Setelah selesai sarapan, Eros beranjak bangun dari duduknya. Ia harus segera pergi ke kantor. "Aku sudah terlambat, aku harus pergi ke kantor sekarang." Mika ikut beranjak bangun dan segera membereskan piring di meja makan.
"Aku akan pulang malam karena ada makan malam dengan klien," lanjut Eros lagi."Bukan karena ingin menikmati waktu dengan wanita lain?" timpal Kai, ia menopang dagunya dan menatap Eros dengan tatapan jahilnya yang membuat Eros mendengus. Ia tahu kalau temannya itu sedang membuat lelucon dan berusaha menggodanya."Tentu saja bukan! Aku adalah suami yang baik," balas Eros. Ia berjalan melewati Kai lalu meninju pelan lengan Kai. "Berhenti mengatakan omong kosong seperti itu, Kai. Aku takut Mika akan mempercayainya.""Tenanglah, aku hanya bercanda.""Mika," panggil Eros tiba-tiba. Mika yang sedang merapikan meja makan segera menatap ke arah Eros. "Pergilah berbelanja hari ini, aku akan mengirimkan uangnya.""Baik, aku akan pergi setelah membersihkan ini," jawab Mika dengan patuh. Ia takut membuat Eros marah kalau ia tidak melakukan apa yang suaminya itu inginkan."Biar aku temani Mika. Dia akan kesulitan berbelanja banyak sendirian," sahut Kai. Eros langsung menatap Kai dengan raut wajahnya yang sedikit berbeda sembari menggelengkan kepalanya."Tidak perlu, Mika bisa sendirian.” Eros menatap Mika tajam memberinya isyarat lagi dan Mika langsung menganggukan kepalanya setuju."Benar, aku bisa sendiri," timpal Mika, ia tahu kalau Eros tidak mau Kai terlalu dekat dengannya."Kamu beristirahat saja di sini, Kai. Kamu akan sangat sibuk kan nanti malam." Tapi Kai tetap menggelengkan kepalanya."Hanya berbelanja tidak akan membuatku kelelahan. Mika kan istrimu, dan kamu adalah sahabat baikku. Aku ingin berteman dengan istrimu juga jadi biarkan aku membantunya."Akhirnya Eros menyerah dan membiarkan Kai membantu Mika. "Baiklah, tapi ingat! Jangan katakan sesuatu yang tidak benar pada istriku!" peringatan Eros hanya ditanggapi tawa oleh Kai."Mika, ayo antarkan aku ke depan." Eros yang mendadak merasa tidak tenang, segera menarik tangan Mika untuk ikut dengannya ke depan rumah. Tarikannya sedikit kasar sampai Mika meringis kesakitan, namun ia berusaha menahannya karena tidak ingin Eros semakin marah kepadanya.Sampai di depan rumah, Eros melepaskan pegangan tangannya dan pergelangan tangannya sudah memerah karena itu. Dan tentu saja Eros tampak tidak peduli, Eros terus melihat ke dalam rumah, mengecek kalau Kai tidak mengikuti mereka."Mika, dengarkan aku!" bisik Eros dan Mika langsung mendongakan kepalanya lalu menatap Eros yang tampak serius."Ketika nanti kamu pergi bersama Kai, jangan mengadu padanya tentang perlakuanku ini," peringatnya. Eros tidak ingin Kai mengetahui tentang ini, karena Kai salah satu orang yang sangat dekat dengannya dan ayahnya. Meski sangat dekat, tapi Eros tidak bisa membiarkan Kai mengetahuinya."Aku tidak akan melakukannya, Eros," balas Mika tapi Eros masih belum bisa mempercayai Mika. Ditambah ia sangat membenci Mika."Kalau sampai dia tahu atau orang lain tahu, aku akan membuat orang tuamu hancur, apalagi kalau sampai mengadu pada ayahku. Apa kamu mengerti?" Eros kembali menggenggam pergelangan tangan Mika dan meremasnya dengan kencang, dan Mika hanya bisa menganggukan kepalanya."Aku mengerti, Eros. Aku tidak akan mengatakannya pada siapapun. Aku berjanji."Eros akhirnya melepaskan pegangannya pada tangan Mika dan masuk ke dalam mobil.Mika akhirnya bisa menghela nafasnya lega setelah melihat Eros pergi. Ia menunduk, melihat pergelangan tangannya yang sudah memerah. Dadanya mendadak terasa