"Ayo pergi sekarang, kamu harus berbelanja, kan? Biar aku temani." Kai dengan cepat beranjak bangun dan mengambil handuk yang ia pakai tadi. Dan Mika cukup terkejut karena Kai tidak lagi menyentuhnya.
"Cepat ganti pakaianmu, aku tunggu di depan rumah." Setelah mengatakan itu, Kai melangkah pergi ke depan rumah. Meninggalkan Mika yang masih terduduk dan merasakan kalau jantungnya mulai berdebar.Tidak ingin membuat Kai menunggu, Mika segera mengganti pakaiannya dan menghampiri Kai yang sudah menunggunya di mobil.20 menit perjalanan mereka sampai di pusat perbelanjaan. Mika sibuk memilih bahan makanan dan barang yang ia butuhkan karena Eros juga menyuruhnya untuk membeli sesuatu yang ia butuhkan. Kai yang menemaninya, terus mengikuti wanita itu sembari terus menatapnya."Kalau kamu memilihku, mungkin kamu tidak harus bertahan dengan Eros,” ujar Kai tiba-tiba ketika Mika sibuk berbelanja. Ia menoleh pada Kai sebentar lalu mendengus karena merasaSetelah melakukannya, mereka berdua terbaring di atas sofa. Entah kenapa berada di pelukan Kai membuat Mika melupakan semua kesedihan setelah menikahi Kai. Ia merasa aman dan nyaman berada di pelukan Kai dan Kai juga memeluk tubuh Mika erat seolah enggan melepaskannya. "Apa lehermu masih sakit, Mika?" tanya Kai, ia terus menatap lebam di tubuh Mika dengan perasaan khawatir dan mengelusnya dengan lembut."Tidak, sudah tidak apa-apa," jawab Mika. Ia tidak menyangka kalau Kai masih mengkhawatirkan lebam di tubuhnya dan sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari lebam itu. "Apa perlu aku belikan obat agar lebamnya hilang?" tawar Kai tapi Mika langsung menggelengkan kepalanya menolak. "Ayo kita makan malam. Makanannya sudah dingin." Mika tiba-tiba saja melepaskan pelukan Kai dan hendak melangkah pergi ke dapur. Namun, suara deringan telepon terdengar dari ponsel Kai yang tergeletak di atas lantai. Kai ikut beranjak bangun dan mengangkat telepon yang ternyata dari asistennya. Sedang
"Eros, kamu sudah pulang? Apa kamu mau makan? Biar aku panaskan makanannya,” ucap Mika ketika ia terbangun dari tidurnya dan sadar kalau Eros sudah pulang. Namun Eros tetap berdiri di depan pintu dengan tatapan tajamnya yang terus mengarah pada Mika. “Siapa yang menyuruhmu tidur di tempat tidur?” tanya Eros lagi, pria itu terdengar sedikit menakutkan dan Mika yang tidak mengerti hanya bisa mengerutkan keningnya karena bingung. Dari nada suaranya, Eros sepertinya sedang mabuk.“Apa maksudmu? Aku tidak tahu harus tidur di mana, jadi aku tidur di sini,” jawab Mika dengan sedikit gelagapan. “Siapa yang menyuruhmu tidur di tempat tidurku, sialan!” teriak Eros marah. “Sangat menyenangkan, bukan, tidur di tempat tidur orang lain? Kamu benar-benar tidak punya rasa malu.”“A-aku hanya beristirahat sebentar setelah mandi tadi, dan aku tidak tahu harus tidur di mana.” Mika menjawabnya lagi memberanikan diri karena ia memang tidak merasa kalau dirinya melakukan kesalahan tapi tentu saja Eros ti
Setelah mengendarai mobilnya, tak lama mereka sampai dan Kai segera memarkirkan mobilnya di depan rumah Eros. Kedua orang itu keluar dari mobil dan segera melangkah masuk ke dalam rumah. Mika merasa tubuhnya semakin panas dan pandangannya mulai buram. Demamnya sepertinya bertambah parah. "Mika, apa demam kamu semakin tinggi?" tanya Kai, ia sadar kalau wajah Mika berubah menjadi memerah. "Tidak, aku tidak apa-apa," jawab Mika berbohong tapi tiba-tiba Kai sudah menempelkan tangannya ke kening Mika dan mengecek suhu tubuh Mika. "Demammu sangat tinggi," ujar Kai terdengar khawatir namun Mika segera menggelengkan kepalanya. "Aku sudah minum obatnya kok, jadi demamku sebentar lagi juga akan turun.""Tidak, Mika. Kamu harus beristirahat. Apa perlu kita ke rumah sakit sekarang?" tanya Kai lagi. Ia sangat khawatir sampai berpikir kalau Mika seharusnya langsung dibawa ke rumah sakit. "Ah tidak, Kai! Sakitku tidak parah, jangan berlebihan. Aku tidak ingin Eros marah kalau sampai ia tahu aku
Wajah tidur Mika, membuat Kai tidak bisa melepaskan pandangannya. Ia dengan sengaja duduk di bawah sofa untuk melihat wajah Mika. "Handuknya sudah tidak dingin," gumam Kai. Ia mengambil handuk dari kening Mika dengan perlahan dan merendamnya dengan air dingin."Bertahanlah." Handuk dingin itu kembali Kai taruh di atas kening Mika. Karena dingin, Mika sedikit terbangun dari tidurnya dan menggumam. "Dingin.." gumamnya di tengah-tengah tidurnya. "Tahan, Mika. Nanti dinginnya akan perlahan hilang," ucap Kai dan Mika terlihat tidak mendengarkan ucapan Kai dan langsung tertidur lagi. Tangan Kai mengelus pelan rambut Mika. Ia beranjak bangun ketika suara bel terdengar dari pintu utama."Sepertinya Adam sudah datang." Kai membuka pintu rumah. Ternyata benar, Adam sudah berada di depan rumah."Ini sup ayam yang anda inginkan, Tuan," ucap Adam sembari menyodorkan bubur yang Kai pinta di telepon tadi. "Baiklah, terimakasih, Adam," balas Kai menerima sup ayam itu. "Saya sudah mengatur rapat
