Accueil / Lainnya / Berondong Kampus / 24 Jam los kontak.

Share

24 Jam los kontak.

Auteur: Andeski
last update Dernière mise à jour: 2025-03-24 00:49:38

"Roy kemana sih? Dari kemarin gak aktif," Sambil masih berdiri di samping mobilnya di halaman parkir kampus, seorang mahasiswi berkali-kali berdecak kesal sembari memandang layar ponselnya. Entah sudah berapa kali mencoba menghubungi Roy, tapi tidak berhasil. Sudah beberapa pesan chat ia kirim, namun hingga pagi ini belum juga kunjung di balas Roy.

"Dasar jelangkung, di tungguin menghilang. Gak di pikirin, malah nongol di depan hidung," Mahasiswi cantik tersebut menggerutu mengumpat Roy yang seperti jelangkung. Datang tak di cari, pergi tak di usir, sesekali padangan matanya mengarah ke gerbang kampus, mana tau Roy telah muncul di sana, kemudian pandangannya beralih ke layar ponsel, Roy masih dalam keadaan offline.

"Mel, yuk. Keburu siang, jangan sampai telat masuk kelas, bisa berabe," Mahasiswi tersebut menoleh ketika seseorang memanggil namanya. Dia adalah Amella Elvara.

"Bentar, Alya. Aku masih nungguin Roy, heran dari kemarin dia gak aktif," jawab Amella sembari menoleh pada sahabatnya tersebut, kemudian pandangannya kembali beralih pada gerbang kampus.

"Kalian bertengkar?" tanya Alya berdiri di samping Amella sembari melirik layar ponsel Amella yang sedang menelpon Roy, tapi status masih dalam keadaan memanggil, sama seperti semenjak kemarin.

"Enggak, aku dan Roy baik-baik aja. Cuma heran aja dari kemarin ponselnya tidak aktif," jawab Amella dengan murung memandangi layar ponselnya. Semua teman-teman Amella tau bahwa ia dan Roy telah berpacaran semenjak mereka masih SMA.

"Ponselnya di curi maling kali, atau ... Tuh orangnya nongol," ujar Alya, namun ucapannya terhenti ketika Roy dengan buru-buru muncul di gerbang kampus. Beberapa buku tebal yang berada dalam pangkuannya nyaris berserakan, ketika dengan tergesa-gesa sambil berjalan merapikan rambutnya yang sepertinya lupa di sisir.

"Panjang umur kamu, Roy. Nih, tuan putri udah cemas banget gak ada kabar dari kamu," ujar Alya sambil tersenyum meledek Amella yang menatap Roy tak berkedip, ketika Roy mendekati mereka.

Amella memandangi Roy dari ujung rambut hingga ujung kaki, tidak biasanya dalam pandangan Amella cowok yang di cintai bisa berpenampilan berantakan seperti ini. Mata Roy memerah, rambut acak-acakan dan pakaiannya terkesan asal di pakai. Padahal biasanya Roy selalu berpenampilan rapi saat ke kampus.

"Ooh, iya. Charger ponselku rusak, jadi baru tadi pagi-pagi baru bisa pinjam punya teman," jawab Roy berbohong memberi alasan kenapa ponselnya tidak aktif dari kemarin. Padahal sengaja di nonaktifkan.

"Beneran charger kamu rusak? Tapi kok mata kamu memerah gitu, kek udah berapa hari gak tidur. Apa karena sering bohong ya," celetuk Amella sambil menatap mata Roy.

"Apaan sih, Mel. Aku cuma kurang tidur aja, banyak tugas yang harus aku selesaikan. Bohong apaan?" jawab Roy tak berani membalas tatapan mata Amella, karena memang Roy nyaris tidak tidur semalaman. Pagi ini bukan hanya mata memerah karena kurang tidur, tapi seluruh persendian Roy terasa remuk karena semalam suntuk bertempur dengan Sandra di atas ranjang. Ketika pagi-pagi buta di antar Sandra pulang, Roy bukan bersiap untuk berangkat ke kampus, malah rebahan di kamar dan akhirnya ketiduran.

