Share

02. Teman Tidur

02 | Teman Tidur

"Kamu mikir jorok ya?" tanya Jeff seraya menyipit, menuduh dengan tatapan curiga.

Liv sungguh ingin merotasikan kedua netranya tapi dia harus tenang. Lelaki rese ini memiliki pangkat dan jabatan tinggi, maka Liv harus menjaga sikap. Jeff memegang bolpoin penilaian internship-nya yang mana mempengaruhi IPK-nya, jika Jeff memberikan penilaian jelek bisa-bisa ia gagal mengambil skripsi di semester depan.

Liv cukup berbicara seperlunya dan segera menyingkir dari Jeff agar tak disuruh ini dan itu banyak sekali seperti biasanya. Atas dasar itulah, Liv hanya menjawab singkat. "Enggak, Mas."

Jangan kaget jika Liv memanggil Jeff dengan panggilan 'Mas' karena budaya perusahaan Main Kuy memang tak ada yang memanggil dengan 'Pak', 'Bu', dan sejenisnya. Memang masih ada senioritas seperti masyarakat Jawa pada umumnya tapi hanya sebatas memanggil dengan 'Mas' dan 'Mbak' kepada yang usianya lebih tua.

Sedangkan untuk pemilihan jabatan tentu berdasarkan kompetisi serta skill yang dimiliki. Lagi pula pegawai di Main Kuy rata-rata adalah millenial dan gen-z yang usianya 30 tahun ke bawah kecuali petinggi dan founder-nya seperti Jeff yang menjadi CEO, Melvin yang menjadi Chief People Officer, dan Jenggala yang menjadi Chief Technical Officer.

"Dih bohong, mupeng tuh wajah kamu," tuduh Jeff dengan raut tengil, ekspresinya persis seorang kakak yang memergoki adiknya menonton JAV. Mengolok-olok, membuat kesal.

Otomatis Liv memegang pipinya dan meraih gawainya untuk melihat pantulan wajahnya. Bingung, memang dia tadi memikirkan Darma tapi apa iya jadi kelihatan seperti sedang ingin begituan? Sial. Sial. Sial.

Melihat Liv yang sibuk dengan pantulan dirinya, Jeff mendekat dan ikut melihat apa yang menjadi pusat perhatian gadis itu, "Lihat apa sih?" tanya Jeff membuat Liv terlonjak.

Kaget, anjim! maki Liv dalam hati. "Duh, Mas Jeff jangan ngagetin gitu dong." Gadis itu memasukkan ponselnya ke dalam sling bag-nya. Ranselnya memang ia tinggal di kantor yang dianggap seperti rumah sendiri.

Jeff tidak menjawab tapi ia mundur selangkah dan menggaruk tengkuknya sendiri. Tiba-tiba saja pria yang biasanya cengengesan itu merasa canggung dengan alasan tidak jelas. "Lipstick kamu ketebelan," celetuk Jeff tiba-tiba.

Sepersekian detik Liv terdiam, "Kenapa lipstick saya?"

"Lipstick kamu ngejreng bikin mata saya sakit!" kata Jeff setengah ngegas.

Liv menaikan satu alis mendengatmr omongan Jeff yang sedikit menyebalkan. Gadis itu merasa Jeff harus diberi pelajaran. Dia itu CEO, Chief Executive Officer, seharusnya mengurus kinerja karyawan atau mabok-mabok seraya mencari investor di pesta-pesta seperti yang sering Liv lihat di televisi dan serial Netflix. Tapi ini kenapa Jeff mengurusi lipstick Liv. Gadis itu kezeeeeel abizzzz! Sekali-kali Jeff harus diberi pelajaran.

"Terus kenapa Mas Jeff ngurusin lipstick saya? Seharusnya cari investor dong buat pengembangan game baru!" ketus Liv.

Jeff melotot mendengar kata-kata Liv. Berani dan minta ditampol. "Kamu gak lihat aku wes ganteng kayak oppa Korea?" Pria itu lantas memutar tubuhnya berlagak sepert seorang model. "Nih, aku mau ngelobi investor sama brand ambasador game baru nanti."

Kemeja kotak-kotak berwarna coklat pastel dan celana bahan hitam. Lengannya digulung hingga di bawah siku, menampilkan otot Jeff yang berurat. Liv tahu betul setiap pagi, Jeff selalu nge-gym sebelum memulai kerja, mungkin hasilnya adalah yang Liv lihat saat ini. Gaya berpakain Jeff juga keren, bagian depan kemeja itu ia masukkan ke dalam celana sementara bagian belakangnya dibiarkan begitu saja. Tiga kancing atas ia biarkan memperlihatkan kaos hitam dengan merek yang sering digunakan idola KPop. Dan yang tak boleh terlewatkan adalah Jeff memakai sepatu.

Iya, sepatu.

Liv tidak sadar jika penampilan Jeff kali ini terlihat seperti anak CEO tengil dalam drama Korea. Penampilan pria itu jauh berubah, Jeff bukanlah Jeff yang biasanya memakai celana kolor, kaos persebaya, sandal jepit, wajah bantal dan ileran dan rambutnyq acak-acakan. Outfit mirip mas-mas pengangguran ini yang selalu Jeff tunjukkan selama seminggu Liv menjadi intern di Main Kuy. Malam ini tentu Liv kaget melihat Jeff terlihat ganteng, wangi, dan berkelas. Rambutnya rapi dan dahinya terbuka.

