Share

03. Terciduk Nih!

03| Terciduk Nih!

Darma membuat Liv menggila dengan jemarinya. Membuatnya melambung tinggi ke angkasa. Membiarkannya mencicipi rasa surgawi sesaat dengan gerakannya. Sial, Liv rasanya tak waras.

Mereka melakukannya di mobil.

Di parkiran.

Semoga gak ada CCTV yang merekam kegiatan tak senonoh mereka kali ini atau setelahnya nama Liv dan Darma akan masuk akun gosip atau viral di media sosial.

Amit-amit, jangan sampai!

"Suka aku giniin?" tanya Darma saat ia menyentuh kelopak mawar merah muda milik Liv yang telah basah dan lengket oleh madu cintanya. Mengusap, membelai, membuat Liv seperti seorang jalang yang haus sentuhan.

Gadis itu tak menjawab. Hanya rintihan dan desahan bak simfoni tak berirama yang terdengar oleh Darma. Membuat benda milik Darma membesar dan keras. Pemandangan Liv dengan gaun yang tersingkap hingga perut dan gundukan serupa yang menggunung di dada terlihat mengintip dari samping gaun. Menggeser sedikit, pemandangan dada Liv yang membukit akan terlihat. Darma ingin sekali segera menerkamnya. Memetik dan memilikinya.

"Ahh ..." racau Liv bersamaan dengan basahnya tangan darma. Segalanya kacau tapi sangat memikat dan Liv ingin menjangkau lebih rasa ini, manusia memang serakah ingin segala yang nikmat lagi dan lagi.

Darma mencium Liv lagi. Mendaratkan bibirnya pada cherry milik gadis itu. Menggigit atasnya, membuat lipstick-nya berantakan. Lidah mereka menari dengan liar, saling mencari, saling mendominasi. Hingga sepersekian detik Darma melepas pandangan, tersenyum sesaat kemudian meninggalkan bekas merah di leher Liv. Meninggalkan jejak kepunyaan.

Liv adalah miliknya, hanya ia yang bisa membuatnya merah seperti ini.

Tangan gesit Liv tak tinggal diam, ia membuka resleting Darma. Menyentuh sesaat benda di balik celana dalam membuat Darma mengerang dan mencium Liv kasar di bibir. Bermain di dadanya.

"Kamu nakal, Liv! Jangan pegang itu!"

Liv tersenyum kemudian mengecup singkat bibir Darma.

"Kamu yang buat aku jadi nakal begini, Kak. Kamu —oh shit!"

Darma mengernyit saat Liv tiba-tiba memaki, "Kenapa, sakit ya aku pegang gini?" tanya Darma bermain dengan dadanya yang membukit.

"Ahh ... no, berhenti, Kak!" ketus Liv di sela-sela rasa surgawi itu. Ia menghempas tangan Darma membuat prianya menautkan alis. Gadis itu segera menurunkan gaunnya. Darma bingung, mood-nya langsung turun melebur saat Liv meraih-raih jaket di kursi belakang dan memakainya. Secepat kilat gadis itu pergi keluar mobil.

Darma tak tahu apa yang membuat Liv begitu, secepat kilat ia memasang kancing celananya dan menyusul Liv yang berjalan tergesa-gesa.

***

Fuck. Fuck. Fuck.

Maki Liv lirih mencari-cari dimana keberadaan orang itu. Matanya yang berkilat-kilat meneliti setiap pria berpostur tinggi dengan kemeja kotak-kotak coklat pastel dan celana bahan hitam.

Iya, pria yang dicari Liv adalah Jeff. CEO PT. Main Bersama yang meluncurkan aplikasi gim Main Kuy. Liv mengacak kasar rambutnya yang tergerai, beberapa orang menatapnya aneh karena make up-nya yang berantakan karena adegan panas di mobil bersama Darma tadi. Sial. Liv segera merogoh masker dan mengenakannya.