sesak, ia tidak mengerti kenapa kesialan terus menimpanya. Kini seumur hidup ia tidak akan pernah bahagia.Mika berusaha menahan tangisannya karena di dalam masih ada Kai, ia melangkah masuk ke dalam rumah dan terkejut karena Kai sudah berada di depan pintu."A-apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Mika dengan sedikit terbata-bata, karena tadi ia membicarakan sesuatu dengan Eros dan Mika takut, Kai mendengarnya. Eros juga sudah memberinya perintah untuk tidak membiarkan Kai mengetahuinya."Menguping pembicaraan kalian," jawab Kai dengan santainya, membuat Mika membelalakan matanya terkejut."A-apa yang kamu dengar?" Kai mengedikan bahunya dengan senyuman miring yang membuat Mika sadar kalau Kai mendengarnya."Apa yang kamu dengar itu tidak benar! Eros hanya..."Mika berusaha menjelaskannya, tapi Kai langsung memotong penjelasannya. "Aku tahu apa yang Eros lakukan padamu, Mika. Aku dapat menebaknya dengan mudah, dan aku sangat mengenal Eros."Setelah mengatakan itu, Kai mengulurkan tangannya dan memegang pipi Mika yang bengkak membuat Mika meringis kesakitan."Aku tahu, Eros yang melakukan ini padamu, kan? Sudah aku bilang, dia bukan suami yang baik," lanjut Kai tapi Mika segera menepis tangan Kai dan berjalan melaluinya. Ia tidak butuh mendengar nasihat atau ceramah dari orang seperti Kai yang tidak tahu apapun soal dirinya."Aku tidak akan mengatakan apapun pada Eros tentang ini juga. Kamu tahu, aku akan selalu menjaga rahasiamu," ucap Kai. Ia berjalan mengikuti Mika yang sudah kembali membereskan piring di meja makan."Lehermu..." Mika terdiam ketika Kai mengatakan soal lehernya. "Aku tidak menyangka kalau Eros akan sekasar itu, padahal ini baru hari pertama kalian menikah.""Kai, bisakah kamu berhenti berbicara?" tanya Mika tiba-tiba. Nada suaranya berubah, ia mendongakan kepalanya dan menatap Kai dengan mata yang sudah basah karena air mata."Benar, aku melakukan ini semua karena terpaksa. Pernikahan ini benar-benar menyiksaku, begitupun Eros. Dia melakukan ini semua..." Mika melepaskan cardigan yang ia kenakan dan memperlihatkan lebam di tubuhnya karena sentuhan kasar Eros semalam. Dan Mika tidak dapat menahan tangisannya lagi, ia sudah menangis sesegukan karena merasa sangat lelah.Ia tidak bisa melawan Eros dan sekarang Kai terus muncul dan memperumit kehidupannya. Mika merasa kalau dirinya tidak akan pernah mendapatkan ketenangan lagi."Kai, aku mohon, jangan siksa aku lagi. Aku memintanya untuk sekarang saja. Nanti, kamu bisa menggunakan tubuhku sepuasmu. Tapi jangan sekarang," ucap Mika di sela-sela tangisannya. Tangannya terus berusaha menghapus air mata yang sudah membasahi pipinya dan Kai masih berdiri di tempatnya. Ia menatap Mika, penampilan wanita itu tampak berantakan dengan lebam di sekujur tubuhnya."Siapa yang ingin menyiksamu, Mika?" tanya Kai."Kamu memanfaatkan kecerobohanku 2 minggu lalu, dan sekarang ingin menyiksaku dan memanfaatkan tubuhku, kan?" balas Mika. "Kita sudah sepakat, tapi tolong biarkan aku bebas untuk hari ini saja. Nanti, kamu dan Eros bebas melakukan apa saja padaku."Tidak menjawabnya, Kai berjalan ke arah Mika dan mendorong tubuh Mika untuk duduk di atas kursi. Mika terkejut ketika Kai kembali dengan membawa handuk hangat dan menempelkannya di pipi Mika. Ia kira Kai akan melakukan sesuatu yang kasar padanya atau akan memaksa Mika untuk tidur dengannya, tapi perlakuannya diluar prediksi Mika."Tenanglah, aku tahu kamu lelah," ucap Kai dengan lembut. Perlakuan lembut Kai perlahan membuat dada Mika terasa hangat. Apalagi setelah diperlakukan kasar oleh Eros. Ia tidak mengira