Untuk menutupi kebohongannya, Roy menjadikan banyaknya tugas kuliah menjadi alasannya kurang tidur.

"Semoga saja mulut kamu gak berbohong, karena mata merah kamu berkata jujur," cetus Amella sembari merengut meninggalkan Roy dan Alya.

"Wiiihh, bahasa sarkasnya udah mulai nyembur. Aku ngacir ahh," ujar Alya sambil ikut pergi, tapi bukan menyusul Amella, ia mengambil jalan lain menuju kelasnya. Roy buru-buru menyusul Amella.

"Mel, aku gak bohong apapun. Aku hanya kurang tidur karena banyak tugas, nih kamu liat batre ponselku," ujar Roy sambil mengiringi langkah Amella yang berjalan menunduk sambil mendekap beberapa buah buku tebal ke dadanya. Roy berusaha meyakinkan Amella bahwa tidak ada apapun yang ia sembunyikan dengan memperlihatkan batre ponselnya yang berisi separuh pada Amella.

"Iya Roy, aku percaya. Lain kali jangan begitu lagi. Kalau aku gak aktif begitu, kamu juga marah kan?" jawab Amella akhirnya mencoba untuk mengusir kecurigaan bahwa Roy menyembunyikan sesuatu darinya, walaupun hati kecilnya menolak.

"Siap sayang," ucap Roy tersenyum, akhirnya bernapas lega ketika ia berhasil menutupi kencan butanya bersama Sandra. Mereka melangkah beriringan menuju ruang kelas mereka masing-masing.

"Roy, kamu belum bayar uang semester kan? Nama kamu tuh udah terpajang di kaca. Kalau kiriman dari kampung belum datang, nanti aku transfer ke rekening kamu," ucap Amella sambil menghentikan langkahnya sebelum koridor yang mereka tempuh memisahkan mereka untuk menuju ruang kelas mereka yang terpisah. Amella kembali menatap mata Roy yang seperti lampu neon lima watt, redup banget saking ngantuknya.

"Jangan Mel, nanti sehabis mata kuliah segera aku bayar. Kiriman orang tuaku dari kampung sudah masuk kok, tadi malam. Sekalian aku kembalikan uang kamu yang aku pinjam kemarin," jawab Roy menolak Amella yang kembali ingin membantunya meminjamkan uang.

"Ya, udah. Jangan sampai ketiduran dalam kelas," ujar Amella mengingatkan Roy sebelum mereka berpisah di persimpangan koridor penghubung ruangan kampus.

Roy menghela napas, jujur kalau boleh memilih, jika di suruh memilih makan enak, Roy lebih memilih tidur, biarlah gak makan untuk tiga hari kedepan. Saking ngantuk, lelah plus badan pegal khususnya di bagian pinggang. Rasa haus Sandra di ranjang membuat Roy nyaris kehilangan seluruh tenaganya.

Roy meraba kantong celananya, dalam kantong celana tersebut telah ia siapkan sejumlah uang untuk membayar uang semester. Setelah semalam suntuk melayani Sandra di atas ranjang, memberikan kenikmatan yang sudah lama tidak di dapatkan tante muda tersebut, ketika pulang, Roy mendapat uang tip dari Sandra yang jumlahnya tidak sedikit. Bila di bandingkan dengan kiriman dari orang tuanya di kampung, jumlah tersebut bisa berpuluh kali lipat yang di berikan Sandra.

"Aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan, asalkan kamu selalu ada setiap aku butuhkan," Roy tersenyum kecut ketika mengingat apa yang di ucapkan Sandra sebelum Roy turun dari mobil saat Sandra mengantarkannya pulang ke tempat kostnya.

"Kalau saja Amella tau, mampus aku," bisik Roy dalam hati sembari mengayunkan langkahnya menuju ruang kelas yang beberapa menit lagi pintunya pasti sudah di tutup dosen. Bagaimanapun caranya, ia harus menutupi jati dirinya di hadapan semua orang, terutama di hadapan Amella.