"Kamu sudah pulang?" tanya Mika, ia terkejut namun ia berusaha menyembunyikannya agar Eros tidak curiga. Mika juga segera beranjak bangun dari duduknya."Iya, aku pulang lebih awal hari ini. Kamu sedang makan?" balas Eros sembari melepas jas miliknya dan Mika segera mengambilnya dari tangan Eros. Eros terus menatap Kai, ia heran kenapa Kai bisa ada di rumahnya tapi ia sebisa mungkin menjaga raut wajahnya agar Kai tidak tersinggung olehnya. "Aku membeli sup ayam tadi, apa kamu ingin makan sekarang? Biar aku buatkan sesuatu," ujar Mika berusaha mengalihkan perhatian Eros dan Eros langsung menggelengkan kepalanya menolak. "Tidak perlu, Mika. Aku akan keluar malam ini. Dan Kai, apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa tidak memberi kabar padaku dulu kalau kamu akan datang?" Kini Eros akhirnya berani bertanya kepada Kai yang hanya duduk dengan santainya dan menyesap segelas teh yang dibuatkan oleh Mika tadi. "Aku lupa memberitahumu tadi, karena aku juga tidak sengaja bertemu dengan Mika di
"Ayo masuk, Paula.” Eros tidak menjawab Mika dan langsung melangkah masuk sembari merangkul wanita bernama Paula. Wanita asing itu hanya tersenyum manis seolah tidak peduli dengan keberadaan Mika di hadapan mereka. Mika seakan transparan dan tidak terlihat sama sekali."Eros, dia siapa? Kenapa mau membawanya ke rumah?" tanya Mika lagi, ia berjalan mengikuti Eros yang sudah masuk ke dalam rumah dengan wanita di sampingnya. Mendengar pertanyaan Mika lagi, Eros menghentikan langkahnya dan menghela nafasnya kasar.Namun ia berusaha menahan amarahnya lalu menoleh pada Paula. "Paula, kamu bisa masuk terlebih dahulu ke kamarku di lantai 2. Aku harus berbicara sebentar dengan dia.” "Baiklah, Eros. Aku akan menunggumu, dan jangan terlalu lama!” peringatnya dengan suara manis yng membuat Mika mengernyit jijik. Di depan Mika juga, Paula mencium pipi Eros dan meliriknya sembari tersenyum mengejek. "Menyebalkan, wanita itu sengaja mengejekku dengan tatapannya,” gumam Mika di dalam hati. Ia sama
Mika terbangun pukul 5 pagi, bahkan di luar masih gelap dan Mika rasa dua orang yang mengganggunya semalam belum terbangun. Mika terbangun cukup pagi karena kemarin ia tertidur siang cukup lama dan tidurnya sudah sangat cukup. Mika beranjak bangun dari tidurnya dan berniat untuk membereskan rumah serta hendak membuat sarapan untuk Eros. Ia menyapu seluruh lantai rumah dan juga pergi ke lantai 2. Tanpa sengaja, ia melihat pintu kamar Eros sedikit terbuka. "Apa mereka masih tertidur?" gumamnya, karena penasaran Mika mengintip dan melihat Eros dengan wanita yang ia bawa ke rumah tadi malam, masih tertidur dengan keadaan telanjang."Aku benar-benar seperti seorang pelayan di rumah ini. Bagaimana bisa seorang suami membawa wanita lain dan tidur bersamanya di depan istrinya sendiri?" Mika bergumam kesal, namun ia juga sadar apa yang ia lakukan dengan Kai. "Sudahlah yang terpenting dia tidak memperlakukanku dengan kasar lagi." Dia berjalan menuruni tangga dan pergi ke dapur untuk membuatka
"Mika, aku akan pergi sekarang. Bereskan rumah dan jangan sampai membuat masalah,” pesan Eros sembari berjalan menuruni tangga, masih bersama Paula yang terus mengikutinya."Iya, berhati-hatilah. Apa kamu akan makan malam di rumah?" tanya Mika, ia menghampiri suaminya itu dan Eros tampak mengecek jam yang melingkar di tangannya dan mengedikan bahunya. "Aku tidak tahu,” jawab Eros singkat. Sepertinya pria itu memiliki rencana untuk makan malam. "Eros, kamu kan sudah berjanji akan makan malam bersamaku?" sahut Paula tiba-tiba, ia menatap Eros dengan ekspresi sedihnya."Kita lihat nanti, ya? Kalau aku sibuk, aku sepertinya tidak bisa makan malam bersamamu,” balas Eros. Berbeda dengan Mika yang lega karena Eros sepertinya akan pulang sedikit terlambat, Paula tampak tidak senang. “Tapi Eros kamu sudah berjanji!” keluhnya kesal. Eros memutar bola matanya malas, ia sebenarnya tidak begitu menyukai wanita yang banyak menuntut waktunya. Tapi hubungannya dengan Paula masih sangat baru dan Ero