kalau Kai yang terlihat menakutkan akan memperlakukannya dengan sangat baik seperti ini."Kedatanganku kesini karena aku tahu, hari pertamamu sebagai istri Eros, tidak akan mudah. Dan aku juga sudah sering berkunjung kesini, jadi Eros tidak akan mencurigainya," lanjut Kai lagi masih sembari menekan nekan handuk hangat itu di pipi Mika."Bukan karena tubuhku?" tanya Mika, dan Kai malah tertawa kecil mendengar pertanyaan Mika. "Salah satunya untuk tubuhmu, tapi aku tidak akan memaksamu atau menyakitimu hanya karena aku menginginkanmu, Mika."Kai menjawab sembari mendekatkan tubuhnya dan dengan tiba-tiba mencium leher Mika yang lebam karena cekikan Eros."Kalau Eros membuatmu terluka, aku yang akan menyembuhkannya." Kai terus mengecup dengan lembut. Sangat berbeda dengan sentuhan Eros semalam. "Aku tidak akan menyiksamu, Mika. Tidak akan pernah."Hanya sentuhan Kai yang dapat membuat Mika gila. Kai berhenti mencium lehernya dan membuat Mika sedikit kecewa, padahal tadi Mika yang mengatakan sesuatu yang kasar pada Kai sampai menuduhnya dengan tuduhan yang buruk."Aku berbeda dari Eros," lanjut Kai lagi dan Mika menganggukan kepalanya."Mau kamu berapa kali memintanya pun, aku tidak bisa,” ucap Mika dengan raut wajah dinginnya. Namun, Kai tahu apa yang Mika rasakan, semalam Mika sudah memberitahu Kai semuanya tentang perasaannya."Tapi semalam kamu mengatakan kalau kamu…” Ucapannya terpotong karena ponsel Mika berdering dan Mika terlihat tidak mendengarkannya. "Sepertinya Eros tahu kalau aku tidak ada di rumah.”Mika segera mengambil tas-nya dan mengeluarkan ponselnya dan ia memberi isyarat pada Kai untuk tidak bersuara. Setelah melihat layar ponselnya, ternyata benar yang meneleponnya adalah Eros.Mika pergi ke sudut ruangan dan mengangkat panggilan Eros."Hallo, Eros. Apa kamu sudah sampai?” tanya Mika ketika ia mengangkat teleponnya. Mika merasa sedikit cemas, takut Eros mengetahui keberadaannya. "Iya, apa ayah tidak menanyakan apa-apa padamu?” Tapi ternyata perkiraannya salah, Eros sama sekali tidak menunjukan kemarahan sama sekali. "Tidak, dia tidak menghubungiku,” jawab Mika sembari menghela nafasnya lega.
Pagi sekali, Mika terbangun di sebuah kamar asing, kepalanya sangat sakit karena mabuk semalam. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar dan baru menyadari kalau dirinya bukan berada di rumah Eros, dan itu membuatnya terkejut. “Kamar siapa ini?” gumam Mika. Dsn ia mencium aroma tubuh seseorang yang tidak asing. Beberapa detik kemudian ia menyadari ada sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya dengan erat. “Astaga! Tangan siapa ini? Apa aku tidur bersama pria lain semalam?” Mika mulai khawatir. Ia takut, kalau dirinya kembali melakukan kesalahan yang sama seperti di malam ketika dirinya bertemu dengan Kai. Tapi anehnya, Mika merasa aroma tubuh pria di sampingnya sangat tidak asing. Pelan-pelan Mika membalikan tubuhnya, tapi ia tidak bisa melepaskan tangan yang memeluknya itu. Ia menghela nafasnya lega ketika melihat siapa yang tidur di sebelahnya."Aku kira kamu pria asing yang aku tiduri semalam. Thanks God, it's you, Kai,” ucap Mika sembari menghela nafasnya. Mendengar suara Mika
