Home / Rumah Tangga / Berondong Pilihan Polwan Cantik / Bab. 4. Tidak Pilihan Yang Terbaik

Share

Bab. 4. Tidak Pilihan Yang Terbaik

Author: Daeng Sanngin
last update Last Updated: 2025-03-03 20:23:09

Akmal masih tidak percaya dengan apa yang barusan di dengarnya, kalau perempuan yang diselamatkannya dan rencananya akan dinikahinya secara paksa adalah seorang polwan. Belum apa-apa sudah berpikir yang aneh-aneh.

”Kalau gue jadi menikah dengannya terus gue melakukan kesalahan bisa-bisa gue ditembak olehnya bisa koid dan tinggal nama, beban hidup dan dosaku.”

“Jadi ibu seorang polwan toh, kalau begitu apa jaminannya ibu tidak bakalan melanggar perjanjian kalau kalian akan menikah satu bulan kedepannya?” Tanyanya pak RT.

“Bapak bisa membuat surat perjanjian agar kami bisa tandatangani kalau kalian meragukan ucapanku,” balasnya Erina yang tubuhnya sudah panas dingin kepalanya semakin nyut-nyutan.

Akmal hanya terdiam mendengarkan apa yang mereka katakan. Perangkat RT segera membuat surat perjanjian bermaterai agar ada kepastian hukum yang mengikat perjanjian mereka.

“Silahkan ditandatangani, Bu Polwan dan Pak Akmal,” pintanya pak Ridwan.

Erni secepatnya menandatangani kontrak perjanjian mereka dengan terpaksa. Daripada diarak keliling kampung tanpa memakai pakaian apapun adalah hal yang akan mencoreng nama baik keluarga besarnya. Jadi jalan terbaik hanya menikah saat ini yang terlintas di pikirannya.

“Ya Allah apa kisah hidupku akan berakhir dengan seorang polwan? Bagaimana nanti malam pertama kami jangan-jangan dia malah menodongkan senjatanya ke kepalaku?” monolognya Akmal.

Jari jemarinya sampai tremor gemetaran ketika Akmal menandatangani surat pernyataan perjanjian, kalau satu bulan dihitung mulai sekarang dan kedepannya mereka harus dan wajib menikah.

“Bismillahirrahmanirrahim,” gumamnya sebelum membubuhkan tanda tangan ke atas kertas tersebut.

Semua warga masyarakat yang hadir beserta pak RT dan istrinya pun turut menandatangani kontrak perjanjian itu sebagai pihak saksi.

“Baiklah kalian boleh pulang, tapi satu bulan kedepan kami semua akan mendatangi rumah kalian untuk melihat apa benar kalian berdua tidak ingkar janji kalau kalian mengingkari isi dari surat perjanjian tersebut kalian pasti paham kan dengan konsekuensinya,” ujarnya pak Ridwan selaku pak RT setempat.

Keduanya hanya mengangguk pasrah dan tidak punya kekuatan lagi untuk memprotes keputusan tersebut apalagi untuk menolaknya.

Keduanya pun berpamitan pulang setelah berbicara panjang lebar dan sepakat kalau satu bulan dari sekarang adalah tanggal pernikahannya. Kendaraan mereka pun sudah terparkir di depan rumah pak RT berkat bantuan beberapa warga masyarakat.

Erina sedikit berjalan sempoyongan karena pandangannya sedikit gelap dan berkunang-kunang.

“Ya Allah kenapa kepalaku pusing banget, keningku juga panas. Apa gue bakal demam?” gumamnya seraya meraih handle pintu mobilnya.

Belum kebuka pintu mobil berwarna merah itu, tubuhnya ambruk ke atas aspal. Semua orang kembali dibuat panik melihat Erina jatuh tak sadarkan diri.

“Ibu Polwan!”

“Mbak Erina!”

Teriak sebagian orang-orang yang belum pulang yang masih ada di sekitar rumah pak RT.

