"Sudah lama sekali aku tidak mengunjungi Tuan Ergan,” ucap Kai ketika mereka hampir sampai di rumah Tuan Ergan. "Kamu dan Eros sepertinya sangat dekat, ya?” tanya Mika. Tuan Ergan bahkan sampai mengenal Kai, itu berarti hubungan mereka lebih dari sekedar teman, mereka sudah seperti keluarga.
"Iya, kita sudah berteman sejak kuliah dan Eros selalu mendukungku meski aku masuk ke dalam organisasi ilegal,” jawab Kai. Mika hanya menganggukan kepalanya, ia sebenarnya tidak pernah mempunyai teman, apalagi teman yang seperti keluarga seperti Kai dan Eros.
"Aku tidak tahu bagaimana rasanya.” Kai yang sedang menyetir, langsung melirik ke arah Mika sebentar. "Apa kamu tidak punya teman? Bukankah kamu masuk ke universitas favorit di kota ini?” tanya Kai dengan sedikit terkejut, kepribadian Mika sangat bagus dan wanita itu sangat
Mereka selesai menyantap makan malam. Ergan langsung beranjak bangun dari duduknya dan menatap ke arah Eros. "Eros, bisakah kita berbicara sebentar di ruang kerjaku?” tanya Ergan dan dibalas anggukan kepala oleh Eros. "Tentu saja, ayah. Kalian tunggu sebentar ya,” balas Eros. Ia segera bangun dan berjalan mengikuti ayahnya. Sedangkan Mika dan Kai hanya menganggukan kepala mereka. Dan kini hanya ada mereka berdua di meja makan itu, Mika masih merasa sedikit canggung karena pengakuan Kai tadi di depan Eros dan Ergan. Ia senang tapi juga khawatir, perasaannya bercampur aduk. "Sepertinya mereka membicarakan sesuatu yang serius, atau urusan pekerjaan,” ucap Kai mengawali pembicaraan diantara mereka. "Benar, tidak mungkin mereka mengatakannya di depan kita. “Tidak ingin terlihat kalau dirinya gugup, Mika membalas ucapan pria itu. Sampai Kai tiba-tiba beranjak bangun dari duduknya dan berpindah duduk di samping Mik
Pukul 10 malam, Mika dan Eros sampai di rumah. Mereka masuk ke dalam rumah danMika segera membantu Eros melepaskan jas yang ia pakai lalu menggantungnya."Kamu benar-benar dekat dengan Kai?” tanya Eros, dengan reflek Mika menoleh ke arah Eros yang sedang membuka kancing kemejanya satu persatu dengan raut wajahnya yang tidak terlihat senang."Tidak terlalu, aku tidak menganggap kami dekat. Tapi dia selalu mengajakku mengobrol dan berada dekat denganku. Mungkin karena itu dia beranggapan kalau kita dekat,” jawab Mika. Ia sengaja berbohong, karena tidak mungkin ia mengatakan hubungan mereka yang sebenarnya."Tapi kamu terlihat akrab dengan dia,”ucap Eros, ia ikut menatap Mika dan menatapnya dengan tajam. “Tidak, Eros.” Mika berusaha meyakinka
Sudah sekitar 2 hari sejak kedatangan Paula ke rumah Eros. Dan benar saja, rumah rasanya seperti neraka, Mika tidak pernah merasakan ketenangan lagi. Paula dan Eros tidak pernah sedetikpu membuat hidupnya berjalan dengan tenang. "Mika, bisakah kamu membawakan handuk milikku? Aku lupa membawa handuk ke kamar mandi," teriak seorang wanita dari dalam kamar mandi. Paula benar-benar memanfaatkan keberadaan Mika sebagai pelayannya selama 2 hari ini. "Kenapa tidak membawanya sendiri! Tidak akan ada yang melihat tubuh telanjangmu itu," gerutu Mika sangat kesal karena Paula terus bersikap seenaknya di rumah ini."Bawakan saja handuknya padaku! Kalau tidak dibawakan, aku akan membasahi lantai kamar Eros dan membuatmu dimarahi olehnya," ancamnya. Paula selalu menjadikan Eros sebagai kelemahan untuk Mika agar Mika mau melakukan apa yang ia suruh."Wanita murahan ini, dia selalu mengancamku dan membawa Eros dalam ancamannya," batin Mika. Ia harus terus menelan amarahnya bulat-bulat setiap berha
