Share

Masuk 10 Minggu

Author: Kriezty
last update Last Updated: 2024-06-03 11:52:49

"Apaaa? Kamu sudah gila? Mau berapa banyak dosa yang akan kamu perbuat, hah?" murka sang papa, lalu berdiri dan menghempaskan tangan Hana di kakinya.

"Hana tidak siap untuk menjadi seorang ibu apalagi menjadi orang tua tunggal, Pa," jelas Hana.

"Kalau begitu, kenapa kamu lakukan hal keji itu, hah? Berani melakukan tapi cemen untuk mempertanggung jawabkan. Sekarang juga kamu harus minta pertanggung jawaban dari laki laki yang sudah menghamili kamu!” pinta sang papa kemudian.

"Maafkan Hana, Pa, Hana tidak tahu siapa ayahnya," bohong Hana. Hana memang tidak pernah cerita kalau dia punya pacar di Jakarta, apalagi cerita mengenai Alga. Bukan Hana tidak mau terbuka dengan keluarganya, akan tetapi Galih selalu mengultimatum bahwa laki laki sejati akan menyatakan cintanya pada kedua orang tua si gadis sekalian sebagai bentuk izin. Seperti yang dilakukan Galih pada Intan dulunya.

"Terus kamu berhubungan dengan siapa kok bisa tidak tahu siapa yang menghamili kamu? Apa kamu korban pelecehan? Kalau memang iya, ayo kita laporkan ke pihak berwajib sekarang juga!" Hana menggeleng pelan dengan air mata yang menganak sungai.

"Kamu maunya apa sih, Han?" Emosi papa Hana sudah memuncak, "Kamu bilang belum siap untuk menjadi ibu apalagi menjadi orang tua tunggal, terus Papa nyuruh kamu minta pertanggung jawaban dari laki laki yang menghamili kamu, kamu gak tau siapa orangnya. Memang gak tau atau kamu hanya mau melindungi laki laki itu?" Murka sang papa seraya menghardik Hana.

"Hana gak mau nikah, Pa, Hana hanya ingin menggugurkan janin ini. Hana yakin semua pasti akan baik baik saja kalau janin ini digugurkan."

"Itu bukan jalan keluar apalagi solusi, Hana,” tekan Anggi pada kalimatnya. “Menggugurkan janin itu taruhannya adalah nyawa. Mama yang melahirkan tepat waktu saja harus mempertaruhkan nyawa, apalagi memaksa mengeluarkan janin yang belum waktunya? Kamu bisa mikir gak sih?" sahut sang mama kemudian.

Hening yang terjadi, semua berargumen dengan pikiran masih masing, memikirkan langkah apa yang akan diambil. Orang tua Hana memang tidak menginginkan janin itu, namun untuk menggugurkan janin dalam kandungan Hana mereka juga tak sampai hati. Tidak bisa dipungkiri jika janin itu adalah cucu mereka. Hana sendiri sudah frustasi, rasanya Hana ingin mengakhiri hidup saja dari pada terjebak dalam peristiwa yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya seperti ini. Kini hanya penyesalan yang menyelimuti diri Hana. Harusnya tidak ada kejadian itu sebelum dirinya sah menjadi seorang istri. Kenapa penyesalan selalu di akhir, Tuhan? Dan apakah tidak ada obat untuk sebuah penyesalan itu, Tuhan?

"Papa akan mempersiapkan semua keperluannya, Papa putuskan kita akan tinggal di Sumbawa sampai kamu melahirkan atau sampai semua aman. Urus surat resign kamu sebelum perut kamu buncit dan ketahuan orang-orang, lebih cepat lebih baik," putus papa Hana kemudian. "

Hana tercengang mendengar keputusan sang papa, sebelum pada akhirnya dia menjawab, "Baik, Pa. Besok Hana akan kembali ke Jakarta untuk mengurus semuanya."