Kai pergi ke tempat Mika berada. Ia berkendara dengan kecepatan tinggi karena Kai ingin segera sampai di club malam itu. Dan tak lama, sampailah ia di tempat ia dan Mika pertema kali bertemu.“Apa ini tempat favoritnya? Tapi bagaimana bisa ia pergi kesini? Eros akan marah kalau tahu,” batin Kai sembari berjalan masuk, dari kejauhan ia bisa langsung melihat Mika. Ia bisa melihat, Mika mengenakan pakaian yang seksi dan itu membuat Kai semakin terkejut. Kai mengedarkan pandannya ke sekitar dan bisa melihat ada beberapa pria yang menatap ke arah Mika. Ia kesal karena pria itu menatap miliknya dan melayangkan tatapan tajam pada mereka untuk memberi peringatan. Karena aura menakutkan Kai, mereka langsung menundukan kepala mereka. "Mika.” Kai memanggil wanita yang mabuk itu berkali-kali mencoba membangunkannya. "Mika, ayo bangun. Kenapa kamu bisa mabuk seperti ini? Apa Eros mengusirmu?” tanya Kai lagi. "Eros? Mana Eros? Tolong sembunyikan aku!” pekik Mika. Mika tiba-tiba terbangun dan m
Setelah pulang dari rumah Ergan. Eros langsung pergi ke kamarnya dan terlihat mengepak pakaiannya ke dalam koper. Mika yang terkejut, langsung ikut masuk ke dalam kamarnya. "Eros, kamu mau pergi kemana?” tanya Mika ketika ia melihat pakaian Eros yang sudah masuk ke dalam koper. "Ayah akan marah kalau tahu kamu pergi,” peringat Mika lagi. Padahal mereka baru saja dimaafkan, tapi Eros sepertinya masih belum kapok. "Mau kemanapun aku pergi, itu bukan urusanmu. Kenapa? Kamu merasa senang karena ayah memaafkanku karena kamu?Kamu harus ingat, Mika. Kalau yang membuatku berada di situasi ini itu kamu! Kalau kamu semalam menuruti keinginanku, mungkin aku tidak akan pergi,” sungut Eros. Pria itu masih belum terima dengan amarah ayahnya yang ia terima semalam dan terus menyalahkan Mika. "Aku tahu aku salah, Eros. Maafkan aku, tapi kamu seharusnya tidak pergi ke club malam dan mabuk,” balas Mika. "Tentu saja aku melakukan itu karena aku muak melihatmu menangis dan menolak permintaanku. Untuk
"Tapi aku takut Kai bangun dan marah ketika melihatmu," ucap Mika merasa kalau dirinya berada di posisi yang serba salah. Ia ingin Kai berada di sini, tapi ia juga takut kalau keberadaan Kai akan memperburuk situasi antara dirinya dan Eros. "Apa aku harus pulang ke rumah orang tuaku dulu?” gumam Mika, mulai memikirkan cara agar ia bisa menghindari Eros untuk sementara. Tapi Kai menggelengkan kepalanya lalu kembali melangkah masuk ke dalam rumah."Kalau kamu pulang jam sekarang, orang tuamu akan mengira kalau ada sesuatu yang salah antara kamu dan Eros. Eros juga akan semakin marah kalau tahu kamu pergi,” balas Kai memberi saran pada Mika. "Biarkan aku menemanimu malam ini.”"Aku akan mengatakan kalau aku kelelahan setelah mengantarnya pulang, jadi aku menginap,” lanjut Kai lagi. Ia tahu ketakutan Mika jadi ia sudah memikirkan alasannya. “Apa aku tidak merepotkanmu?” tanya Mika merasa tidak enak. Kai hanya terkekeh pelan dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, Mika. Ayo masuk dan bersi
Kai segera pergi ke tempat di mana club malam yang Eros sering datangi. Tentu saja Kai tahu, ia sudah berteman dengan Eros sangat lama dan tahu kemana sahabatnya itu akan pergi ketika ingin bersenang-senang. Kai sampai di club malam itu, dan semua mata langsung tertuju ke arahnya."Hallo, selamat malam Tuan Kai. Sudah lama sekali saya tidak melihat anda kesini.” Ia di sambut oleh salah satu penjaga club malam dan hampir seluruh penjaga di club malam ini mengenal Kai, itu karena dia sering kesini dan pemilik club malam ini adalah salah satu kenalannya."Apa kamu melihat Eros? Aku sedang mencarinya,” tanya Kai tidak ingin berbasa-basi. Ia sedang ditunggu oleh Mika dan Ergan, jadi ia harus segera menemukan sahabatnya. "Maksud anda Tuan Eros Ryder? Saya melihatnya masuk 2 jam yang lalu bersama dua orang wanita,” jawab penjaga club malam itu dan Kai akhirnya bisa bernafas lega karena ia tidak perlu mencari Eros ke tempat lain. "Baguslah kalau dia di sini. Apa kamu tahu dia ada di mana?”