Home / Lainnya / Berondong Kampus / Bekas cupang di leher Roy.

Share

Bekas cupang di leher Roy.

Author: Andeski
last update Last Updated: 2025-03-24 01:01:26

Susana di kampus seketika rame, masing-masing mahasiswa bercanda ria sambil sesekali tertawa cekikikan, khususnya bagi kaum mahasiswi ketika membahas cowok masing-masing.

Selain itu, ada juga sebagian mahasiswa yang terlihat murung, karena berbagai macam persoalan. Mulai dari masalah keterbatasan hidup yang menuntut harus serba ada, masalah tetek-bengek yang menyangkut mata pelajaran. Hingga masalah asmara antara mahasiswa sesama mahasiswa, dan masalah asmara antara mahasiswi dengan dosen.

Di antara ratusan para pejuang masa depan tersebut terlihat Roy yang tengah berjalan menyusuri koridor penghubung antar ruangan kampus.

"Roy, kamu gak sakit kan?" Roy menoleh ke belakang, ketika tepat di belakangnya, entah sejak kapan Amella tengah berjalan mengikutinya.

"Mel, kamu mengagetkan aku aja. Aku gak apa-apa kok, cuma butuh istirahat aja sepertinya," jawab Roy sambil berhenti sejenak agar berjalan bersisian dengan Amella.

Amella menatap Roy seperti menyelidiki sesuatu, saat Roy belum menyadari keberadaannya di belakang, Amella memperhatikan Roy tidak seperti biasanya. Lemah dan lesu, penampilan kusut, dan mata sayu. Amella sempat berpikir kalau Roy telah terpengaruh oleh serbuk putih seperti garam yang telah banyak merusak masa depan para penerus bangsa ini.

Namun dugaan buruk itu segera ditepis Amella, sejauh pengetahuannya, Roy tidak pernah mendekati barang haram tersebut.

"Ya, sudah. Aku antar kamu pulang, sampai di kos langsung tidur," ujar Amella sambil mempercepat langkahnya mengimbangi langkah Roy.

Sembari berjalan beriringan, Roy dan Amella tersenyum pada teman-temannya yang kebetulan menyapa. Hingga langkah kaki mereka tiba di samping mobil Amella di parkiran kampus.

"Roy, aku gak mau kamu ikut-ikutan terpengaruh oleh teman-teman yang gak bener itu. Ingat janji kita, ingat cita-cita yang telah kita rencanakan sejak lama. Maaf, bukannya aku tidak percaya kamu, tapi perubahan sikap kamu yang membuat aku berpikir seperti ini." Setelah duduk di balik kemudi, Amella berkata sambil menoleh pada Roy yang duduk di sebelahnya.

Jantung Roy berdegup lebih kencang, karena Amella masih membahas keadaannya yang seperti kekurangan nutrisi, walaupun sebenarnya memang seluruh nutrisi di tulang sumsumnya terkuras habis di sedot Sandra. Tante muda tersebut seperti makan tidak kenal kenyang saat di ranjang bersama Roy.

"Aku masih ingat janji kita, Mel. Dan aku tidak akan mengingkarinya, kamu harus percaya itu. Sungguh, aku hanya kurang istirahat aja," jawab Roy meyakinkan mahasiswi cantik yang punya segalanya, yang telah ia pacari semenjak duduk di bangku SMA tersebut.

Karena setelah berpacaran beberapa tahun, telah banyak harapan dan impian yang telah mereka rencanakan, semuanya untuk kebahagiaan mereka nantinya.

"Aku percaya, aku hanya mengingatkan orang yang aku cintai supaya tidak ikut terpengaruh dengan hal-hal yang bisa menghancurkan mimpi kita." Amella menoleh sekilas pada Roy, karena ia harus tetap fokus mengemudi, saat jalanan mulai padat dan sedikit macet karena jam kuliah mereka berakhir pada jam-jam sibuk.

Jarak dari kampus ke tempat kos-kosan Roy memang hanya beberapa ratus meter saja, namun pada jam sibuk seperti ini butuh waktu bagi Amella beberapa saat lamanya mengemudi untuk tiba di kos-kosan tersebut.

"Aku gak mau kehilangan kamu, hmm udah tidur rupanya. Roy ..." Amella ingin meneruskan ucapannya, namun ketika ia menoleh, ternyata Roy sudah tidur dengan bersandar pada jok mobil. Ingin rasanya Amella membangunkan, namun ucapannya terputus ketika melihat wajah sang kekasih yang terlihat sangat kusut dan lelah.

Amella tidak tega mengganggu Roy dalam tidurnya. Setelah melewati perempatan lampu merah, Amella membelokkan mobilnya ke arah deretan kos-kosan yang di tempati Roy bersama puluhan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah. Rata-rata mahasiswa yang menempati kos-kosan tersebut berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, sama seperti Roy.