"Jangan terburu buru, ingat kondisi kamu saat ini, Han! Kamu sedang hamil kalau kamu lupa. Jangan terlalu sering perjalanan jauh, istirahatlah beberapa hari lagi di rumah! Besok kita periksakan juga janinnya ke dokter kandungan, Mama antar. Meski hadirnya tanpa sengaja bahkan tidak kita inginkan, bukan berarti kita harus abai dan melalaikan akan kondisinya. Dia juga butuh perhatian dan kamu yang wajib memperhatikannya penuh, Han." Hana mengangguk ragu.

Hana sangat bersyukur kedua orang tuanya sangat bijak menyikapi apa yang tengah dialaminya. Hana kira dia akan dibiarkan terpuruk sendiri bahkan mungkin akan dikeluarkan dari KK. Tapi ternyata kedua keluarganya masih mau merangkulnya meski diselimuti rasa marah dan kecewa.

"Terima kasih Tuhan, telah memberikan orang tua seperti Mama Intan dan Papa Galih untuk Hana."

Keesokan harinya, Hana didampingi sang mama untuk periksa ke polis kandungan setelah sebelumnya melakukan perjanjian dengan dokter obgyn tentunya.

"Alhamdullillah kalau saya cek ini kandungannya sehat ya, Bu. Tapi tetap saja ya di trimester pertama ini sangat rawan. Jadi dijaga baik baik kandungannya ya, Bu!" Hana mengangguk. Melihat janin yang tak berdosa di layar usg, membuat Hana terharu dan menitikkan air mata. Kalau begini, mana tega dia mau membunuh janinnya. Biarkanlah ini menjadi kesalahan terindah seumur hidupnya.

"Sekarang sudah masuk berapa minggu, Dok?" tanya Intan, mama Hana.

"Sudah masuk 10 minggu, Bu." Hana mengingat ingat kejadian malam panas itu, dan memang benar ternyata hitungannya pas. Karena seminggu sebelum malam panas itu terjadi Hana baru saja selesai mens, itu artinya dia melakukannya pada saat masa subur yang memang besar kemungkinan akan terjadi kehamilan.

"Saya resepkan vitamin, obat penguat kandungan, dan obat untuk mualnya dulu ya, Bu." Hana mengangguk.

Ketika menebus obat dari apotek, Intan ternyata juga membelikan susu ibu hamil untuk Hana.

"Ma, makasih ya sudah peduli sama Hana. Padahal Hana sudah buat Mama dan papa kecewa," ucap Hana pada sang mama ketika keduanya sudah perjalanan pulang ke rumah.

"Kamu anak Mama, semarah marahnya Mama dan papa, kami gak akan pernah menelantarkan atau pun mengabikan kamu, Sayang.” Intan membingkai wajah Hana. “Apalagi dalam kasus yang kamu alami ini sangat penting peran orang tua. Mama gak mau kamu melakukan hal yang tidak kami inginkan." Tangan Intan pun beralih mengelus punggung Hana dengan penuh kasih sayang. "Apa kamu tidak mau bercerita dengan Mama siapa ayah dari janin yang kamu kandung?" Hana menggeleng. Sebagai seorang ibu, tentu Intan merasakan bahwa Hana memang sengaja menutupi siapa ayah dari anak yang dikandungnya.

"Okey, kalau memang kamu belum mau terbuka sama Mama, Mama ngerti. Mama yakin kamu punya alasan tersendiri mengapa menyembunyikannya dari kami."

"Makasih ya, Ma, sudah mau mengerti Hana."

***

Pagi ini Hana sudah kembali masuk kantor, selain untuk kembali bekerja, hari ini Hana juga akan mengajukan surat resign sesuai permintaan sang papa. Hana pun

"Kenapa langsung resign, Han? Kalau kamu mau ambil cuti lebih lama lagi saya kasih kok. Kamu karyawan terbaik, perusahaan akan sangat merasa kehilangan kalau kamu resign."

