Setelah pulang dari pesta pernikahannya dengan Eros, akhirnya Mika sampai di rumah Eros. Rumah yang akan ia tinggali selama menikah dengan Eros dan mungkin Mika akan menghabiskan seumur hidupnya di rumah ini bersama pria yang sama sekali ia tidak cintai.
"Apa ini rumahmu sendiri?" tanya Mika memecah keheningan diantara mereka karena sejak dari mobil tadi, Eros hanya diam dan sama sekali tidak mengajaknya berbicara.Mika juga mengira mereka akan tinggal bersama Tuan Ergan, jadi ia terkejut karena ternyata Eros tidak tinggal di rumah keluarganya."Iya, aku sudah lama membelinya. Orang sepertimu tidak akan mampu membeli rumah sendiri, kan?" Eros membalas pertanyaannya tapi jawabannya membuat Mika langsung terdiam."Apa maksudmu?" tanya Mika berpura-pura tidak mengerti, ia hanya memastikan apa yang ia dengar tadi."Orang sepertimu,” jawab Eros sembari menunjuk Mika dan tersenyum menghina. "Orang yang rela menjual dirinya sendiri demi uang."Mika tidak percaya dengan apa yang didengarnya meski ia sudah tahu kalau sejak awal Eros memang tidak menyukai pernikahan mereka berdua. Ia terus berdiri di depan pintu utama, dengan penyesalan yang telah ia buat karena ia sudah menyetujui untuk menikah dengan Eros dan tidak menyadari kalau Eros akan memperlakukannya dengan sangat buruk selama mereka menikah. Mika sadar kalau dirinya akan hidup di neraka selama menikah dengan Eros.Setelah melepaskan dasi yang ia kenakan, Eros berjalan mendekati Mika. "Kamu pikir, kamu bisa hidup dengan nyaman di rumahku setelah menjual dirimu sendiri?"Tangan Eros menyentuh dagu dan menatap wajah Mika. "Hanya karena kamu cantik, aku tidak akan membuatmu hidup dengan nyaman setelah membuatku terjebak di pernikahan sialan ini!" bentak Eros. Wajahnya memerah dan Eros tampak seperti monster. Dengan sengaja, Eros mendorong kepala Mika dan tertawa."Baiklah, aku harus mulai dari mana?" gumam Eros sembari menatap tubuh Mika dari atas sampai ke bawah dan tiba-tiba merobek gaun yang dikenakan Mika.Mika terkejut, ia menutupi tubuhnya dan berusaha menghentikan Eros. Dadanya mendadak terasa sesak, Eros berhasil menginjak-nginjak harga dirinya dan membuat Mika tidak berdaya."Aku mohon, jangan seperti ini,” pinta Mika karena sentuhan kasar Eros membuat Mika kesakitan."Ayolah, jangan sok jual mahal, aku tahu tubuhmu ini sudah dipakai banyak pria, kan?" Di matanya, Eros lebih bajingan daripada Kai yang merupakan seorang mafia. Mika merasa hidupnya sangat hancur, setelah dipaksa menikah, kini ia harus diperlakukan kasar oleh suaminya."Apa kamu tidak mendengarkanku? Apa perlu aku membuka bajumu itu secara paksa? Ayo cepat layani aku!" teriak Eros. Mika menganggukan kepalanya dan berusaha menahan tangisannya karena direndahkan seperti ini."Ah sialan! Lama sekali. Aku sudah berbaik hati menjadikan kamu istriku, tapi kamu tidak berterimakasih padaku." Dengan terpaksa Mika membuka dress yang ia kenakan di depan Eros dengan tangisannya yang sudah tidak dapat ia tahan. Eros sama sekali tidak memperlakukannya seperti manusia, pria itu benar-benar membencinya."Bagus, setidaknya kamu membuatku puas jika berani menjual dirimu sendiri." Eros duduk di kursi dan dengan santai menyaksikan Mika yang sedang membuka bajunya. Mika berusaha menutupi tubuhnya yang sudah