Ia berjalan menyusuri Surabaya Town Square atau yang sering disebut Sutos oleh anak gaul Surabaya. Sekarang pukul sepuluh malam dan Sutos semakin ramai oleh muda-mudi yang ingin nongkrong atau mencari hiburan. Sebuah kesialan, menemukan Jeff tentu semakin susah.

Liv menghela napas dan segera mencari gawainya. Ia harus menghubungi Jeff. Meski tak menyimpan nomer Jeff tapi Liv berada satu grup chat perusahaan. Tak sulit menemukan nomer Jeff yang jelas memakai foto profil kera.

"Foto profilnya monyet, kelakuannya juga kayak monyet. Jeff bajingan!" maki Liv seraya me-dial nomer Jeff.

Butuh beberapa detik hingga Jeff mengangkat panggilan Liv. Suara tengil pun terdengar, "Halo, siapa nich?"

Liv auto ingin meninju Jeff atau melempar kepalanya dengan Wedges milik Hanna. "Mas Jeff dimana?"

"Aku lagi di Sutos dong." Kemudian Jeff tertawa, terdengar mengejek.

"Ngapain ke Sutos, Mas?" tanya Liv dengan nada kesal. Liv sangat ingin membuat seribu bayangan seperti Naruto dan ramai-ramai menghajar Jeff. Meninju wajah gantengnya, memukul punggungnya, menendang pantat dan perutnya, dan melemparnya ke Lubang Buaya, hah!

"Kata kamu aku gak boleh ngurusin gincu dan harusnya nyari investor," ujar Jeff tengil abis. Liv ingin menggampar Jeff sekarang. "Ini lagi nunggu calon investor yang lagi joget-joget kayak cacing mau buat umpan pancingan."

"Mas Jeff jangan bercanda." Liv menahan emosinya. Jeff masih menjabat sebagai CEO, bukan tukang bakso yang sering lewat di depan kantor.

"Aku serius, Livia," kata Jeff dengan logat medhok Surabaya. "Aku tadi kan wes bilang mau ketemu investor seh."

Liv merotasikan kedua netranya, "Mas Jeff tadi lihat saya di parkiran kan?"

Jeda. Jeff hening. "Oh, kamu yang tadi mantap-mantap di mobil itu ta?"

Liv gregetan, kemudian meninju-ninju udara membayangkan bahwa ada sosok Jeff di sana, wajahnya babak belur dengan hantaman tangannya. "Mas Jeff dimana? Saya pengen ngomong."

"RUI Lounge & Bar," ujar Jeff. "Tapi jangan ke—"

"Saya susul, jangan pergi!" perintah Liv seraya mematikan ponselnya.

"Kamu kenapa, Liv?" Tepukan Darma di bahu Liv membuat gadis itu terperanjat. "Kok tiba-tiba lari?" Pria itu memakai topi dan masker, tampilannya seperti anak kuliahan tanggung tak terlihat seperti Wakil Wali Kota yang sangat dewasa dan sering muncul di beranda media sosial dan siaran berita TV lokal.

"Kak Darma ngagetin." Kemudian Liv memasukan gawainya ke dalam tas seraya berkata pada Darma. "Kak Darma tunggu aku di mobil aja, ada yang harus kita bicarain setelah ini. Please, jangan pulang dulu, okay?"

Melihat Liv yang nampak kalut, Darma bertanya, "Apa ada yang melihat kita tadi?"

Liv menatap intens ke mata Darma yang mulai khawatir dan cemas. "Ada yang melihat kita tapi aku kenal dia. Aku bakalan ngomong sama dia sekarang. Sekarang pergi, nanti ada yang melihat Kak Darma di sini."

Darma terdiam dan menurut, meninggalkan Liv yang kini menuju lantai dua lokasi RUI Lounge & Bar. Liv tahu bahwa bar yang satu ini merupakan salah satu tongkrongan yang hanya boleh dimasuki oleh pengunjung 21 tahun ke atas dan memakai pakaian yang rapi terutama cowok. Pantas saja tadi Jeff bertransformasi gaya berbusananya, kaus persebaya, celana kolor, dan sandal jepit ia tinggalkan.

