Beranda / Romansa / Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO / LAKI-LAKI YANG AKU PANGGIL SUAMI

Share

LAKI-LAKI YANG AKU PANGGIL SUAMI

Penulis: Prunuserrulataa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-06 23:44:59

 “Aku tidak mau,” tolakku terang-terangan sambil tersenyum manis

  Jadi, setelah menghabiskan banyak waktuku di rumah sakit, akhirnya dokter mengizinkanku untuk pulang ke rumah hari ini dan karena itulah keluargaku-- yang sudah beberapa kali aku tolak kehadirannya-- juga datang untuk menjemputku. Lucunya, mereka mengajakku tinggal bersama mereka selama beberapa waktu ke depan untuk pemulihan ingatanku.

 Hoho, tentu saja Evandale Faerie ini akan menolak sekuat tenaga. Mereka pikir aku akan menurut begitu saja setelah mendengar ancaman mereka? Cih, they wish.

 “Eve, ada apa denganmu? Kau tidak pernah bersikap tidak sopan seperti ini sebelumnya,” tegur ibuku. Dengan topeng tebalnya itu dia berbicara lembut, berusaha menutupi kebusukannya di hadapan mertuaku yang juga datang menjemput. “Hanya satu minggu, kau keberatan karena mungkin akan merindukan suamimu?” godanya tetapi dengan nada tajam di akhir kalimatnya.

 “Hm, sebenarnya ada yang ingin aku lakukan di rumah jadi aku tidak bisa tinggal bersama Ibu dan Ayah. Kalian tidak perlu khawatir, meskipun kemungkinan besar aku akan menyerah untuk berusaha mengingat masa lalu tetapi kita masih bisa membentuk kenangan lain kapan saja. Bukankah begitu?”

 Aku sengaja memasang senyum lebar dengan mata yang memancarkan binar ceria supaya kedua orangtuaku ini berhenti memaksa.

 “Jadi begini, Yah, Bu,” sela Tanwira-- dia yang tidak peduli tiba-tiba berbicara, membuatku terkejut. “Sebenarnya kami berdua sudah berjanji ingin melakukan sesuatu bersama sejak sebelum Eve mengalami kecelakaan. Karena itu mau tidak mau kami harus menundanya tetapi sekarang akhirnya Eve diperbolehkan untuk pulang jadi jika saya masih harus menunggu satu minggu lagi untuk bisa berduaan dengan istri saya ... rasanya berat sekali.”

 Tanwira menatapku, dia tersenyum manis dan terlihat sangat tulus. Mungkin tidak ada yang akan mencurigainya kecuali aku yang sudah tahu apa yang sedang dia coba katakan dibalik tatapan matanya; kau berhutang kepadaku untuk ini.

 Karena itu aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Aku menarik lengan Tanwira, memeluknya dan berkata dengan manja, “Kami sudah merindukan satu sama lain. Lagipula Ibu dan Ayah tidak menginginkan cucu?”

 Ekspresi syok Tanwira nyaris membuatku tertawa. Kenapa? Bukankah dia yang memulai? Aku ini hanya menyesuaikan.

 “Benar, kami bahkan memiliki rencana untuk mengikuti program kehamilan. Iya, ‘kan, sayang?”

 Aku mengangguk dengan semangat, kami berdua kemudian saling bertatapan dengan ekspresi penuh cinta-- setidaknya begitu yang akan dilihat oleh orang lain. Padahal dalam hati aku ingin sekali mencakar wajahnya itu dengan sepenuh jiwa.

 “Begitu, ya?” sahut ibuku, terdengar kecewa.

 Tapi baguslah, dia sepertinya sudah menyerah.

 “Kalau begitu Eve bisa mampir ke rumah kapan-kapan,” ujar ayahku kemudian.

 “Kami akan menjaga Eve dengan sangat baik, besan,” celetuk mama dengan senyum hangat. “Eve akan baik-baik saja, kami janji.”

 “Iya, tentu saja kami percaya kepada besan berdua,” balas ibu, mengeluarkan bisa ularnya. “Maaf kalau mungkin Eve menyusahkan akhir-akhir ini, kami juga berjanji akan mendidiknya dengan lebih baik.”

 “Suamiku bisa mendidikku, Ibu,” celetukku, ikut campur. “Jangan khawatir.”

 Ibu jelas memberiku tatapan tajamnya tetapi aku tetap tersenyum lebar seakan-akan tidak melakukan kesalahan apapun. Bahkan ketika ibu memelukku dan berbisik mengancamku sebelum benar-benar keluar dari ruangan, aku masih tersenyum lebar.