Sejenak Amella memandangi deretan kos-kosan yang boleh di bilang sedikit berantakan, maklum penghuninya para mahasiswa yang kurang peduli dengan kata rapi. Amella menoleh pada Roy yang masih tidur pulas.

"Roy, bangun. Udah sampai lho, di kamar aja kamu lanjutkan tidurnya." Sambil menggoyangkan pundak Roy, Amella memanggil supaya Roy terbangun dari tidurnya.

"Emm, udah sampai? Huaahh." Roy mengerjapkan matanya sambil menguap saat Amella membangunkan tidurnya yang rasanya baru beberapa menit saja.

"Udah sampai dari tadi, sana lanjutkan tidurnya di kamar aja," jawab Amella sembari memandangi wajah Roy dengan tatapan teduh menenangkan. Roy membalas tatapan itu, ketika pandangan mereka bertemu pada satu titik, ada getar halus dalam dada membuat rasa rindu di hati keduanya untuk melepaskan rindu itu untuk sesaat.

"Mampir dulu, Ayuk," jawab Roy sambil membuka pintu mobil di sampingnya, lalu berjalan ke pintu samping Amella.

"Gak kangen apa?" tanya Roy sambil merunduk supaya wajahnya sejajar dengan wajah Amella yang masih duduk di balik kemudi mobil.

"Apaan sih?!" jawab Amella gugup sambil mendorong wajah Roy yang sangat dekat ke wajahnya ketika dari jarak yang begitu dekat, Roy mengedipkan matanya menggoda sang kekasih.

Roy tertawa kecil, ketika Amella keluar dari mobil dengan wajah bersemu merah. Jujur, baru satu kali dua puluh empat jam tidak mendengar suara dan tidak ada kabar dari Roy, ia sudah sangat rindu.

Roy tidak mempedulikan mahasiswa lain yang usil menggoda Amella, malahan dengan senyum bangga Roy menggandeng sang kekasih. Hal tersebut memancing suara riuh sambil bersuit-suit teman-temannya di kos-kosan tersebut.

"Berisik banget!" cetus Amella sembari mendaratkan cubitan kecil di pinggang Roy yang sengaja memanas-manasi teman-temannya.

Roy membuka sebuah ruangan kecil yang terdapat di kos-kosan tersebut sebagai kamarnya yang ia tempati sendiri. Roy masuk dan Amella mengekor dari belakang, setelah Roy kembali mengunci pintu dari dalam, dan ...

"Cuupp, emmmhh," Amella sedikit berontak ketika bibir mungilnya sudah dalam pagutan bibir Roy. Dalam dekapan Roy, Amella masih mencoba berontak untuk melepaskan lumatan bibir Roy pada bibirnya.

Perlahan Amella akhirnya terbuai dengan cumbuan sang kekasih. Amella yang tadinya mencoba untuk berontak, perlahan kedua lengannya melingkar di leher Roy, membalas lumatan bibir Roy yang melahap bibirnya.

"Roy, oohhh," Amella melenguh pendek ketika ciuman Roy berpindah pada leher jenjangnya. Amella mendongakkan kepalanya menikmati setiap inci lehernya jenjangnya di jilat dan di kecup Roy dengan buas.

Amella membalas memeluk Roy dengan erat sambil mendesis saat kedua gundukan kembar di dadanya dalam remasan tangan Roy, sementara kecupan dan jilatan serta ciuman pada leher jenjangnya tak di hentikan Roy, membuat kedua kaki Amella terasa lemas seakan ia tidak sanggup lagi berdiri.

"Roy, kamu sudah berjanji tidak akan memetik bunga sebelum mekar. Ingat janji kamu Roy, ahhhh." Tak puas hanya sekedar meremas, tangan Roy menelusup kebelakang, melepas pengait agar pembungkus gundukan kembar di dada Amella juga terlepas. Amella berbisik lirih dengan suara berat mengingatkan Roy untuk tidak melakukannya sekarang, karena mereka sudah berjanji untuk saling mempersembahkan kesucian sebagai hadiah terindah pada malam pertama mereka nantinya setelah menikah.

"Mel, aku sayang kamu."

"Roy, hhmmm."

Roy berbisik di telinga Amella sebelum kembali menyumpal mulut Amella dengan kecupan. Amella bergumam sambil menggelinjang ketika dua gundukan kembar di dadanya di remas Roy tanpa pembatas apapun lagi karena penutup daging kenyal tersebut sudah terlepas.

"Roy, aku mohon jangan sekarang." Sambil menggeliat meresapi setiap sentuhan tangan Roy di dadanya, Amella berbisik lirih. Sambil masih tetap berdiri dalam kamar, napas mereka memburu seperti serigala kehausan di padang tandus.