"Kai, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Mika dengan panik. Ia tidak menyangka kalau Kai akan berani datang tanpa memberitahu Mika terlebih dahulu. "Untuk bertemu denganmu," jawab Kai dengan santainya, pria itu masih menyunggingkan senyumannya dan menatap wajah Mika dengan lekat. Ia sangat merindukan wanita yang berdiri di hadapannya sekarang, dan tidak mempedulikan kepanikan Mika. "Apa kamu gila? Di sini ada Eros!" seru Mika dengan sedikit berbisik, ia menoleh ke belakang dan mengecek keberadaan Eros. Namun, Kai tampak tidak peduli, dan ikut melihat ke dalam rumah. "Kai, Eros akan curiga kalau kamu datang tiba-tiba seperti ini." "Tapi aku ingin bertemu denganmu, sudah 2 hari kita tidak bertemu. Pesanku saja tidak kamu balas," keluh Kai dengan ekspresi sedih di wajahnya. Mika memang tidak sempat mengecek ponselnya karena Paula selalu membuatnya sibuk selama 2 hari ini. Tapi ia tidak menyangka kalau Kai akan mendatanginya secara langsung. "Kita bisa bertemu nanti, sekarang kamu se
Paula terlihat sedih karena harus pulang lebih awal. Padahal ia berniat untuk tinggal lebih lama karena Eros juga tampak tidak keberatan dan Mika selalu bisa membuatnya terhibur dengan membuat wanita itu kesal. Dan Eros hanya bisa membiarkan Paula pergi, karena takut Kai curiga kepadanya.Kalau Kai sampai tahu kalau Paula adalah kekasihnya, maka image-nya akan buruk karena ia sudah menikah sekarang. Meski ia dan Kai sangat dekat, tapi Eros tidak ingin Kai mengetahui masalah rumah tangganya dengan Mika, apalagi kebiasaan buruknya yang tidak pernah berubah."Di mana alamat rumahmu? Aku lupa belum menanyakannya," tanya Kai ketika mereka sudah masuk ke dalam mobil. "Tolong turunkan aku di Rose Restaurant saja," jawab Paula."Kenapa? Biar aku antar sampai ke rumah saja." Tapi Paula
Paula tidak menyangka kalau hanya karena ia memanggil nama Mika, Kai akan berubah menjadi iblis. Ia menyesal telah mengajaknya berbicara dan mencoba untuk menggodanya, kalau ia tidak melakukan itu, ia mungkin tidak akan berakhir seperti ini."Ma-maafkan aku," mohon Paula kembali menangis. Cekikan Kai membuatnya susah bernafas dan Kai masih tampak sangat marah."Kalau sampai kamu berani mengatakan nama Mika lagi, aku tidak akan melepaskanmu. Aku bisa membunuhmu dengan mudah, membuatmu hilang dan aku yakin Eros tidak akan mencarimu. Aku akan mengatakan pada Eros kalau kamu pergi bersama pria lain. Ia pasti akan mempercayaiku. Kamu tahu sedekat apa aku dengan Eros, kan?" Senyuman miring Kai kembali dan tangisan Paula semakin kencang."Tidak, tolong jangan lakukan itu. Aku mohon.
"Ayo Mika masuk ke dalam kamar mandi," ajak Eros. Mika hendak berjalan mengikuti Eros, namun Eros langsung menghentikannya. "Tunggu, kamu mau membantuku dengan memakai pakaian seperti itu?” tanyanya."Tidak apa-apa, aku akan mengganti bajuku kalau basah,” jawab Mika, tapi Eros menggelengkan kepalanya tidak memperbolehkan Mika memakai pakaiannya ketika membantunya mandi. "Tidak, lepaskan saja bajumu,” tolak Eros. Mika hendak mengatakan kalau tidak mau, tapi tatapan Eros padanya langsung berubah menjadi tajam. "Mika, apa aku harus memintanya dua kali? Aku sudah memintamu dengan perkataan yang sangat baik.” Mika tidak menjawab, ia terus menundukan kepalanya, tidak tahu harus melakukan apa. "Kamu adalah istriku, Mika. Apapun permintaanku, kamu harus memberikannya,” ucap Eros. Baru di saat seperti ini, Eros mengakui Mika sebagai istrinya padahal biasanya Eros selalu mengakui Mika sebagai pelayan atau budaknya. "Apa kamu tidak mendengarkanku?” Karena takut Eros semakin marah, Mika meng
Sudah hampir tengah malam dan Eros belum juga pulang. Mika tidak bisa tidur karena ia merasa khawatir pada suaminya itu. Mika terus berjalan kesana kemari, menghabiskan waktunya sembari menunggu Eros.“Apa Eros tidak akan pulang?” batin Mika. Ia mulai berpikir kalau mungkin saja Eros pergi menemui Paula dan tidur dengan wanita itu. Namun, entah kenapa perasaan Mika semakin gusar, seperti akan terjadi sesuatu yang buruk.Mika mengambil ponselnya dan menelepon Eros berkali-kali, tapi Eros tidak mengangkatnya. “Benar, sepertinya dia sedang bersama Paula.” Mika memutuskan untuk tidak memikirkan suaminya itu lagi, dan karena malam sudah semakin larut, Mika akhirnya menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa dan merebahkan dirinya di sana. Ia terus menenangkan dirinya dengan berpikir kalau Eros sedang bersama Paula.