 “Kamu jadi lebih berani sekarang, ya, sampai berakting seperti itu dengan Wira,” ujar papa diselingi oleh senyum bangga. “Padahal dulu kamu tidak pernah mengatakan tidak pada orang lain, terutama pada Ayah dan Ibumu.”

 “Iya, sepertinya kita tidak perlu khawatir lagi, Pa,” timpal mama. “Sepertinya mulai sekarang tidak akan ada lagi Evandale yang tiba-tiba pamit jam sebelas malam hanya karena keluarganya memintanya untuk datang. Dulu Mama pikir ada yang sakit parah atau meninggal, tahu-tahunya sepupu Eve butuh uang. Ada-ada saja.”

 Huh? Apa Evandale Humeera sepenurut itu?

 “Dia ini memang sangat bodoh, Pa, Ma,” ejek Tanwira. Dia menatapku tanpa ekspresi dan mendengus. “Mau-mau saja dibodohi oleh keluarga sendiri. Kau tahu kalau sebenarnya aku menyelamatkanmu dari keluarga itu, bukan? Berterima kasihlah kepadaku dan berhenti menuruti seluruh keinginan keluargamu.”

 “Kau ingin bertengkar denganku, ya?” Aku melotot, mengambil tongkat yang diletakkan di sebelahku dan memukul betisnya dengan alat itu. Aku sangat yakin dia merasa kesakitan, sayangnya wajah Tanwira mengatakan sebaliknya. “Kau menahannya, ‘kan? Kau sebenarnya ingin mengaduh kesakitan dan menangis, bukan? Lakukan saja, jangan bersikap sok kuat dengan menahannya.”

 “Apa?” Tanwira maju, wajahnya hanya berjarak kurang dari sepuluh cm di hadapanku. “Kau pikir aku akan mengalah begitu saja karena kau baru sembuh?”

 “Aku sembuh?” Aku menunjuk diriku sendiri, suaraku meninggi. “Kau tidak bisa melihat kalau aku masih membutuhkan bantuan tongkat ini untuk berjalan? Kau tidak lihat bekas jahitan di kepala dan perutku?”

 “Kau sudah lebih dari sekedar sembuh, mulutmu lebih sehat daripada mulut siapapun di rumah sakit ini!”

 Aku terpana dengan kegigihannya, dia benar-benar tidak mengalah. “Kau ini benar-benar mengajakku bertengkar, ya? Bagaimana kau bisa-- hei! Hei! Aaaa perutku!”

 Dia mengangkat tubuhku dengan sebelah tangannya, menyebabkan tertekannya perutku dan hal itu nyaris membuatku menangis. Tidak hanya itu, hal yang lebih gila lagi adalah kepalaku yang juga ikut-ikutan pusing. Beruntunglah ada papa dan mama yang langsung memukul putra mereka sendiri, meminta Tanwira menurunkanku dan memanggil dokter.

 “Lukanya yang dijahit bahkan sudah membaik dan aku tidak--”

 “Lalu kau bebas memperlakukan istrimu seperti itu hanya karena luka jahitannya sudah membaik?” potong mama tajam, bahkan melotot pada Tanwira. “Bagaimana jika terjadi sesuatu? Kau akan bertanggungjawab?”

 “Dia baik-baik-- sudahlah.” Dia mengalah dan ikut berlutut untuk melihat bekas jahitan di perutku. Melihat kepalanya itu membuat keinginan untuk memukulnya timbul dan aku melakukannya tanpa ditahan-tahan. Aku memukul kepalanya sampai terdengar bunyi yang sangat indah di telingaku.

 Huh, rasakan itu!

 Tanwira menyentuh kepalanya, mendongak dan menggertakkan giginya. “Apa yang ka--“

 “Ada apa?” tanya dr. Effendi yang baru saja datang dan tanpa sengaja memotong geraman Tanwira. “Saya sudah dalam perjalanan ke sini tetapi Tuan Rendra menelepon katanya Nona Evandale kesakitan. Apa ada masalah?”

 Papa yang menjelaskan bagaimana Tanwira menggendongku, aku yang merengek kesakitan, mama yang langsung panik dan semuanya. Ya, semuanya, termasuk aku yang memukul kepala suamiku sendiri juga papa ceritakan sambil tertawa pelan.

 “Mari saya lihat!” kata dr. Effendi ramah, dia tersenyum ketika menyadari aku tidak memberi perhatian sama sekali karena sibuk berperang melalui tatapan mata dengan Tanwira.

 “Bagaimana, dok?” tanya mama khawatir.

 “Tidak ada masalah,” jawab dr. Effendi. “Nona Evandale?”