Akmal yang kebetulan berada paling dekat langsung gerak cepat menolongnya.

“Masukkan ke dalam mobilnya! Kamu bisa kan mengendarai mobil?” Tanyanya Pak RT.

“Insha Allah saya bisa pak, tapi gimana dengan motorku kalau saya pakai mobil?” Akmal malah memikirkan motornya disaat genting seperti saat ini.

“Tenang saja, motormu pasti aman di rumah kami. Yang perlu kamu perhatikan adalah saat ini harus membawa ibu Polwan ke rumah sakit agar secepatnya mendapatkan pertolongan,”

Akmal bersama ibu-ibu mengangkat tubuhnya Erina ke dalam jok kursi penumpang bagian belakang. Akmal tidak ingin Erina digotong oleh seorang pria. Belum apa-apa Akmal sudah posesif yah readers tidak mengijinkan calon istrinya disentuh oleh lelaki lain.

“Saya pamit kalau begitu Pak, assalamualaikum,”

“Waalaikum salam,” Akmal cepat-cepat mengemudikan mobilnya Erina menuju salah satu rumah sakit swasta terdekat.

Sesampainya di rumah sakit Akmal mondar mandir kesana kemari mengurus surat-surat administrasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan penanganan medis untuk Erina.

“Ini surat-suratnya Mbak, tolong ditangani secepatnya!” Perintah Akmal.

“Terima kasih Pak, insha Allah istrinya bapak pasti baik-baik saja,” balasnya Pegawai itu.

Akmal melongo keheranan mendengar ucapan pegawai itu yang menganggap kalau Erina adalah istrinya. Akmal hanya ber o saja tanpa berniat untuk meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.

Akmal duduk di kursi tunggu di depan pintu UGD, penampilannya tampak kacau. Dia sesekali menghela nafasnya dengan gusar.

“Ya Allah bagaimana caranya gue berbicara dengan ayah sama Bunda? Pasti mereka akan mengira gue sudah nakal dan bertindak diluar batas,” gumamnya.

Lamunannya terganggu ketika telpon genggam milik Erina yang kebetulan dipegangnya bergetar di saku celananya.

“Astaghfirullahaladzim bikin kaget saja ini benda!” gerutunya sambil merogoh sakunya.

Akmal mengerutkan keningnya melihat nama yang tertera di layar benda pipih itu.

“Mama,”

“Apa gue angkat saja yah? Kalau gue angkat terus mamanya, bu polwan marah-marah dan menuduhku yang tidak-tidak tentu saja semakin berabe masalahnya,” cicitnya Akmal sambil memandangi ponselnya Erina yang layarnya masih menyala.

Berulang kali menimbang dan memikirkan apa yang seharusnya diperbuatnya dan akhirnya tanpa sengaja dia malah menekan tombol hijau.

Akmal tidak memperhatikan dengan seksama layar ponsel itu yang sebenarnya melakukan panggilan video.

“Assalamualaikum Nak, kamu di mana sayang kok nggak pulang? Apa kamu baik-baik saja atau kamu langsung ke kantor?” Tanyanya seorang perempuan paruh baya masih kelihatan cantik dan awet muda di usia senjanya.

“Masya Allah ibu ini cantik banget pantesan ibu polwan cantik karena mamanya juga cantik ini mah namanya good looking anak Mama semuanya berparas rupawan nan ayu,” batinnya Akmal yang keseringan bertingkah di luar nurul.

“Halo, maaf Nak kamu siapa kok kamu yang angkat teleponnya putriku?” Tanyanya ibu itu lagi yang keheranan melihat wajahnya Akmal ketika kamera menyorot ke arah wajahnya.

Akmal jadi salah tingkah padahal niatnya ingin ngumpet tidak mau memperlihatkan wajahnya, malah tanpa sengaja dia mengarahkan kamera ponsel tersebut tepat ke wajahnya.