Melewati tangga kecil dengan grafiti-grafiti konsep unfinished concrete, Liv dibuat takjub dengan penampilan RUI Lounge & Bar yang ternyata cukup luas. Lighting di sana temaram karena sudah pukul sepuluh malam. Ia baru pertama kali kemari. Pernah beberapa teman kampusnya dulu mengajak tapi Liv selalu menolak..

Mana mungkin jelmaan bidadari bergaul dengan manusia tukang sambat seperti teman-teman satu angkatannya itu.

Liv adalah mahasiswi paling cantik yang selalu masuk dalam langganan akun I*******m @uh_cantik, akun I*******m yang mengumpulkan mahasiswi Universitas Hanggara dengan wajah kembaran Dewi. Tentu saja, Liv yang disebut tercantik di antara yang cantik oleh mayoritas pengikut akun itu.

Kulitnya putih seperti orang Jepang dan Korea, wajahnya bersih tanpa noda jerawat dan tirus. Meski jarang tersenyum, semua orang mengakui jika wajah Liv memiliki daya tarik yang kuat. Hidung mancung, bibir sensual yang selalu tersapu lip tint merah cherry, dan kedua pasang alis simetris beserta matanya yang memiliki iris coklat terang itu sangat menarik. Bulu matanya lentik, saat Liv berkedip dan menatap, semua langsung jantungan.

Rambutnya hitam legam, tebal, dan panjang. Kakinya jenjang dan tubuhnya yang tidak kurus dan gemuk itu sangat pas dipakaikan pakaian apapun. Bahkan pakaian tiga puluh lima ribu di pasar malam Lapangan Kodam atau pasar DTC terlihat mewah seperti keluaran rumah mode.

Siapapun memuja Liv dan berharap bisa menjadi kekasihnya. Mulai dari kating super modus dari UKM musik, komting super ganteng yang menjadi langganan juara dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah, aktifis kampus yang sering demo, hingga anak Mapala yang doyan naik gunung sudah pernah menyatakan cinta padanya. Ah, jangan lupakan juga dosen muda dan mahasiswa program magister di kampusnya yang terang-terangan mengajak Liv menikah.

Liv hanya tertawa, mana mau dia pacaran dengan cowok biasa seperti mereka di saat ia sudah punya teman tidur dan ciuman yang menjabat Wakil Wali Kota, Darma Rajendra. Liv merasa jika ucapan orang-orang tentang kecantikannya yang seperti dewi itu benar dan sudah sepatutnya ia juga mendapat seorang dewa seperti Darma Rajendra yang disebut rakyatnya memiliki jiwa separuh malaikat.

Liv tersenyum kecut. Dia dan Darma seharusnya bersama. Ia hanya harus menutupi hubungannya dengan Wakil Wali Kota itu hingga Darma nanti menjadi Gubernur di tahun depan. Menunggu Darma mencereaikan istrinya dan ia bisa memamerkan pada dunia bahwa Darma adalah miliknya.

Tapi mimpinya itu terancam gagal karena hal bodoh yang ia dan Darma lakukan di parkiran tadi. Rencananya tak akan terealisasi karena ada ancaman dari orang.

Seseorang mengabadikan moment erotis dirinya dan Darma lewat kamera ponselnya. Dan fakta menyebalkannya, seseorang itu adalah Jeff. CEO tengil yang hobi mengerjainya saat di kantor.

Liv segera mengangkat sedikit gaunnya berjalan mencari keberadaan Jeff. Gadis itu mendengus tatkala mendengar musik yang diputar di bar itu. Musiknya chill dan temponya santai. Jelas, musik jedag-jedug untuk berjoget tidak ada. Ia bahkan tidak menemukan orang yang berjoget karena kebanyakan dari mereka mengobrol dengan kelompok masing-masing.

Liv memicing, menemukan Jeff yang tengah asyik menikmati segelas cocktail berwarna putih keruh dengan gelembung-gelembung kecil yang terlihat dari gelasnya. Gadis itu segera menghampiri dan duduk di hadapan Jeff, "Mas Jeff, kita harus bicara."

[]

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status