 “Ya?” sahutku, agak terkejut.

 “Apakah masih terasa sakit?”

 “Huh? Oh, tidak.” Aku tersenyum tipis. “Saya sudah baik-baik saja.”

 Terdengar decakan seseorang dan aku langsung menoleh untuk menemukan pelakunya. Ekspresi dingin Tanwira langsung tertangkap mataku dan membuatku mengangkat alisku ketika dia mulai menyindir, “Kenapa menyerah menjadi aktris jika kemampuan aktingmu masih baik?”

 “WOAH!” seruku tiba-tiba. Mataku membelalak dan kedua tanganku menutup mulutku, terlalu bersemangat sampai mengabaikan keterkejutan semua orang yang mendengar seruan nyaringku. “AKTRIS? Evandale Humeera pernah menjadi seorang aktris?”

 Kalian masih ingat tebakanku saat aku pertama kali bertemu Evandale Humeera di pintu kafe? Aku menduga bahwa dia seorang artis karena wajah cantiknya yang tidak bisa dilupakan begitu saja dan ... dan dugaanku benar! Hahaha.

 “Eve? Kamu baik-baik saja?” tanya mama, dia menyentuh bahuku untuk menenangkan. “Ada apa, Nak?”

 Kekhawatiran mama itulah yang membuatku tersadar sehingga aku langsung meminta maaf. Aku berpura-pura tenang dengan mengatakan kalau aku terkejut dengan apa yang aku kerjakan di masa lalu dan semuanya percaya begitu saja, kecuali Tanwira.

 Suami tubuh ini menatapku curiga dan aku sudah takut kalau dia kembali melontarkan pertanyaan tidak terduga. Tetapi ternyata Tanwira tidak mengatakan apapun bahkan sampai kami masuk ke dalam mobil di mana papa yang menyetir.

 “Kamu benar baik-baik saja, Eve?” tanya papa begitu Tanwira selesai membantuku memasang sabuk pengaman. “Kenapa wajah kamu pucat seperti itu?”

 “Tidak apa-apa, Pa.” Tanwira yang menjawab, dia melirikku tajam. “Bukankah begitu?”

 Aku mengepalkan tanganku, menyadari betapa sulitnya menjadi seseorang yang tidak pernah aku kenal sebelumnya dan ini menjadi dua kali lipat lebih sulit dengan memiliki seorang suami yang terlalu cerdas dan mudah curiga.

 “Y-ya, Pa. Aku baik-baik saja.”

 Bohong, Pa, aku sedang tidak baik-baik saja.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   PINDAH (?)

    Sebenarnya suasana hatiku juga berubah menjadi tidak baik setelah mendengar nama Lyssan disebut. Aku yang kesal langsung mengirim pesan kepada Tanwira bahwa aku akan menendang bokongnya jika sampai dia mematikan telepon, tetapi kalian tahu apa yang dia lakukan setelah membaca pesan yang aku kirimkan? Ya, dia tetap mematikan sambungan telepon dan membuat aku uring-uringan di kamar.Demi Tuhan, ini sangat menjengkelkan.Sepuluh menit telah berlalu sejak Wira memutuskan sambungan telepon kami dan dia belum juga menghubungiku kembali hanya untuk sekadar mengabari apakah Lyssan sudah pergi atau belum, apakah dia benar-benar akan pulang atau tidak. Wira seperti menghilang, entah karena dia sibuk berbicara dengan mantan tunangannya itu atau bagaimana, aku enggan untuk menebak-nebak.Tetapi tebak, ya … aku tetap mencoba menebak-nebak.“Apa yang sebenarnya mereka berdua bicarakan? Lalu apa? Tentang diriku?” Aku meninju bantal berkali-kali, tiba-tiba merasa bersyukur karena dulu aku tidak memil

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   KISAH, KASIH DAN KISRUH

    Aku berjalan di taman samping rumah bersama kakek, tertawa bersama setelah kakek mengatakan kalau selera humorku menjadi lebih bagus dan aku tidak lagi kaku seperti sebelum-sebelumnya. Kakek juga mengatakan kalau dia sangat merindukanku dan tidak bisa tidur dengan tenang ketika mendapat kabar tentang kecelakaanku.“Kakimu benar-benar sudah membaik, Eve?”Anggukanku membuat kakek kembali tersenyum.“Kau terlihat lebih ceria. Tanwira memperlakukanmu dengan sangat baik, ya?” Kakek menatapku, terkekeh pelan. “Aku benar-benar tidak menyetujui permintaaanmu di masa lalu ketika kau lebih memilih Wira daripada Rindra. Tetapi kemudian kau mengancamku, kau bilang kalau kau tidak ingin menjadi menantu keluarga ini jika bukan Tanwira yang menjadi suamimu. Malam itu ... semuanya menjadi kacau, suamimu dan juga Rindra ... mereka bertengkar, saling memukul satu sama lain.”Sebenarnya cerita ini sudah pernah aku dengar, tetapi aku ingin mendengar juga dari kakek. Selama ini semua orang tidak mencerit