Akmal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu,” hehe! A-pa a-nu itu ibu Polwan sedang sakit Bu kami saat ini ada di rumah sakit.”

“Innalillahi wa Inna ilaihi raji'un, astaghfirullahaladzim kenapa bisa putriku masuk rumah sakit,” keluhnya perempuan itu.

“Untuk lebih jelasnya silahkan datang ke rumah sakit X, saya akan mengirimkan alamatnya ke nomornya ibu,” imbuhnya Akmal.

Sambungan teleponnya pun terputus layar ponsel itu langsung kembali ke layar semula dan memperlihatkan foto wajah sang pemilik hp yang cukup cantik membuat Akmal tak bosan-bosannya memandangi wajah cantik itu.

“Subhanallah ademnya melihat wajahnya calon bidadari surgaku,” ceplosnya Akmal.

“Maaf Pak, istrinya bapak sudah kami pindahkan ke perawatan VIP,” imbuhnya seorang laki-laki berpakaian seragam perawat khas rumah sakit tersebut.

Akmal mendongak menatap ke arah suster yang baru saja datang. “Oh iya makasih banyak Sus, ngomong-ngomong ruangannya di mana?”

“Ikuti saja arah jalan koridor ini terus diujung sana ada lift bapak belok kanan setelah itu bapak pasti ketemu ruangannya asalkan bapak tidak keliru,” jelas perawat itu.

Akmal berjalan ke arah tempat yang telah dijelaskan oleh perawat itu sambil menenteng tas selempangnya Erina.

Berselang beberapa menit kemudian…

Kedua orang tua dan adiknya Erina mendatangi rumah sakit tempat putri sulungnya dirawat.

Pintu ruangan perawatan VIP itu terbuka lebar dan masuklah seorang ibu-ibu yang kemungkinan besarnya adalah mamanya Erina, dua gadis muda yang tak kalah cantik dengan Erina sang calon istri dan juga seorang lelaki dewasa berpakaian seragam polisi.

“Semua anaknya wajahnya good looking. Ini namanya bibit unggul nggak sih?” pujinya Akmal.

Akmal kembali dibuat deg degan dan nervous melihat polisi yang kelihatannya berpangkat tinggi.

“Ya Allah apa gue bakal dipenjara dulu sebelum menikahi polwan cantik ini?” gumamnya.

“Ya Allah kakak Erina kenapa bisa seperti ini apa yang terjadi sebenarnya?” tanyanya Esra.

“Kami kira lagi happy-happy dengan Mas Dimas malah terbaring lemah tak berdaya di rumah sakit. Tapi ngomong-ngomong pria itu dimana kok nggak kelihatan batang hidungnya?” cerca Elma adik bungsunya.

Ibu Rasmi dan Pak Irfan Wijaya Kusuma pria berpangkat jenderal itu memperhatikan sekitarnya dan pandangan mereka tertuju pada satu sosok pria muda berusia 19 tahun duduk di salah satu sofa.

“Maaf apa kamu yang tadi mengangkat teleponnya putri kami?” Tanyanya lembut Bu Rasmi.

Akmal spontan mengangguk,” iya Bu benar sekali saya orang yang mengangkat teleponnya Bu Polwan.”

“Kenapa kamu yang menemani putriku, dimana tunangannya yang bernama Dimas Satya Wiguna?” Tanyanya Pak Irfan dengan suara khasnya yang tegas dan sedikit bariton membuat nyali Akmal menciut.

Akmal menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya sebelum berbicara karena tiba-tiba tubuhnya tremor, jantungnya berdebar-debar hanya ditatap seperti itu oleh seorang pria berpakaian polisi.

Akmal pun mulai menjelaskan kronologis kejadian dari awal pertama kali melihat apa yang dilakukan oleh Erina hingga mereka digrebek sampai dipaksa harus menandatangani perjanjian pernikahan.

