Share

08. Kok Ngatur Sih?

08 | Kok Ngatur Sih?

Liv membeliak saat melihat pesan singkat yang dikirim Jeff. Isinya daftar belanjaan. Mulai dari keperluan mandi, peralatan bersih-bersih, hingga sembilan bahan pokok.

"Ini belanjaan perjaka apa belanjaan keluarganya Gen Halilintar!" seru Liv seraya scrolling pesan Jeff. "Ini buat korban bencana alam juga bisa, njir!"

Gadis itu menghela napas dan segera bangkit dari tempat tidurnya. Laptop yang menampilkan drama "Hospital Playlist" itu ia matikan. Dokter Lee Ikjun terpaksa ia tinggalkan demi memenuhi kehendak CEO kurang ajar alias Jeff. Setelah memakai jaket oversized untuk menutupi piyamanya, Liv segera menyalakan mesin motor dan menuju toserba terdekat untuk membeli semua yang diingkan Jeff.

Setelah semua terkumpul, gadis itu segera melajukan motornya dengan ngebut menuju alamat rumah Jeff. Liv cukup bersemangat karena akhirnya ia bisa bertemu dengan Jeff dan membicarakan perihal fotonya dan Darma tempo hari meskipun harus menjadi babu dan kurir pengantar pesanan.

Saat tiba di depan rumah super mewah yang pagarnya tertutup rapat, Liv segera membuka kaca helm dan menghubungi Jeff via telefon.

"Saya sudah di depan rumah Mas Jeff," ucapnya saat panggilan telah terhubung.

[Aku gak denger suara mobil? Kamu wes di depan rumahku ta?] tanya Jeff. Kemudian Liv dapat mendengar suara berisik dan beberapa detik kemudian jendela di lantai dua rumah itu terbuka menampilkan Jeff nyengir lebar sersya melambaikan tangan dari sana. [Kamu naik motor?] tanya Jeff lewat telefon.

"Menurut ngana? Udah jelas ini naik motor. Cepet buka gerbangnya atau saya lempar nih berasnya!" gertak Liv kesal. Sore ini cukup panas dan Liv capek menyetir motor dengan barang bawaan seperti untuk modal berjualan satu toko kelontong.

[Aku kira naik mobil. Wajah kamu kan gak kelihatan kayak tukang ojek.] Jeff telah menghilang dari pandangan Liv, sepertinya ia turun dan keluar rumah.

"Katanya CEO yang perhatian dengan pegawainya?  Saya tiap hari ke tempat magang pake motor loh Mas Jeff," sindir Liv. Mengingat bagaimana para pegawai menyanjung-nyanjung Jeff dengan pujian.

Tawa Jeff terdengar dekat dan gerbang rumah itu dibuka lebar menyambut kedatangan gadis itu. "Kamu mau saya perhatikan nih ceritanya?" goda Jeff saat Liv mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas slempangnya.

"Bacot!" maki Liv kemudian menyalakan mesin motor dan memasukkannya ke dalam halaman rumah Jeff. "Gak gitu maksudnya, ah, bodo amat!"

Jeff tertawa terpingkal-pingkal. "Canda, princess."

Liv merotasikan kedua netranya saat mendengar Jeff memanggilnya princess. "Norak!" komentar Liv turun dari motor. Kemudian menurunkan barang-barang pesanan Jeff.

"Wah karyawan teladan memang. Gerak cepet banget ya," celetuk Jeff saat Liv membawa sekarung beras berisi sepuluh kilogram.

Liv mendengkus. "Mas Jeff gak gentle banget. Ngelihat cewek bawa barang berat tuh dibantuin bukannya malah nonton sambil bacot. Laki apa perempuan tuh?"

Jeff tertawa kemudian meraih pergelangan tangan Liv membuat gadis itu mengernyitkan dahi. "Aku berencana jadi sponsor atlit angkat besi."

"Pardon?"

"Aku mau jadi sponsor kamu kalau kamu mau jadi atlit angkat besi," Jeff berdecak. "Lihat nih, tangan kecil begini bisa angkat sepuluh kilo. Sangar, pek!"

Liv segera menarik tangannya dari genggaman Jeff dan berlalu mengambil barang bawaan lainnya dan meletakkannya di teras rumah. Saat semua sudah turun Liv menatap Jeff membuat CEO itu nyengir super lebar.

"Kenapa, princess?" celetuk Jeff membuat telinga Liv panas dan tangannya gatal ingin menampol Jeff. Jika yang menyapanya seperti itu adalah Darma, Liv tentu akan tersipu malu-malu. Namun, berhubung sapaan itu keluar dari mulut anjing seperti Jeff, panggilan itu jadi terdengar norak dan menyebalkan.