"Mohon maaf, Pak. Tapi selain masalah yang menimpa diri saya pribadi yang mungkin sudah Bapak ketahui, ada masalah lain juga di keluarga saya, Pak. Jadi kami harus pindah rumah ke luar negeri dan keluarga saya meminta saya untuk ikut, Pak," jelas Hana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Berpisah Untuk Kembali   Malam Pertama

    “Aku pastikan anak anak kita nanti akan bangga dan sempurna memiliki ibu sepertimu, Istriku.”“Dan anak anak kita bisa beranggapan seperti itu pada ibunya karena hadirmu yang selalu menyempurnakanku, Suamiku.”“Terima kasih, sudah mencintaiku tanpa peduli jarak dan waktu. Kalau bukan kamu yang aku cintai, aku gak tahu apa orang lain itu bisa tetap mencintaiku diketidak pastian diriku yang menghilang. Aku pun sulit untuk membayangkan hal itu.”“Kamu juga, ‘kan? Kamu mencintaiku tanpa peduli jarak, waktu, serta dimensi koma yang kamu selami kala itu.” “Kamu lebih hebat dan lebih setia, Sayang. Kamu yang setiap saat menapaki bumi dengan lalu lalang lelaki yang jelas jelas sudah mengisi hari harimu, tapi sedikit pun kamu tidak goyah dengan kehadirannya. Kamu kuat mempertahankan cinta kamu tetap untukku. Kamu hebat, sangat hebat.” Alga membingkai wajah Hana dengan kedua telapak tangannya. “Tentang aku, saat itu aku tebujur kaku yang bernapas saja bergantung pada mesin. Andai papa dan mama

  • Berpisah Untuk Kembali   Cinta Atau Sayang?

    “Aku bisa merasakan denyut lemah itu sedang kesakitan saat ini.” “Denyut lemah?” “Iya, yang di dalam sana,” tunjuk Sindy pada dada Aris. “Kenapa kamu bisa tahu?” “Cinta benar benar buta ya, sampai kamu tidak sadar ketika tadi kamu mengutarakan isi hati kamu pada Hana, aku berada tepat di samping tubuh Hana, tubuh yang sebenarnya ingin kamu bersamai seumur hidupnya.” “Oh maaf, aku kira kamu –“ “Cenayang? Tentu tidaklah. Aku manusia biasa, yang bisa mendengar dan melihat atraksi dan interaksi orang orang di sekelilingku.” “Bukan gitu, aku kira kamu melihat wajahku begitu mengenaskan, terlalu nampak jika aku sedang berduka di atas kebahagiaan orang yang aku cintai.” “Kamu cinta atau sayang dia?” “Aku mengakui getaran cinta itu saat bersamanya, aku merasakannya. Bahkan ketika tadi aku ajak ia berbicara pun masih sama rasanya.” “Kamu percaya bahwa cinta itu bisa hilang sedangkan rasa sayang itu tidak akan bisa hilang?” “Kenapa bisa begitu? Bukannya cinta itu sudah pasti sayang se

  • Berpisah Untuk Kembali   Harus Usai

    “Mana ada calon? Belum ya.” “Lah yang selalu kamu posting itu siapa?” “HTS-an doang mah,” jawab Sindy seraya mengerucutkan bibirnya. “Ya cepet diresmikan dong!” “Udah lost contact.” “Kok bisa?” “Udah ah jangan bahas itu, aku lagi gak mau sedih di hari pernikahan kamu loh.” “Ututu, sini sini peluk, Sayang!” Hana pun memeluk Sindy sambil menepuk nepuk pelan bahunya. “Han, selamat ya! Sudah bahagia kan dengan seseorang yang selama ini kamu inginkan?” Tiba tiba Aris mendekati Hana seraya menjabat tangan Hana. “Makasih banyak, Ris.” “Aku juga ucapkan terima kasih untuk kamu. Karena kamu sudah mengajarkan banyak hal padaku, Han, terutama tentang ikhlas untuk melepas. Tentang arti mencintai tanpa memiliki serta terkait makna lebih mementingkan hati yang cintai untuk menjemput bahagianya meski bukan denganku ia melanjutkan jalan hidupnya. Kamu juga mengajarkan dan membuktikan ada semesta bahwa ternyata cinta bisa habis pada satu orang, Han,” ungkap Aris sesuai apa yang ada dalam hati