Tetapi, hal-hal yang seperti berpelukan dan memberi nafas buatan melalui mulutnya sengaja terlewat tidak disebut karena dia takut orang-orang berpikiran negatif dan aneh-aneh padanya. Terutama melihat cup milik Erina yang transparan karena kemejanya Erina yang basah sehingga tembus pandang.

Apalagi saat ini tatapan semua orang tertuju padanya yang membuatnya terus berdzikir beristighfar dalam hati.

“Astaghfirullah hal adzim, Allahu Akbar lailahaillallah, subhanallah, Alhamdulillah.” batin Akmal.

“Apa kalian akan menikah!? Itu tidak mungkin!?” Teriaknya Esra dan Elma bersamaan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 66

    Erina menyelesaikan pekerjaan berkebunnya karena bibit cabai dan tomat sudah ditanamnya serta beberapa jenis bunga-bunga yang sangat cantik dan elok dipandang mata.Erina berjalan ke arah dalam dan mendapati suaminya sudah selesai mandi. Hal itu terlihat dari air yang mengalir dari ujung rambutnya yang sedikit gondrong hingga membasahi wajahnya.“Masya Allah, suaminya siapa sih ini gantengnya pake banget,” pujinya Erina yang selalu tak sungkan-sungkan mengungkapkan pujiannya di depan suaminya.Arshaka tersenyum lebar,” istriku selalu jujur sekali-kali bohong kenapa,” candanya Arshaka sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.“Tungguin Mas, aku mau bantuin keringkan rambutnya Mas,” pintanya Erina sambil berjalan perlahan menuju kamar mandi karena ingin membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.“Nggak usah istriku repot-repot biarkan Mas saja yang melakukannya,” tolaknya secara halus Arshaka yang tidak ingin membuat istrinya sedih dan kecewa.Erina berhenti sejenak kemudian menjaw

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 65

    “Maksudnya Mas apa? Maaf kami nggak paham,” sahut Arshaka yang kebingungan.“Lah kenapa Mas Rian mencegah kami melaporkan tindakan kriminal yang dialami oleh teman kami? Apa Mas Rian nggak suka kalau kami menuntut keadilan untuk teman kami?” Tanyanya Bimo yang menyanggah ucapannya Rian.“Mas Rian, sahabat kami ini mengalami kasus percobaan pembunuhan dan perampokan kalau tidak dilaporkan ke polisi penjahatnya akan bebas berkeliaran di luar sana dan bisa saja mereka akan melakukan kejahatan lagi,” protes Damar yang keheranan.Rian pun mulai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, semua orang menutup mulutnya saking terkejutnya mendengar penjelasan dari Rian tersebut.Bugh!!“Arghh!!” Teriaknya Arshaka yang meluapkan amarahnya, emosinya, dan kekesalannya melalui tinjuannya.Arshaka meninju tembok saking greget dan marahnya ketika mengetahui kalau adik iparnya hampir saja di perkaos oleh sahabatnya sendiri.“Brengsek! Apa yang terjadi padamu Nabil!?” murkanya Arshaka.Bimo dan Damar pun

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 64

    Rian keheranan ketika sudah berada di dalam sebuah kamar yang ditempati oleh Elma.“Apa yang terjadi di dalam sini?” Tanyanya Rian sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat tersebut.Elma akhirnya bisa bernafas lega setelah kedatangan calon kakak iparnya.“Syukurlah Pak Rian sudah datang, aku mohon bantuin aku untuk mengamankan pria menjijikkan itu!” Pintanya Elma sambil menunjuk ke arah Nabil yang sudah terkapar tak berdaya.“Kamu tidak apa-apa kan? Tuan Muda Athalla juga kondisinya baik-baik saja kan?” Tanyanya Rian yang mengkhawatirkan kedua ibu dan anak itu.“Alhamdulillah, aku dengan putraku baik-baik saja. Bapak bisa kan membawa pergi jauh orang ini? tapi biarkan saja dia hidup seperti layaknya orang gila agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan dari perbuatannya terkutuknya,” pintanya Elma sambil menidurkan anaknya yang terganggu ketika Elma menghajar Nabil.“Kamu sendirian yang menghajar pria lucknut itu!?” Tanyanya Rian dengan nada tidak percaya dengan apa yang d

