Share

Bermain di Atas Ranjang CEO
Bermain di Atas Ranjang CEO
Penulis: oceanisa

01. Magang dan CEO Rese

01 | Magang Dan CEO Rese

Dan seperti Jakarta, Surabaya tidak pernah benar-benar tertidur, tak pernah benar-benar lelap. Seperti ibu kota, kota pahlawan juga selalu ramai, tak memandang gelap dan terang. Apa itu malam dan siang? Sepi dan rehat hanya sebuah mitos bagi para budak korporat yang mengejar rupiah demi rupiah. Sebagian untuk bertahan hidup, sebagian lain untuk tetap ada—eksistensi di antara sesama.

Pun jika ada ada waktu longgar, mereka menggunakannya untuk berpesta, menghabiskan malam di berbagai tempat hiburan hingga menjelang dini hari. Mabuk sedikit sembari memaki bos yang kadang memberi perintah seenak jidat, sesuka hati.

Seperti halnya para pekerja dan karyawan yang bekerja di start up tempatnya magang—Main Kuy. Meski bedanya, mereka tidak pernah memaki CEO mereka ketika mabuk oplosan.

Meski disebut sebagai start up, nyatanya semua pegawai dan karyawan di sini adalah para workaholic yang tiga per empat hidupnya digunakan untuk bekerja dan sisanya untuk clubbing, mabuk, dan sesekali tidur dengan pacar ataupun orang asing yang mereka temui di pub atau bar.

Orang-orang mengira jika bekerja di start up itu enak. Jam kerja fleksibel, kantor dan tempat kerja dengan desain interior yang aesthetic, rekan kerja yang asik, hingga fasilitas kantor yang seperti rumah sendiri.

Tapi sebenarnya namanya bekerja tentu ada tak enaknya. Start up pun demikian. Fasilitas dan gaji yang diberikan setara dengan beban kerjanya. Kebanyakan menuntut hasil kerja yang setara. Semakin banyak kenyamanan yang diberi semakin besar kontribusi yang harus diberikan karyawan untuk menghasilkan profit tinggi bagi perusahaan.

Bisnis itu kejam, sist!

Yah, kerja memang berat tapi untung saja karyawan Main Kuy memang seperti titisan Spongebob yang suka dan cinta dengan pekerjaannya sebagai koki di Krusty Krab dan kagum bin hormat dengan bos super pelit seperti Mister Krab. Karyawan Main Kuy juga secinta itu dengan pekerjaan mereka. Karyawan Main Kuy juga mengagumi dan mencintai CEO-nya, Jeffares Jumantara yang gemar main game hingga dini hari itu.

Karyawan Main Kuy betah di kantor dan cinta mati dengan pekeejaan mereka.

Lihat, sekarang pukul sembilan malam masih ada beberapa yang sibuk ngoding, menggambar sesuatu, main game, menonton anime bahkan streaming MV TWICE dan JKT48. Padahal jam kerja di Main Kuy hanya sampai pukul empat sore. Tapi karena cinta dengan pekerjaannya jadilah mereka betah berlama-lama di kantor.

Livia Carissa Ayudia tahu benar hal ini saat seminggu lalu ia menjadi mahasiswi magang atau intern di Main Kuy sebagai HR Recruiter untuk memenuhi syarat mengajukan skripsi.

Seperti tag line jurusannya;

Selama masih ada manusia, mahasiswa psikologi itu selalu dibutuhkan.

Ya, karena itulah meskipun ia berasal dari jurusan psikologi ia bisa magang di Main Kuy, sebuah start up game developer yang berada di Surabaya, karena memang developer game ternyata masih manusia juga. Kebetulan Human Resource Development di Main Kuy hanya ada dua orang, jadi menerima mahasiswa magang bisa membantu pekerjaan mereka.

"Mbak, aku udah sortir CV yang masuk, aku buat list juga kandidat pelamarnya. List-nya udah aku kirim ke emailnya Mbak Erin," ujar Liv kepada Erin, HRD senior sekaligus mentornya selama magang.

"Rajin amat. Deadline-nya kan masih besok, Liv," kata Erin yang kini me-pause serial Netflix yang ia tonton. Kemudian ia menoleh ke arah Liv yang membuatnya sedikit terkejut. Penampilan Liv sangat jauh berbeda dengan tadi, "Weh, sangar arek iki [¹]. Mau kemana kamu, Liv? Cantik banget!"