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   PASUTRI

    Jam empat pagi aku terbangun dan mendapati diriku berada dalam pelukan hangat Tanwira. Dia memelukku dengan erat namun lembut. Tangannya merengkuhku sementara kakinya mengunciku. Aku benar-benar merasakan jiwa kepemilikan dari Tanwira hanya dengan melihat bagaimana dia memperlakukanku, dia ini memang memiliki jiwa posesif dan aku menyukainya.Hanya saja, meskipun aku sudah buang air kecil segera setelah percintaan kami, aku merasa kandung kemihku kembali penuh sehingga aku harus pergi ke kamar mandi.“Wira ...” Aku memanggil namanya, pelan. “Wira, aku mau ke kamar mandi.”Tanwira menggeliat, tidak butuh waktu lama untuk dia membuka mata dan menatapku dengan manis. Suamiku ini hanya diam selama beberapa detik sebelum melepas pelukannya. “Mau buang air kecil?” tanyanya.“Iya,” sahutku yang perlahan beringsut. Sejenak aku berhenti bergerak, menyadari bahwa aku tidak memakai satu helai kainpun untuk menutupi tubuhku. “Ke mana kau melempar pakaianku?”“Hm? Kau membutuhkannya?” Wira bergera

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   I'M YOURS

    Aku menunggu Tanwira yang sedang berbicara empat mata bersama kakek di dalam kamar. Bisa saja dia muncul dengan wajah datar, sedih atau bahkan dengan senyum bahagia, tetapi aku merasa kalau aku harus menunggunya. Sadar bahwa selama ini mungkin Tanwira hanya memiliki Evandale Humeera sebagai sandaran, tetapi mereka tidak bisa sedekat itu karena gengsi? Entahlah, yang pasti menurutku pasangan suami istri ini menyayangi satu sama lain dengan cara yang tidak biasa.“Hei!” sapaku begitu mendengar pintu terbuka dan Tanwira masuk. Sesuai dengan tebakanku, wajahnya menampilkan ekspresi datar andalannya. Ah, aku menganggap wajah datarnya sebagai ekspresi karena sangat jarang sekali aku melihatnya tersenyum. Biasanya dia hanya melakukan itu untuk sekadar akting atau ketika dia berhasil menjahiliku saja. “Semuanya berjalan dengan baik? Kakek tidak mengatakan hal yang membuatmu sakit hati, bukan?”Suamiku itu hanya menggelengkan kepala dan berjalan menghampiriku yang duduk di sofa. Dia duduk di s

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   BENIH CINTA

    Manusia adalah makhluk sederhana dengan pemikiran yang sangat rumit. Mereka memikirkan banyak hal, membiarkan suara berisik di dalam kepalanya mengendalikan mereka sampai di satu titik di mana otak mereka tidak bisa berpikir jernih. Insecurity, anxiety, ada banyak kata yang sulit dipahami keluar dengan sendirinya. Membuat mereka semakin terlihat lemah dan kalah.“Apa yang sedang kau tulis?” Tanwira mengambil tempat duduk di sebelahku. Dia baru saja selesai membersihkan diri dan berganti baju. “Ah, kau tidak bersiap-siap? Mama dan Papa bahkan sudah menjemput Kakek di bandara, kau tidak mau menyambutnya?”“Aku tentu harus menyambutnya.” Aku menutup laptop yang aku gunakan untuk menyalurkan perasaanku. “Pakaian apa yang harus aku gunakan untuk bertemu Kakek malam ini? Jika kau memiliki ide, aku akan menerimanya dengan sangat baik.”“Pakai saja apapun yang membuatmu nyaman, kau bahkan bisa keluar dengan pakaianmu yang sekarang.” Wira membaringkan tubuhnya di sofa, dia juga memeluk bantal