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 63

    Apa yang terjadi di rumahnya Nabil berbeda halnya dengan yang terjadi di sebuah rumah minimalis sederhana di suatu kompleks perumahan kelas menengah.Alarm berbunyi nyaring membuat kedua pasangan suami istri yang baru saja terlelap beberapa jam harus kembali terjaga.Erina menyibak selimutnya,tapi baru hendak bangun sebuah tangan kekar melingkar di atas perutnya.“Sayang dingin,” ucapnya parau Arshaka.“Pake selimut toh Mas,” balasnya Erina sambil mencepol rambutnya.Arshaka masih memejamkan kedua kelopak matanya,” istriku yang dibawah juga bangun loh pengen ditidurkan boleh yah?” Pintanya Arshaka.“Mas Shaka, sudah hampir jam tiga loh, aku belum masak apapun,” protes Erina karena tubuhnya masih sedikit pegal gara-gara gempuran suaminya yang setiap hari semakin gesit lincah dan tangguh kokoh tak tertandingi.Arshaka bangun tapi tangannya belum berpindah dari pinggangnya Erina,” sekali saja, please yah sayang! Mas yang akan masak kamu istirahat saja setelah ini.” mohon bantuannya Arsha

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 62

    “Makasih banyak sudah diantar saking sayangnya sampai-sampai di antar sampai depan pintu lagi,” ucapnya Esra sebelum memasuki rumahnya untuk berpamitan dengan Rian. Rian terkekeh mendengarnya, “Kamu selalu ucapin makasih, apapun yang Abang berikan pasti kamu ngucapin makasih,” ujarnya Rian. Esra tersenyum manis,” kan memang gitu anjurannya dan kebiasaan yang diajarkan dalam agama kita yaitu mengucapkan ucapan makasih banyak kalau mendapatkan pertolongan dari siapapun nggak pandang bulu apakah itu calon suami atau istri.” “Iya yah Bu guru cantik, muridmu ini paham dengan apa yang kamu katakan. Kalau gitu Abang pamit yah, titip salam sama Mama Papa. Insya Allah besok pagi Abang yang akan menjemput dan mengantarmu ke rumah sakit,” Rian memperlihatkan senyuman terlebarnya. Esra melebarkan senyumannya mendengar balasannya Rian,tetapi tiba-tiba tanpa permisi dan meminta ijin terlebih dahulu, Rian langsung mencium pipinya Esra ketika Esra berbalik badan berniat berjalan masuk ke dalam

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 61

    “Makasih banyak atas niat baiknya Bu Aisyah, tapi maaf bukan waktu yang tepat untuk menjawab permintaannya ibu lagian putri kami juga tidak ada saat ini dan kami tidak mengetahui keberadaannya,” imbuhnya Pak Irfan.Bu Rasmi memegangi punggung tangan calon besannya, “Kami sebagai orang tuanya tidak pernah mengambil keputusan apapun dalam hidup anak-anak kami tanpa meminta persetujuan dari mereka.”Bu Aisyah tersenyum simpul,” kami akan menunggu sampai Elma kembali dan kami akan membantu kalian mencari Elma dan cucu kita. Aku yakin mereka pasti baik-baik saja dan hanya bersembunyi dari kejaran Ebrahim yang dikiranya akan memisahkan mereka dan aku yang akan menjadi jaminannya kalau putraku Ebrahim tidak bakalan merebut hak asuh baby Athalla.”“Kami juga berjanji akan secepatnya menemukan calon istrinya putraku dan cucu pertama kami jadi kalian tenang dan jangan pernah berfikir yang aneh-aneh,” sahutnya Pak Kharis.“Yakin dan percayalah kalau Elma dan baby Athalla pasti baik-baik saja. Ma