Untuk beberapa saat suasana dalam kamar tersebut sepi, hanya hembusan napas memburu yang terdengar. Dua sejoli tersebut saling pagut, saling mencengkram bagian-bagian sensitif pada tubuh mereka masing-masing.

"Mel, maafkan aku sayang," bisik Roy sambil memeluk Amella dengan erat ketika mendengar suara Amella terisak. Karena sudah merasa gagal mempertahankan janji mereka untuk sama-sama suci hingga malam pertama, Amella menangis sebelum Roy benar-benar melakukannya sekarang, namun Amella tidak kuasa menolak karena ia juga sedang menginginkannya.

"Aku sayang kamu, Roy." Hanya kata itu yang bisa di ucapkan Amella sambil menangis. Roy menghentikan remasan tangannya di dada Amella, kemudian mereka saling memeluk dengan erat sambil berdiri.

"Aku tidak akan merusak kesucianmu sebelum ijab qobul ku ucapkan bersama Papa kamu di hari pernikahan kita." Roy berbisik di telinga Amella, membuat air mata mahasiswi cantik tersebut semakin luruh.

Suasana dalam kamar benar-benar hening, Roy dan Amella saling memeluk dengan erat. Amella menelusupkan wajahnya ke dada bidang sang kekasih, sementara Roy membelai rambut Amella sambil mengecup pucuk kepalanya.

"Sekarang kamu pulang ya, aku mau tidur," ujar Roy sembari memegangi kedua pipi Amella yang menengadah memandanginya. Amella mengangguk pelan, namun pandangan matanya tertuju pada seberkas tanda merah di leher Roy ketika kemeja yang di kenakan Roy berantakan saat mereka bergumul dalam ciuman barusan.

Seingat Amella tanda merah di leher Roy bukan bekas kecupan darinya, namun Amella masih ragu. Mungkin saja dalam keadaan tidak sadar ia telah menggigit leher Roy tanpa sengaja.

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Berondong Kampus   Kau, dirinya dan si buah hati

    "Apa maksud kamu mengirim pesan ancaman padaku? Aku tidak melakukan apapun, apa yang harus aku pertanggung jawabkan?" Roy mondar-mandir dalam kamar sembari berbicara lewat ponsel, karena tidak tenang terhadap ancaman Shinta melalui pesan singkat ke ponselnya, Roy menghubungi janda muda tersebut yang telah ia selamatkan dalam keadaan mabok berat."Kamu tidak melakukan apapun padaku, sedangkan hanya kita berdua dalam kamar, siapa yang mau percaya omongan kamu itu haaa?! Nyatanya aku kamu tinggalkan dalam kamar dalam keadaan tanpa sehelai benangpun yang melekat di tubuhku." Terdengar suara Shinta dari ujung sambungan, nadanya suaranya tercekat karena menahan amarah."Heh! Dengar ya, aku sudah menyelamatkan kamu hingga ke rumahmu, hanya itu, tak lebih. Kalau kamu tidak bisa berterima kasih, tak apa. Tapi paling tidak jangan memfitnah bahkan mengancam aku dengan cara seperti ini. Kalau aku tahu dari awal bakal seperti ini, mendingan aku campakkan kamu di jalanan. Biar kamu rasakan di perko

  • Berondong Kampus   Terjebak Skandal Terlarang

    "Cieee, yang balik dari kampung diam-diam, mana oleh-olehnya?""Pulang kampung diam-diam, jangan-jangan di kampung udah dijodohin diam-diam pula."Alya dan Enda meledek Roy secara beruntun, saat nongkrong berdua dengan Amella di taman kampus.Roy melirik sembari memasang wajah jutek, karena baru saja bersusah payah membujuk Amella, kedua sahabatnya tersebut datang sambil meledek, membuat Amella kembali merengut."Berisik tau?!" jawab Roy mendelik, ketika Alya dan Enda ikut duduk di sampingnya, tembok taman tempat mereka nongkrong bareng."Aku bilang kan jangan-jangan ... Ye, kan Mel," lanjut Enda tersenyum melirik Amella, karena jengkel merasa belum puas meledek Roy."He, emm," jawab Amella sembari mengerucutkan bibirnya melirik Roy, belum lagi rasa kesalnya hilang, sudah diungkit lagi oleh kedua sahabatnya tersebut."Jangan dengerin orang-orang resek ini, Mel. Aku kan udah jelaskan barusan," ujar Roy, sembari meraih tangan Amella yang menopang dagu untuk ia genggam, namun Amella meng