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   HUMEERA YANG BARU

    Sepanjang perjalanan, Wira tampak gelisah. Dia awalnya ingin menyetir sendiri tetapi aku mengatakan padanya kalau aku belum ingin mati kalau-kalau dia melamun di perjalanan. Jadilah, kami berdua meminta bantuan orang kepercayaan Wira untuk mengantar kami berdua pulang.“Kakekmu ... orang seperti apa?” tanyaku, memecah keheningan. Aku ingin tahu seperti apa orang yang akan aku hadapi untuk memberikan reaksi yang bagus. “Apa beliau yang menjodohkanmu dengan Lyssan? Apa beliau juga teman Tuan Jayana yang kita temui di pesta kakak ipar?”Wira mengangguk. “Hm. Perjodohan yang kakek atur berantakan karena aku membawamu sebagai calon istriku. Kakek tidak bisa mengatakan tidak karena beliau sangat menginginkanmu menjadi menantu keluarga besar—yah, meskipun awalnya beliau berniat menjodohkanmu dengan Rindra. Dulu ... kau mengatakan kepada kakek kalau kau tidak mau menjadi cucu menantu kakek jika orang yang menjadi suamimu bukan aku.”“Apa itu juga termasuk ke dalam kesepakatan yang kita berdua

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   SUAMI YANG TULUS

    Wira terus melirikku sejak kami duduk untuk makan bersama di ruangannya. Dia mungkin merasa heran karena aku tidak banyak bicara seperti biasanya. Selain itu, aku hanya makan sedikit meskipun sebenarnya makanan kantin di perusahaan suamiku ini cukup enak.“Aku baik-baik saja, jadi berhenti menatapku seperti itu,” ucapku dengan nada kesal.Tiba-tiba aku terbawa suasana gara-gara makhluk yang tidak aku ketahui berasal dari mana itu. Aku jadi sangat kesal karena dia terus-menerus mengungkit tentang takdirku ketika aku sendiri tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Maksudku ... Humeera yang menawarkan diri untuk bertukar nasib denganku, lalu kenapa aku juga disalahkan?“Seharusnya aku yang kesal. Aku hanya meminta roti tawar dan kopi, tetapi kenapa ada banyak makanan di sini?” Wira berdecak. “Selain itu, kau bahkan hanya makan tiga sendok sejak tadi. Kau yang membeli semua ini, jadi habiskan dan jangan menghambur-hamburkan uang.”Menatap tajam ke arah Wira, suasana hatiku semakin b

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   ALUR HIDUP

    “Ini!” Wira meletakkan dua buah buku yang membahas tentang pengembangan bisnis di hadapanku. “Kau bilang kau ingin membacanya.”Aku mengambil dua buku itu, membaca judulnya dan tersenyum kecil. Sebenarnya aku sudah membaca dua buku ini—tentu saja aku hanya meminjam milik pelangganku yang kebetulan mengambil jurusan ekonomi bisnis. Aku tidak memiliki uang untuk membeli buku salinan aslinya, jadi kebanyakan buku yang aku baca adalah buku hasil pinjaman atau buku yang aku beli dengan harga murah.“Kelihatannya kau sudah membaca buku ini berulang kali,” ujarku sembari menatap Wira yang kembali duduk di meja kerjanya. “Bahkan di dalam kamar kita juga ada banyak sekali buku, padahal di rumah sudah ada perpustakaan pribadi. Kau juga gemar membaca, ya?”Wira mendengus. “Begitulah,” jawabnya acuh tak acuh.Jadi ya, aku sudah sampai di kantor suamiku. Seperti katanya, begitu aku menginjakkan kaki di perusahaan ini, sudah ada perempuan yang memperkenalkan diri sebagai sekretaris Tanwira. Selain

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   BINGUNGNYA RASA

    Sebenarnya ada yang mengganggu pikiranku.Seperti yang aku katakan, aku memiliki sebuah kalung yang entah bagaimana bisa berada di tangan mantan bos di tempatku bekerja dulu. Anehnya, aku bahkan tidak mengetahui nama ataupun bertemu pemilik kafe tempatku bekerja itu. Awalnya aku hanya tahu kalau pemiliknya adalah perempuan, tetapi sepertinya yang mengambil kalungku adalah laki-laki.Saat aku tenggelam dalam pikiranku, sebuah mug berisikan susu hangat diletakkan di hadapanku. Kepalaku otomatis mendongak dan aku menemukan Rindra sedang menatapku.“Apa yang kau pikirkan sampai ekspresimu terlihat sangat serius seperti itu?” tanyanya.Apa aku perlu menjawab pertanyaannya? Jika aku berbicara panjang lebar dengan Rindra, Wira pasti akan menatapku kesal—tidak, dia pasti akan marah dan mulai menasihatiku untuk menjauh dari Rindra.“Beberapa hal,” sahutku demi kesopanan.“Oh, aku pikir kau dan Wira sedang ada masalah.”Alis kananku terangkat. Bagaimana bisa kepalanya diisi prasangka buruk terh

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status