"Foto itu mana? Tolong dihapus semuanya beserta salinannya sekarang!"

Jeff tertawa lagi, Liv terkesima sesaat. Saat diamati lebih dekat. Jeff memiliki dua lesung pipi yang muncul saat ia tersenyum dan tertawa.

Ah, kenapa ganteng gini nih anjing satu!

"Kok ngatur sih? Di sini kan saya bos-nya?" Jeff mendekat kemudian memukul helm yang ternyata masih dikenakan oleh Liv. "Lepas dulu helmnya. Kamu masih lama di sini."

Liv mendengkus. "Saya gak mau lama-lama di sini kalau Mas Jeff gak mau menghapus foto itu."

Jeff menatap Liv, ia sedikit merunduk mengingat bahwa Liv hanya sebahu pria itu. "Siapa bilang saya gak mau hapus foto itu?"

Liv mengerang kesal. "Saya udah bawain semua pesanan Mas Jeff  ke rumah. Tugas saya selesai, hubungin saya kalau Mas Jeff sudah mau membahas foto itu."

Jeff mencebik kemudian melepas helm Liv. Sepersekian detik jarak wajah mereka cukup dekat saat Jeff mencoba melepas pengait helmnya. Liv merasa panas saat ia dapat mencium aroma tubuh Jeff, parfum maskulin bercampur sedikit bau rokok. Sial dari jarak sedekat ini, wajah serius Jeff terlihat seperti blasteran bumi dan surga.

Ganteng banget, bangsat!

"Kamu masuk dalam permainanku, Liv," ujar Jeff sembari meletakkan helm Liv di atas meja  teras. "Dan sekarang kartu mati kamu ada di tanganku"

"Maksud Mas Jeff saya harus nurut begitu."

Jeff menyeringai, wajah tengil yang biasa ia tunjukkan seolah menghilang dari sana. Liv tercekat, apakah ini ekspresi yang ditunjukkan Jeff pada pesaing bisnisnya. Aura Jeff kini sangat berwibawa dan mengintimidasi, Liv sungguh ingin sungkem dan minta maaf.

"Gak rugi Erin hiring kamu sebagai mahasiswa magang. Kamu cepat paham." Jeff kemudian mendekat tanpa mengalihkan pandangan dari Liv sedikitpun. Wajah Jeff kian dekat dan kemudian ia berbisik tepat di telingan Liv. "My game, my rules. Kamu harus nurut sama saya, Liv. Ingat saya punya kartu mati kamu." Kemudian ia menjauhkan diri dari Liv.

"Mas Jeff kayak anjing, serius saya!"

"Julukanku emang asu gendeng. Sekali gigit gak bakalan bisa lepas." Jeff kemudian tertawa dan wajah tengilnya terlihat lagi. "Ayo bantu saya bawa barang-barang ini. Ada tugas lain buat kamu di dalam sana."

Liv berteriak kesal. "Jeff for jancuk!"

Jeff menyahut, "Kamu juga, princess!"

***

Rumah Jeff rapi untuk ukuran seorang bujangan yang jelas Liv tahu sudah tidak perjaka lagi. Gadis itu sedikit banyak mendengar gosip tentang Jeff dari Erin yang berkata bahwa Jeff sudah sering tidur dengan banyak gadis sebelumnya.

Setiap ruangan itu bersih dan bebas debu. Kaca-kaca dan ventilasi udaranya juga cukup baik. Cahaya matahari bisa bebas masuk. Liv sempat berpikir bahwa ia akan disuruh bersih-bersih rumah super berantakan seperti kapal Titanic. Tapi rumah Jeff sudah cukup rapi dan bersih.

Jadi, tugas apa yang akan ia emban nanti?

"Tadi dagingnya dapet gak, Liv?" tanya Jeff seraya membongkar muatan alias belanjaan yang dibeli Liv.

"Dapet," sahut Liv ogah-ogahan sembari scrolling Twitter. Ada teh tumpah alias gosip di sana.

"Oke tugas kamu gampang sih," ujar Jeff kemudian melirik sekilas Liv, "buatin aku rendang."

Gerakan Liv seketika terhenti, ia menoleh ke arah Jeff yang melihat-lihat bumbu di dalam plastik itu. "What?"

Jeff menoleh, "Kamu kopok? Masakin saya rendang, Liv." [¹]

Liv menelan ludah. Dia cuma bisa memasak dengan bumbu instan.

[]

[¹] tuli

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status