  • Berondong Kampus   Buronan Janda Muda

    "Kencan apaan? Ngurusin orang teler iya!" jawab Roy, sembari mendorong pintu di belakangnya supaya tertutup lagi. Sementara Sandra menatap dengan tajam, kedua tangannya berpangku di depan dada, bak nyonya besar memarahi pembantunya."Bohong! Aku lihat motor kamu di parkiran. Alasan ngurusin orang mabok, siapa yang kamu urus?" Sandra terus ngoceh, saat Roy melewatinya. Sambil ngekor di belakang hingga Roy menghenyakkan bokongnya di sofa ruang tengah."Aku gak bohong, terserah kamu percaya atau tidak!" jawab Roy. "Lagi pula kamu gak perlu ngintip-ngintip aku kayak gitu, aku ke sana nyariin kamu," imbuh Roy lagi.Sandra tertegun mendengar jawaban Roy, ternyata bukan hanya ia yang mencari keberadaan Roy karena beberapa hari menghilang tanpa kabar. Roy juga tengah mencarinya hingga ke tempat hiburan malam. Pada saat Sandra mencari Roy ke tempat yang sama, ia melihat motor sport milik Roy terparkir di tempat parkiran. Namun pada saat itu Roy sedang pergi mengantarkan Shinta yang tengah mabo

  • Berondong Kampus   Mabok berat

    "Sudah, Shinta. Ini sudah terlalu banyak, kamu bisa celaka." Roy meraih botol cocktail yang kesekian botolnya dari tangan Shinta."Kamu tenang aja, Roy. Aku mau happy malam ini, tugas kamu hanya menemani aku. Antarkan aku pulang nanti," jawab Shinta, sembari mengelakkan botol cocktail dari jangkauan Roy.Dengan pandangan mata yang sudah mulai meredup, sesekali Shinta tercekat karena pengaruh alkohol yang ia konsumsi sudah mendekati ambang batas, Shinta mengeluarkan kartu nama dari dalam tas kecil, kemudian kartu nama yang tertera alamat rumahnya ia berikan pada Roy."Apa yang tengah ia alami sebenarnya, sepertinya Shinta tengah berhadapan dengan persoalan yang sangat rumit," bisik Roy dalam hati, setelah melihat kartu nama di tangannya, ia kembali menatap Shinta yang kembali meneguk cocktail hingga habis tak bersisa. Beberapa botol cocktail yang sudah kosong di atas meja, sementara isinya sudah diteguk Shinta, melihat hal tersebut Roy berkesimpulan bahwa janda muda di hadapannya sedan

  • Berondong Kampus   Janda Tajir Melintir

    "Buset, Tante Mirna ada di sini lagi! Mampus aku!" Roy melipir ke arah toilet umum di samping parkiran tempat hiburan malam untuk menghindari pertemuan dengan pemilik mobil yang tak lain adalah Tante Mirna. Setelah wanita paruh baya tersebut berkencan panas bersama Roy beberapa waktu yang lalu, ia ketagihan. Namun Roy sengaja menghindar, meskipun Tante Mirna berkali-kali menghubunginya.Roy bergegas menuju toilet, berpura-pura kebelet buang air kecil. Namun ia tercekat, langkahnya terhenti, dari dalam toilet khusus wanita muncul Tante Mirna. "Roy, kamu di sini? Kebetulan banget, Tante punya kabar baik buat kamu, sini!" Belum sempat Roy lepas dari rasa kagetnya, Tante Mirna menghampirinya, langsung menyeret Roy, bermaksud untuk membawa Roy memasuki tempat hiburan malam."Apa sih, Tante? Aku lagi kebelet pipis nih," jawab Roy, sembari menahan langkahnya saat Tante Mirna mencekal lengannya."Tante punya teman yang lagi galau banget, kamu temenin ya. Janda tajir lho, cantik lagi," ujar Ta

  • Berondong Kampus   Dasar jelangkung!

    "Brisik banget kalian!" Roy mengumpat dalam hati, saat pertama kali mengaktifkan ponselnya yang sengaja dinonaktifkan selama bersama Arumi. Setelah beberapa kilometer mengendarai motornya, menjauh dari rumah Arumi, baru Roy mengaktifkan kembali ponselnya. Dan seketika masuk pesan chat dan panggilan tak terjawab secara beruntun dari orang-orang yang merasa kehilangan dirinya.Roy hanya melihat dari notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab, tanpa membalasnya. Kemudian memacu motornya, masih terngiang di telinganya kata yang diucapkan Arumi sebelum ia pergi, "Sesibuk apapun kamu, sempatkanlah untuk mengirim kabar padaku, mas. Aku akan setia menunggu bersama anakmu sampai kamu kembali," ujar Arumi sambil menangis.Roy sengaja meninggalkan Arumi seorang diri di rumah, dengan alasan harus bekerja. Dan Roy berjanji akan pulang sekali dalam seminggu, karena keadaan Arumi percaya saja apa yang dijanjikan Roy. Sampai sejauh ini Arumi hanya tahu bahwa Roy bekerja sebagai supir pribadi, dan Ar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status