telanjang dengan tangannya."Aku cukup kagum dengan tubuhmu itu, tubuhmu cukup indah untuk ukuran seorang pelacur. Ayo kesini, naik ke pangkuanku,” ucap Eros dengan senyuman miring menakutkan. Eros menepuk pahanya dan menyuruh Mika untuk duduk di atasnya. Mika yang sudah tidak berbusana, berjalan mendekati Eros dan naik ke atas pangkuan suaminya itu."Setidaknya aku sekarang mempunyai pelacur pribadi di rumah." Mika menggigit bibir bagian bawahnya saat Eros mencium leher dan dadanya dengan cukup kasar. Berbeda dengan Kai yang menyentuhnya dengan sangat lembut. Eros menarik rambut Mika dan membuat Mika semakin kesakitan."Aku akan membuatmu kesakitan, agar kamu tahu diri. Sekarang turun dari pangkuanku,” perintah Eros yang langsung Mika turuti karena ia tidak mau pria itu semakin menyakitinya. Tangan Mika sudah ditarik dengan kasar masuk ke dalam kamar dan tubuhnya langsung menghempaskan ke atas kasur. Eros membuka semua bajunya dan mencekik leher Mika dengan senyuman seringai yang menakutkan."Ah sudah lama sekali aku tidak melakukannya karena persiapan pernikahan sialan ini, aku jadi kehilangan wanita-wanitaku,” gerutunya dengan cekikannya bertambah erat sampai Mika kesulitan bernafas."E-Eros..aku kesulitan ber..nafas.” Eros melepaskan cekikannya, namun langsung menampar wajah Mika dengan keras."Tahan sedikit, dan jangan banyak berbicara." Mika kembali menggigit bibir bagian bawahnya dan ia tidak dapat menahan tangisannya. Ia benar-benar tersiksa, tapi tidak bisa melakukan apa-apa selain pasrah. Tidak ada kenikmatan yang Mika rasakan saat berhubungan dengan Kai. Mika menutup matanya, mencoba menikmatinya.Tiba-tiba wajah Kai terlintas dipikirannya. Anehnya, Mika jadi lebih bergairah ketika membayangkan Kai.Tepat pada pukul 8 pagi, Mika terbangun dengan rasa sakit di tubuhnya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar dan sadar dengan keadaan kamar yang ia tiduri semalam. Berdebu dan tampak kosong, sepertinya ini bukan kamar Eros.Ia bangun dengan terburu-buru karena takut Eros memarahinya, tapi beberapa detik kemudian, Mika sadar kalau ia mendengar suara lain dari luar kamar.“Apa ada seseorang yang datang?” gumam Mika, ia dengan cepat beranjak bangun dari tempat tidur dengan sedikit memaksakan diri karena tubuhnya terasa remuk. Membayangkan kejadian semalam, Mika sangat ingin menangis tapi ia tidak boleh memperlihatkan itu pada Eros, kini perannya di sini adalah istri dari Eros dan ia harus menerima bagaimanapun sifat asli Eros."Mika, apa kamu sudah bangun?" tanya Eros sedikit berteriak karena jarak mereka yang cukup jauh. Mendengar nada suara Eros yang ramah membuat Mika mengernyitkan keningnya heran."I-iya, aku baru bangun. Maafkan aku karena bangun terlambat,” jawab Mika sembari terus berjalan dan mencari sumber suara."Tidak apa-apa, kita kan kelelahan semalam,” timpal Eros lagi. Dan suara lain ikut menimpali Eros. “Dasar tukang pamer."Mika berhenti melangkah ketika ia sadar kalau pria yang sedang duduk bersama Eros di meja makan adalah Kai. Mika terkejut karena sepagi ini Kai sudah berada di rumah Eros dan mungkin ini alasan Eros yang kembali bersikap lembut kepada Mika lagi."Helo, Mika. Selamat pagi,” sapanya dengan senyuman lebar dan entah kenapa Mika lega karena Kai ada di sini. Ia