"Amella pasti sangat marah dan kecewa," bisik Roy lagi sambil tetap melangkah, ia telah berjanji pada Amella untuk sama-sama wisuda, kemudian mereka akan bekerja di perusahaan milik Papa Amella sebagai penerus pimpinan perusahaan.

Sebelum memasuki ruang kelasnya, Roy tercenung di depan pintu ketika teringat pada pengakuannya pada Sandra bahwa dirinya tidak punya pacar. Yang menggangu pikiran Roy, bagaimana kalau nanti tiba-tiba Sandra menunggunya di gerbang kampus. Wah, celaka. Bakal ketauan Amella.

Bersambung ...

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Berondong Kampus   Sah! Di ruang ICU

    Kondisi kesehatan papa Arumi semakin drop, meski Arumi memohon dengan berurai air mata, sang papa tetap menolak untuk dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar."Tunggu papa sembuh dulu, saya akan memenuhi permintaan papa," ujar Roy, ia duduk di sisi brangkar sambil mengusap lembut lengan papa Arumi. Namun pria uzur yang semakin lemah tersebut menggeleng lemah, dari sudah matanya mengalir tetesan bening. Bukan karena rasa sakit ataupun belum siap ajal menjemputnya, namun terbayang anak semata wayang. Arumi bakal tinggal sebatang kara jika Roy tidak segera menikahinya."Mas Roy, boleh ikut saya sebentar, ada sesuatu yang ingin saya jelaskan," ujar dokter, saat melihat kondisi papa Arumi semakin lemah."Baik, dok," jawab Roy, sekilas ia melirik pada Arumi yang terus-menerus menangis di sisi brangkar berhadapan dengan Roy, di batasi oleh brangkar yang di tempati papanya. Kemudian Roy mengikuti dokter ke ruang sebelah."Mas Roy, kondisi pasien saat ini sudah tidak bisa ditolong, kangker par

  • Berondong Kampus   Permintaan terakhir papa Arumi

    "Liburan ini kita jalan, yuk. Entah kemana gitu, suntuk berteman tabel dan rumus mulu." Saat bersantai di taman kampus, Alya tiba-tiba nyeletuk punya ide. Ia lirik sang kekasih dengan mesra, berharap mendapat dukungan."Boleh juga tuh, gimana Roy?" jawab Enda, sembari menoleh pada Roy yang lagi asik scrol layar ponselnya."Mau jalan kemana? Mel, punya ide gak?" Roy mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel, ia menoleh pada Amella yang juga tengah mabar sama teman-teman satu hobinya, main game kesukaannya."Jangan tanya aku, kamu ada waktu gak? Kalau aku oke-oke aja maunya kemana," jawab Amella, tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya. Game yang ia mainkan lagi seru-serunya.Roy, Enda dan Alya saling lempar pandang saat melihat Amella yang lagi seru-serunya main game. Sampai-sampai gadis tersebut seperti ingin meremas ponselnya yang ia genggam dengan kedua tangan, sembari menatap layar ponsel tanpa berkedip."Yahhh, kalah! Kalian sih, ganggu konsentrasi aku aja, kalah aku

  • Berondong Kampus   Bertengkar hebat

    "Duh, nyonya menir udah nungguin rupanya," bisik Roy dalam hati, begitu muncul dari balik pintu, Sandra sudah menunggu sembari memeluk kedua tangannya di depan dada. Tatapan Sandra yang tajam berdiri sambil bersandar di dinding membuat Roy mencelos."Roy, aku mau bicara!" Seru Sandra, saat Roy melipir langsung masuk kamar belakang untuk menghindari tatapan tajam Sandra. Mendengar suara Sandra yang memanggil dengan setengah berteriak, Roy menghentikan langkahnya, kemudian ia berbalik."Gak perlu teriak, bicara pelan aku masih bisa dengar," jawab Roy setelah berbalik menghadap Sandra."Dari mana kamu seharian, udah malam gini baru pulang?" sembari melangkah mendekati Roy, Sandra bertanya. Dari sorot matanya, Tante muda tersebut tengah memendam emosi yang siap meledak. Pergi dari pagi, sudah malam Roy baru pulang ke rumah."Ke kampus," jawab Roy singkat, ia berusaha setenang mungkin saat Sandra semakin dekat. Jujur, karena baru sekali ini Sandra terlihat begitu marah, Roy sedikit menciut