Fuck, cakep banget!

"Tumben ga—" Liv memotong ucapannya sendiri.

"Tumben ga?" tanya Jeff meminta kelanjutan. "Tumben ganteng?"

Tumben gak kayak tukang bakso depan gang, batin Liv dalam hati. "Ah, iya itu, Mas."

Jeff nyengir, seraya menaik turunkan kerah kemejanya.

Dih, sok ganteng! Tapi emang ganteng sih.

"Kamu mau kemana?" tanya Jeff. "Kenapa pake gaun yang punggungnya terbuka?"

Liv meneguk ludah. Bagaimana Jeff tahu jika gaun merah sexy yang ia kenakan ini sebenarnya mengekspose punggungnya padahal Liv sudah mengakali dengan mengenakan jaket denim oversized yang akan ia buka jika sudah naik di mobil Darma.

Jeff menanti jawaban. Namun Liv tak memberikan karena buru-buru gadis itu pergi, masuk ke dalam jemputan mobil mewahnya.

***

"Jemputnya lama banget sih, Kak?" tanya Liv dengan nada merajuk manja sembari melepas jaket oversized yang ia kenakan. Melemparnya ke kursi belakang. "Aku tadi ditanya-tanyain aneh-aneh loh sama orang kantor gara-gara Kakak lama banget jemputnya."

Darma tersenyum melihat Liv masuk, hari ini ia terlihat cantik dengan gaun yang ia belikan beberapa bulan lalu. Punggung mulus Liv membuat sesuatu di bawah mengeras. "Lampu merah macet total. Ada pemeriksaan polisi."

Liv manyun. "Kamu telat bukan karena dia kan?"

Darma hanya diam dan melajukan mobilnya.

"Kalo Kak Darma diem berarti bener karena dia," ketus Liv, "tadi apa alasan dia nahan kamu?"

Darma menoleh masih tersenyum, "Dia muntah-muntah, asam lambungnya kambuh."

Decakan lirih keluar dari mulut Liv, "Dia tuh ngeselin banget! Kalau asam lambung tuh harusnya makan teratur, pola makannya dijaga, gak makan pedes-pedes. Kemarin aku lihat dia pamer makan seblak di snap-i*. Dia tuh sengaja sakit biar kamu repot, biar ngurusin dia terus, biar kamu lupa sama aku, Kak."

Darma melirik Liv yang mengomel kemudian terkekeh.

"Kenapa ketawa, aku lagi kesel loh ini."

"Kamu lucu, Liv. Katanya kesel tapi perhatian banget sama dia," ujar Darma di sela tawanya.

"Ya habisnya dia gak bisa jaga diri. Kalau dia kenapa-kenapa kamu repot. Kalau kamu repot, kamu gak bisa ketemu sama aku, Kak!"

"Kangen banget sama aku, ya?" tanya Darma lalu membelokkan kemudinya.

"Kangen banget!" Liv lantas meraih tangan kiri Darma yang lengan bajunya tergelung, persis seperti gaya Jeff tadi. Gadis itu menautkan jemarinya disela jemari besar Darma. Hangat dan nyaman. Liv merasa kembali pulang. "Malam ini yang lama ya sama aku?" pinta Liv.

"Aku gak bisa lama-lama."

Liv langsung melepas jemari Darma, ia bersidekap kesal saat Darma tak memenuhi ekspetasinya. "Tuh kan! Katanya malam selasa selalu buat aku."

"Dia sakit, Liv. Kasihan dia dimarahin papanya kemarin sampe gak mau makan," papar Darma sembari mengelus sisi kanan kepala Liv dengan sayang.

Liv hanya mendengus, ia kasihan tapi kesal juga.

"Malam ini kita ke tempat biasa aja gak usah ke apartemen kamu," tawar Darma berharap Liv tak kecewa terlalu banyak.

"Tapi aku kangen kamu cium," kata Liv jujur. Ia sangat merindukan bibir lembut Darma. "Aku udah beli lipstick baru loh."

Darma tertawa saat ia berbelok memasuki parkiran Sutos, "Lipstick kamu baru? Beli di mana?"

Liv mengerucutkan bibir, Darma melirik sekilas bibir merah berani miliknya. Menggoda sekali. "Beli di TP bareng Hanna. Capek-capek aku thawaf TP 6 eh tenyata malam ini gak jadi dicium."

"Siapa bilang aku gak mau cium kamu?" tanya Darma sembari mengusap paha Liv usai mematikkan mesin mobilnya. Tangannya bergerilnya menyingkap gaun merah marun hingga ke ujung paha.

Liv merasa sensasi itu. Tersengat listrik. "Tadi—" Liv memejamkan matanya saat sentuhan Darma mulai berani. "—katanya mau cepet pulang buat ngurusin dia."

Darma tertawa, "Iya aku harus cepat pulang buat ngurus istriku." Tangannya lantas berpindah ke wajah Liv membuat wajah Liv menengok ke arahnya. "Tapi bibirku bisa kok membuat lipstick kamu berantakan dengan cepat, Liv."

[]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status