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 60

    Cit!!Suara decitan ban mobil yang menabrak Ebrahim beradu dengan aspal semakin menambah suasana semakin caos tidak terkendali.Bruk!!Brak!!Prang!!Bunyi suara dentuman yang cukup keras membuat semua perhatian tertuju kepada tabrakan tersebut.Tubuhnya Ebrahim terlempar beberapa meter setelah tubuhnya terdorong oleh sebuah mobil mewah yang melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi.Kecelakaan itu membuat perhatian semua pengguna jalan memperhatikan dari jauh apa yang sedang terjadi, sehingga terjadilah kemacetan lalu lintas.“Dokter Ebrahim!” Teriak Arshaka yang berlari bak atlet lari.Rian yang lebih duluan sampai, gegas menolong Ebrahim yang sudah terlempar jauh ketika tubuhnya terbanting keras mengenai kap sebuah mobil mewah yang menabraknya.“Ebra!” Teriak Rian yang berlari ke arah Ebrahim yang sudah terbaring lemah di atas aspal yang bersimbah darah.Beberapa orang berkerumun mengelilingi tubuhnya Ebrahim dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Ada tetesan cairan kental berwar

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 59

    “Bagaimana tugas yang aku berikan padamu? apa kamu sudah mendapatkan hasil tes DNAnya?” Tanyanya seorang wanita paruh baya yang duduk di sebuah sofa ketika melihat kedatangan anak buah kepercayaannya.Pria dewasa yang diperkirakan usianya sekitar 40an itu mengambil sebuah map di dalam tas kerjanya.“Silahkan Nyonya sendiri yang memeriksa dan melihatnya,” pintanya pria itu sedikit membungkuk di depan majikannya.Wanita itu gegas mengambil map tersebut kemudian membacanya dengan seksama semua tulisan yang tertera di atas kertas berlogo sebuah rumah sakit swasta terbaik di ibu kota Jakarta.“Alhamdulillah, baby Athalla adalah cucu kandungku. Aku sudah curiga kenapa wajah mereka sama dan ternyata feelingku benar kalau baby Athalla adalah pewarisku,” ucapnya yang tersenyum penuh haru bahagia.Rona bahagia terlihat dari raut wajahnya saking bahagianya mendapatkan kabar gembira yang tak pernah terbayangkan olehnya meskipun dia sudah curiga.Beliau tidak berani berasumsi berlebihan sehingga m

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 58

    “Rian! Hubungi pengacara terbaik kita! Sampaikan kepada tim pengacara keluarga kita kalau mereka harus dihukum seberat-beratnya!” Titahnya. “Siap Tuan Muda Ebrahim!” balasnya Rian kemudian menghubungi nomor ponselnya pengacara terbaik yang mereka miliki. Elma menatap intens pria yang merangkulnya dan berbicara lantang dan tegas di depan orang-orang kalau dia akan membuat perhitungan dengan orang yang telah menghina dan memfitnah Elma dan bayinya. “Kenapa malah dia yang muncul disaat seperti ini? Kenapa selalu saja Dokter Ebrahim yang muncul disaat genting seperti dahulu, ketika aku melahirkan.” Elma menatap intens pria yang pernah membuatnya terpesona pada pandangan pertama. Elma masih kebingungan dengan apa yang terjadi saat ini. “Ya Allah, apa jangan-jangan dia menganggap kalau baby Athalla adalah putranya?” batinnya Elma yang merasa nyaman dalam pelukannya. Elma berusaha untuk melepaskan lingkaran tangannya Ebrahim di pinggangnya tapi, bukannya melepaskan pegangan tanganny

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status