yang menemaninya, terus mengikuti wanita itu sembari terus menatapnya. "Kalau kamu memilihku, mungkin kamu tidak harus bertahan dengan Eros,” ujar Kai tiba-tiba ketika Mika sibuk berbelanja. Ia menoleh pada Kai sebentar lalu mendengus karena merasa
Setelah melakukannya, mereka berdua terbaring di atas sofa. Entah kenapa berada di pelukan Kai membuat Mika melupakan semua kesedihan setelah menikahi Kai. Ia merasa aman dan nyaman berada di pelukan Kai dan Kai juga memeluk tubuh Mika erat seolah enggan melepaskannya. "Apa lehermu masih sakit, Mika?" tanya Kai, ia terus menatap lebam di tubuh Mika dengan perasaan khawatir dan mengelusnya dengan lembut."Tidak, sudah tidak apa-apa," jawab Mika. Ia tidak menyangka kalau Kai masih mengkhawatirkan lebam di tubuhnya dan sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari lebam itu. "Apa perlu aku belikan obat agar lebamnya hilang?" tawar Kai tapi Mika langsung menggelengkan kepalanya menolak. "Ayo kita makan malam. Makanannya sudah dingin." Mika tiba-tiba saja melepaskan pelukan Kai dan hendak melangkah pergi ke dapur. Namun, suara deringan telepon terdengar dari ponsel Kai yang tergeletak di atas lantai. Kai ikut beranjak bangun dan mengangkat telepon yang ternyata dari asistennya. Sedang
"Eros, kamu sudah pulang? Apa kamu mau makan? Biar aku panaskan makanannya,” ucap Mika ketika ia terbangun dari tidurnya dan sadar kalau Eros sudah pulang. Namun Eros tetap berdiri di depan pintu dengan tatapan tajamnya yang terus mengarah pada Mika. “Siapa yang menyuruhmu tidur di tempat tidur?” tanya Eros lagi, pria itu terdengar sedikit menakutkan dan Mika yang tidak mengerti hanya bisa mengerutkan keningnya karena bingung. Dari nada suaranya, Eros sepertinya sedang mabuk.“Apa maksudmu? Aku tidak tahu harus tidur di mana, jadi aku tidur di sini,” jawab Mika dengan sedikit gelagapan. “Siapa yang menyuruhmu tidur di tempat tidurku, sialan!” teriak Eros marah. “Sangat menyenangkan, bukan, tidur di tempat tidur orang lain? Kamu benar-benar tidak punya rasa malu.”“A-aku hanya beristirahat sebentar setelah mandi tadi, dan aku tidak tahu harus tidur di mana.” Mika menjawabnya lagi memberanikan diri karena ia memang tidak merasa kalau dirinya melakukan kesalahan tapi tentu saja Eros ti
Setelah mengendarai mobilnya, tak lama mereka sampai dan Kai segera memarkirkan mobilnya di depan rumah Eros. Kedua orang itu keluar dari mobil dan segera melangkah masuk ke dalam rumah. Mika merasa tubuhnya semakin panas dan pandangannya mulai buram. Demamnya sepertinya bertambah parah. "Mika, apa demam kamu semakin tinggi?" tanya Kai, ia sadar kalau wajah Mika berubah menjadi memerah. "Tidak, aku tidak apa-apa," jawab Mika berbohong tapi tiba-tiba Kai sudah menempelkan tangannya ke kening Mika dan mengecek suhu tubuh Mika. "Demammu sangat tinggi," ujar Kai terdengar khawatir namun Mika segera menggelengkan kepalanya. "Aku sudah minum obatnya kok, jadi demamku sebentar lagi juga akan turun.""Tidak, Mika. Kamu harus beristirahat. Apa perlu kita ke rumah sakit sekarang?" tanya Kai lagi. Ia sangat khawatir sampai berpikir kalau Mika seharusnya langsung dibawa ke rumah sakit. "Ah tidak, Kai! Sakitku tidak parah, jangan berlebihan. Aku tidak ingin Eros marah kalau sampai ia tahu aku
Wajah tidur Mika, membuat Kai tidak bisa melepaskan pandangannya. Ia dengan sengaja duduk di bawah sofa untuk melihat wajah Mika. "Handuknya sudah tidak dingin," gumam Kai. Ia mengambil handuk dari kening Mika dengan perlahan dan merendamnya dengan air dingin."Bertahanlah." Handuk dingin itu kembali Kai taruh di atas kening Mika. Karena dingin, Mika sedikit terbangun dari tidurnya dan menggumam. "Dingin.." gumamnya di tengah-tengah tidurnya. "Tahan, Mika. Nanti dinginnya akan perlahan hilang," ucap Kai dan Mika terlihat tidak mendengarkan ucapan Kai dan langsung tertidur lagi. Tangan Kai mengelus pelan rambut Mika. Ia beranjak bangun ketika suara bel terdengar dari pintu utama."Sepertinya Adam sudah datang." Kai membuka pintu rumah. Ternyata benar, Adam sudah berada di depan rumah."Ini sup ayam yang anda inginkan, Tuan," ucap Adam sembari menyodorkan bubur yang Kai pinta di telepon tadi. "Baiklah, terimakasih, Adam," balas Kai menerima sup ayam itu. "Saya sudah mengatur rapat
"Kamu sudah pulang?" tanya Mika, ia terkejut namun ia berusaha menyembunyikannya agar Eros tidak curiga. Mika juga segera beranjak bangun dari duduknya."Iya, aku pulang lebih awal hari ini. Kamu sedang makan?" balas Eros sembari melepas jas miliknya dan Mika segera mengambilnya dari tangan Eros. Eros terus menatap Kai, ia heran kenapa Kai bisa ada di rumahnya tapi ia sebisa mungkin menjaga raut wajahnya agar Kai tidak tersinggung olehnya. "Aku membeli sup ayam tadi, apa kamu ingin makan sekarang? Biar aku buatkan sesuatu," ujar Mika berusaha mengalihkan perhatian Eros dan Eros langsung menggelengkan kepalanya menolak. "Tidak perlu, Mika. Aku akan keluar malam ini. Dan Kai, apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa tidak memberi kabar padaku dulu kalau kamu akan datang?" Kini Eros akhirnya berani bertanya kepada Kai yang hanya duduk dengan santainya dan menyesap segelas teh yang dibuatkan oleh Mika tadi. "Aku lupa memberitahumu tadi, karena aku juga tidak sengaja bertemu dengan Mika di