Liv tersenyum, bibirnya yang tersapu lipstick merah itu membuatnya terlihat jauh lebih dewasa. Kulitnya yang putih pucat itu membuat warna lipstick di bibirnya mencolok tapi cantik dalam satu waktu. Sexy dan kiss-able. Seperti buah cherry masak yang siap digigit.

"Mau ketemu pacarnya paling, Mbak!" sahut Hanna, sahabatnya yang bermulut ember. "Gak mungkin macak ayu-ayu cuma mau balik ke kost. [²]"

Erin menoleh ke arah Liv, "Livia udah punya pacar?"

"Mulutnya Hanna aja kok didengerin sih, Mbak. Kabar bohong dan hoax semua yang keluar dari mulutnya," tukas Liv penuh kebohongan. "Mau ketemu temen," temen tidur sama temen ciuman, lanjutnya dalam hati.

"Halah, jancuk!" maki Hanna yang membuat Erin dan Livia tergelak.

"Iya, aku juga sayang kamu kok, cuk!" jawab Liv dengan aksen jawa yang sering disebut Hanna kaku dan wagu pol! [³]

"Anak Jaksel gak pantes misuh," ketus Hanna.

"Aku udah tiga tahun lebih di Surabaya loh," sahut Liv. "Ah udah, nyahutin omongannya si Hanna bikin darah tinggi." Gadis itu menoleh ke arah Erin. "Aku balik duluan ya Mbak! Selamat mengagumi Mas Park Seojun!" pamitnya yang dibalas bogem mentah Hanna dan suara tawa Erin.

***

Liv segera menarik napas saat keluar dari ruko di daerah Mayjend Sungkono yang menjadi kantor Main Kuy. Menatap langit Surabaya yang tak pernah berbintang, sekilas kemudian Liv melirik arloji yang melingkari pergelangan tangannya. Lima belas menit lagi temannya datang. Iya, teman tidur dan teman ciuman yang Liv katakan pada Erin tadi

Gadis itu menatap pantulan wajahnya di layar gawai yang ia bawa. Menatap bibir merah cherry miliknya dengan tersenyum bangga, semoga Kak Darma suka sama lipstik baru gue.

Darma Rajendra namanya, bukan kekasih Livia tapi teman tidur dan ciuman serta lelaki yang membuatnya mendesah di atas ranjang dengan segala sentuhan jemarinya. Lelaki yang sudah ia kenal sejak belia. Lelaki yang membuatnya tersenyum seperti orang gila jika memikirkannya. Seperti saat ini, akal dan kontrol dirinya hilang jika berhubungan dengan Darma.

Sinting!

Gendeng! [³]

Livia selalu memaki dirinya sendiri karena menyukai Darma sedemikian besarnya tapi tak pernah ada niat meninggalkan lelaki itu.

No, never!

Darma satu-satunya lelaki yang membuat seorang Livia merasakan candu dan mabuk menjadi satu. Seperti wine, semakin lama semakin terasa nikmat, semakin mahal, semakin susah dilepaskan. Sial, bahkan Liv sudah membayangkan yang apa yang akan ia lakukan dengan Darma nanti saat bertemu.

"Gendeng arek iki!" [⁴]

Tuh kan ada emang gue beneran gila! kata Liv dalam hati masih tersenyum membayangkan wajah tampan Darma.

"Lah, malah guyu." [⁵]

Liv mengerjap, kemudian menoleh mendapati orang yang ia nobatkan paling rese sedunia. Tersenyum, nyengir, mengejek. Sosok yang disebut orang-orang super loveable —Jeffares Jumantara, pemilik aplikasi Main Kuy yang tidak seperti CEO pada umumnya.

Raut gadis itu kontan berubah masam. Entah apalagi yang akan ia hadapi saat bertemu dengan Jeff. Semoga saja ia tak akan menjadi babu dadakan dan merusak rencananya bermain-main dengan teman tidurnya itu.

———

[¹] Wah, keren banget anak ini!

[²] Dandan cantik-cantik.

[³] Gila.

[⁴] Gila anak ini.

[⁵] Malah ketawa

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Miati Mukarromah
Semangat author cantik...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status