  • Berondong Kampus   Roy, titip Arumi

    "Calon menantu papa, supaya Arumi tidak lagi menjadi sumber masalah antara papa dan mama," ujar Arumi memperkenalkan Roy pada papanya. Pria pensiunan aparatur sipil negara tersebut terenyuh menatap Arumi, kemudian tatapannya beralih pada Roy yang diam tertunduk. Ucapan Arumi mengandung sindiran halus pada papanya, dan Roy tidak berani ikut campur sebelum diminta."Papa minta maaf, Arumi. Bukannya kamu yang menjadi sumber masalah pertengkaran papa dan mama, itu semua terjadi karena papa membela kamu saat dimarahi. Kamu dengar sendiri kan? Tidak ada yang baik tentang kamu, saat mama kamu marah. Sekarang dia sudah pergi, dan papa berjanji tidak ada kesempatan untuk dia kembali," jawab papa Arumi, menatap anak perempuan satu-satunya.Tak kenal waktu, kadang tanpa sebab dan alasan. Mama Arumi yang merupakan ibu tirinya sering marah, hingga menyebabkan pertengkaran demi pertengkaran dengan papanya. Puncak dari semuanya, Arumi kabur dari rumah dan bertemu dengan Roy di sebuah tempat hiburan

  • Berondong Kampus   Arumi minta pulang

    "Senang banget nonaktifkan ponsel! Gak, aku gak akan ganggu kamu, mas. Aku tahu kalau kamu sibuk terus." Untuk pertama kalinya Arumi merengut, mungkin bawaan janin yang mulai berkembang dalam rahimnya. Roy hanya menjawab dengan mengucek pucuk kepala Arumi, sembari tersenyum."Kita pergi sekarang," ujar Roy, begitu melihat sebuah tas Arumi yang sudah berada di atas ranjang dalam kamar penginapan yang telah di tempati Arumi selama hampir dua bulan."Mas, antarkan aku pulang aja. Perempuan sundel itu udah pergi ninggalin papa, kasihan papa di rumah sendirian gak ada yang urus," jawab Arumi, ia minta diantar pulang kerumahnya.Roy tentu saja melongo mendengar permintaan Arumi, padahal selama ini Arumi selalu menolak untuk diantar pulang, meskipun Roy sudah membujuk dengan berbagai cara. Hingga terjadilah kecelakaan yang tak disengaja, yang menyebabkan Arumi hamil."Perempuan sundel? Siapa? Mama kamu?" tanya Roy, saat bicara terlihat Arumi begitu membenci istri papanya."Bukan mamaku, tapi

  • Berondong Kampus   Satu cinta untuk tiga hati

    Hampir tengah malam Roy baru pulang, biasanya Sandra menunggu di balik pintu untuk memberikan kejuta, berlanjut hingga ke ranjang. "Apakah Sandra udah tidur kali ya?" tanya Roy dalam hati, setelah membuka pintu dengan kunci cadangan, suasana dalam rumah terlihat sepi.Selama tinggal satu atap dengan Sandra, supir pribadi hanyalah kedok untuk mengelabuhi suaminya. Padahal yang sebenarnya Sandra dan Roy sepasang kekasih tanpa ikatan pernikahan, Sandra menjadikan Roy selingkuhan untuk memuaskan hasratnya yang tak ia dapatkan dari sang suami."Mungkin beneran udah tidur, mendingan aku tidur, capek!" gumam Roy dalam hati, setelah mendekatkan telinganya ke pintu kamar Sandra, tidak ada suara apapun. Roy masuk kamarnya, yang sebelumnya selalu tidur satu selimut dengan Tante muda tersebut.Tidak butuh waktu lama, Roy akhirnya terlelap dalam tidurnya. Capek raga, capek pikiran. "Kabarilah orang tuamu, dalam waktu dekat saya ingin kalian bertunangan dulu, setelah wisuda kalian akan segera meni

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status