sangat takut pada Eros, terutama sikap kasarnya tapi karena Kai, Mika tahu kalau Eros tidak akan kembali menjadi iblis seperti semalam, meski tidak akan lama tapi Mika tetap merasa lega."Kai sedang ada urusan di dekat sini, kamu tidak keberatan kan dia berada di sini sampai sore?" Mika menggelengkan kepalanya, tentu saja ia tidak keberatan."Ayo duduk di sini." Eros menepuk kursi di sebelahnya dan senyuman manis Eros kini membuat Mika ketakutan dan ia dengan cepat, mematuhi ucapan suaminya itu. Mereka kini menikmati sarapan mereka tapi Kai diam-diam terus memperhatikan Mika."Kamu melakukannya dengan kasar, ya?" tanya Kai tiba-tiba membuat Eros tampak terkejut. Ia menoleh pada Mika, namun ia rasa tidak ada yang salah dari penampilan istrinya itu.“A-apa maksudmu?” Eros balik bertanya dengan gugup. Begitupun Mika, ia tidak menyangka kalau Kai akan menyadarinya dengan begitu cepat."Pipi istrimu sampai bengkak dan lebam,” jawab Kai. Ia bisa melihat lebam di leher Mika meski Mika berusaha mentupinya."I-itu hanya ketidaksengajaan dan Mika, suka melakukannya dengan kasar.” Eros sebisa mungkin berusaha mencari alasan yang masuk akal meski ia sebenarnya sedang menyembunyikan kegugupannya. Dan rangkulan Eros yang tiba-tiba membuat Mika mengerti dengan isyarat suaminya itu dan hanya bisa menganggukan kepalanya."Benarkah?" Kai melirik Mika dan tersenyum menyeringai ke arahnya dan Eros langsung menganggukan kepalanya.“Kamu kan tidak mengenal Mika! Jadi kamu tidak tahu bagaimana dia aslinya.” Eros berusaha membuat candaan dan Kai ikut tertawa meski ia hanya memaksakannya.Diam-diam, Eros menatap ke arah Mika dan seperti memberi isyarat padanya."Tutupi lehermu." Dan Mika segera merapatkan cardigan yang ia kenakan agar lehernya yang lebam karena cekikan Eros semalam, tidak terlihat oleh Kai. Namun, Kai tahu apa yang Eros berusaha tutupi. Ia sangat mengenal Eros.Setelah selesai sarapan, Eros beranjak bangun dari duduknya. Ia harus segera pergi ke kantor. "Aku sudah terlambat, aku harus pergi ke kantor sekarang." Mika ikut beranjak bangun dan segera membereskan piring di meja makan."Aku akan pulang malam karena ada makan malam dengan klien," lanjut Eros lagi. "Bukan karena ingin menikmati waktu dengan wanita lain?" timpal Kai, ia menopang dagunya dan menatap Eros dengan tatapan jahilnya yang membuat Eros mendengus. Ia tahu kalau temannya itu sedang membuat lelucon dan berusaha menggodanya. "Tentu saja bukan! Aku adalah suami yang baik," balas Eros. Ia berjalan melewati Kai lalu meninju pelan lengan Kai. "Berhenti mengatakan omong kosong seperti itu, Kai. Aku takut Mika akan mempercayainya." "Tenanglah, aku hanya bercanda.""Mika," panggil Eros tiba-tiba. Mika yang sedang merapikan meja makan segera menatap ke arah Eros. "Pergilah berbelanja hari ini, aku akan mengirimkan uangnya.""Ba
"Ayo pergi sekarang, kamu harus berbelanja, kan? Biar aku temani." Kai dengan cepat beranjak bangun dan mengambil handuk yang ia pakai tadi. Dan Mika cukup terkejut karena Kai tidak lagi menyentuhnya. "Cepat ganti pakaianmu, aku tunggu di depan rumah." Setelah mengatakan itu, Kai melangkah pergi ke depan rumah. Meninggalkan Mika yang masih terduduk dan merasakan kalau jantungnya mulai berdebar.Tidak ingin membuat Kai menunggu, Mika segera mengganti pakaiannya dan menghampiri Kai yang sudah menunggunya di mobil. 20 menit perjalanan mereka sampai di pusat perbelanjaan. Mika sibuk memilih bahan makanan dan barang yang ia butuhkan karena Eros juga menyuruhnya untuk membeli sesuatu yang ia butuhkan. Kai yang menemaninya, terus mengikuti wanita itu sembari terus menatapnya. "Kalau kamu memilihku, mungkin kamu tidak harus bertahan dengan Eros,” ujar Kai tiba-tiba ketika Mika sibuk berbelanja. Ia menoleh pada Kai sebentar lalu mendengus karena merasa
Setelah melakukannya, mereka berdua terbaring di atas sofa. Entah kenapa berada di pelukan Kai membuat Mika melupakan semua kesedihan setelah menikahi Kai. Ia merasa aman dan nyaman berada di pelukan Kai dan Kai juga memeluk tubuh Mika erat seolah enggan melepaskannya. "Apa lehermu masih sakit, Mika?" tanya Kai, ia terus menatap lebam di tubuh Mika dengan perasaan khawatir dan mengelusnya dengan lembut."Tidak, sudah tidak apa-apa," jawab Mika. Ia tidak menyangka kalau Kai masih mengkhawatirkan lebam di tubuhnya dan sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari lebam itu. "Apa perlu aku belikan obat agar lebamnya hilang?" tawar Kai tapi Mika langsung menggelengkan kepalanya menolak. "Ayo kita makan malam. Makanannya sudah dingin." Mika tiba-tiba saja melepaskan pelukan Kai dan hendak melangkah pergi ke dapur. Namun, suara deringan telepon terdengar dari ponsel Kai yang tergeletak di atas lantai. Kai ikut beranjak bangun dan mengangkat telepon yang ternyata dari asistennya. Sedang
"Eros, kamu sudah pulang? Apa kamu mau makan? Biar aku panaskan makanannya,” ucap Mika ketika ia terbangun dari tidurnya dan sadar kalau Eros sudah pulang. Namun Eros tetap berdiri di depan pintu dengan tatapan tajamnya yang terus mengarah pada Mika. “Siapa yang menyuruhmu tidur di tempat tidur?” tanya Eros lagi, pria itu terdengar sedikit menakutkan dan Mika yang tidak mengerti hanya bisa mengerutkan keningnya karena bingung. Dari nada suaranya, Eros sepertinya sedang mabuk.“Apa maksudmu? Aku tidak tahu harus tidur di mana, jadi aku tidur di sini,” jawab Mika dengan sedikit gelagapan. “Siapa yang menyuruhmu tidur di tempat tidurku, sialan!” teriak Eros marah. “Sangat menyenangkan, bukan, tidur di tempat tidur orang lain? Kamu benar-benar tidak punya rasa malu.”“A-aku hanya beristirahat sebentar setelah mandi tadi, dan aku tidak tahu harus tidur di mana.” Mika menjawabnya lagi memberanikan diri karena ia memang tidak merasa kalau dirinya melakukan kesalahan tapi tentu saja Eros ti
Setelah mengendarai mobilnya, tak lama mereka sampai dan Kai segera memarkirkan mobilnya di depan rumah Eros. Kedua orang itu keluar dari mobil dan segera melangkah masuk ke dalam rumah. Mika merasa tubuhnya semakin panas dan pandangannya mulai buram. Demamnya sepertinya bertambah parah. "Mika, apa demam kamu semakin tinggi?" tanya Kai, ia sadar kalau wajah Mika berubah menjadi memerah. "Tidak, aku tidak apa-apa," jawab Mika berbohong tapi tiba-tiba Kai sudah menempelkan tangannya ke kening Mika dan mengecek suhu tubuh Mika. "Demammu sangat tinggi," ujar Kai terdengar khawatir namun Mika segera menggelengkan kepalanya. "Aku sudah minum obatnya kok, jadi demamku sebentar lagi juga akan turun.""Tidak, Mika. Kamu harus beristirahat. Apa perlu kita ke rumah sakit sekarang?" tanya Kai lagi. Ia sangat khawatir sampai berpikir kalau Mika seharusnya langsung dibawa ke rumah sakit. "Ah tidak, Kai! Sakitku tidak parah, jangan berlebihan. Aku tidak ingin Eros marah kalau sampai ia tahu aku
Wajah tidur Mika, membuat Kai tidak bisa melepaskan pandangannya. Ia dengan sengaja duduk di bawah sofa untuk melihat wajah Mika. "Handuknya sudah tidak dingin," gumam Kai. Ia mengambil handuk dari kening Mika dengan perlahan dan merendamnya dengan air dingin."Bertahanlah." Handuk dingin itu kembali Kai taruh di atas kening Mika. Karena dingin, Mika sedikit terbangun dari tidurnya dan menggumam. "Dingin.." gumamnya di tengah-tengah tidurnya. "Tahan, Mika. Nanti dinginnya akan perlahan hilang," ucap Kai dan Mika terlihat tidak mendengarkan ucapan Kai dan langsung tertidur lagi. Tangan Kai mengelus pelan rambut Mika. Ia beranjak bangun ketika suara bel terdengar dari pintu utama."Sepertinya Adam sudah datang." Kai membuka pintu rumah. Ternyata benar, Adam sudah berada di depan rumah."Ini sup ayam yang anda inginkan, Tuan," ucap Adam sembari menyodorkan bubur yang Kai pinta di telepon tadi. "Baiklah, terimakasih, Adam," balas Kai menerima sup ayam itu. "Saya sudah mengatur rapat
"Kamu sudah pulang?" tanya Mika, ia terkejut namun ia berusaha menyembunyikannya agar Eros tidak curiga. Mika juga segera beranjak bangun dari duduknya."Iya, aku pulang lebih awal hari ini. Kamu sedang makan?" balas Eros sembari melepas jas miliknya dan Mika segera mengambilnya dari tangan Eros. Eros terus menatap Kai, ia heran kenapa Kai bisa ada di rumahnya tapi ia sebisa mungkin menjaga raut wajahnya agar Kai tidak tersinggung olehnya. "Aku membeli sup ayam tadi, apa kamu ingin makan sekarang? Biar aku buatkan sesuatu," ujar Mika berusaha mengalihkan perhatian Eros dan Eros langsung menggelengkan kepalanya menolak. "Tidak perlu, Mika. Aku akan keluar malam ini. Dan Kai, apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa tidak memberi kabar padaku dulu kalau kamu akan datang?" Kini Eros akhirnya berani bertanya kepada Kai yang hanya duduk dengan santainya dan menyesap segelas teh yang dibuatkan oleh Mika tadi. "Aku lupa memberitahumu tadi, karena aku juga tidak sengaja bertemu dengan Mika di
"Ayo masuk, Paula.” Eros tidak menjawab Mika dan langsung melangkah masuk sembari merangkul wanita bernama Paula. Wanita asing itu hanya tersenyum manis seolah tidak peduli dengan keberadaan Mika di hadapan mereka. Mika seakan transparan dan tidak terlihat sama sekali."Eros, dia siapa? Kenapa mau membawanya ke rumah?" tanya Mika lagi, ia berjalan mengikuti Eros yang sudah masuk ke dalam rumah dengan wanita di sampingnya. Mendengar pertanyaan Mika lagi, Eros menghentikan langkahnya dan menghela nafasnya kasar.Namun ia berusaha menahan amarahnya lalu menoleh pada Paula. "Paula, kamu bisa masuk terlebih dahulu ke kamarku di lantai 2. Aku harus berbicara sebentar dengan dia.” "Baiklah, Eros. Aku akan menunggumu, dan jangan terlalu lama!” peringatnya dengan suara manis yng membuat Mika mengernyit jijik. Di depan Mika juga, Paula mencium pipi Eros dan meliriknya sembari tersenyum mengejek. "Menyebalkan, wanita itu sengaja mengejekku dengan tatapannya,” gumam Mika di dalam hati. Ia sama