  • Berpisah Untuk Kembali   Acara Sakral

    Tidak salah jika Bali sering kali dinobatkan sebagai tempat paling romantis di Indonesia bahkan juga telah diakui oleh dunia. Tak heran jika dream wedding Hana adalah Bali. Hari yang ditunggu tunggu kini telah tiba, yaitu pernikahan Hana & Alga. Keduanya menggelar resepsi pernikahan di sebuah taman yang begitu indah yang diapit oleh dua pantai pasir putih yang memang sudah menjadi salah satu favorit wedding venue dengan pemandangan beachfront. Tidak banyak tamu undangan, hanya kurang lebih 200 orang saja. Hanya orang orang terdekat dari kedua keluarga juga dari teman teman Alga dan Hana.Akad nikahnya dilaksanakan pagi hari di semi outdor yang berlokasi di satu tempat yang sama, namun berjarak. Akan tetapi masih dengan pemandangan pantai yang menenangkan, menjadikan acara sakral tersebut menjadi lebih khidmat dan syahdu secara bersamaan.“Wahai ananda Alga Mahardika, tangan yang saat ini kau genggam itu adalah tangan dari seorang ayah dari calon pengantin wanitamu, Hana Camilla. Yang s

  • Berpisah Untuk Kembali   Kesempatan Dalam Kesempitan

    “Gak apa apa dong. Nanti aku bantuin kamu urus café di sela aku pantau kantor yang di Jakarta. Sambil menunggu waktu setahun itu, sekalian kita nanti bangun café juga di Jakarta ya. Biar café kamu punya cabang.”“Seriusan?”“Pernah aku gak serius dengan apa yang aku ucapkan sama kamu?” Hana menggeleng. “Semoga gak ada halangan aja biar semua terealisasikan dengan baik ya, Sayang.” Keduanya pun mengaamiinkan. “Aku tahu, memiliki café dengan menu per-dessert-an adalah impian kamu sejak dulu. aku masih ingat semua mimpi yang pernah kamu bilang ke aku. Jadi, aku gak mau dengan hadirnya aku, dengan hidupnya kamu bersamaku nantiny, itu akan menghalangi semua mimpi kamu, Sayang. Aku bahkan akan selalu support semua yang kamu impikan selagi itu baik.”“Ah … terharu aku tuh.” Hana pun langsung memeluk tubuh laki laki yang sangat dia cintai itu.“Oh iya, aku malam ini tidur sama kamu boleh gak sih?”“Mana boleh? Kamu tidur sama Al aja.”“Kamu gak kangen aku?”“Kangen, tapi gak harus tidur berdua

  • Berpisah Untuk Kembali   Lamaran Alga

    “Aku harus merebut cinta anak kita agar bisa mencintaiku sepenuhnya,” ucap Alga kemudian.“Kamu mau merebut dia dari aku? Aku yang hamil, aku yang melahirkan, aku yang kasih ASI, aku juga yang ngurus bahkan bergadang jagain dia, terus kamu datang datang mau merebut dia dari aku? Oh tidak semudah itu Ferguso!” Hana ngomel seraya mendorong dada Alga.“Heiii … bukan merebut dari kamu, Sayang. Tapi maksudku, aku mau menggantikan sosok laki laki itu dari hati anak kita. Aku gak mau ya dia lebih sayang ke orang lain timbang ke aku yang notabennya adalah ayah kandungnya,” jelas Alga.“Ish kirain.” Satu kecupan langsung Alga layangkan di bibir Hana. Lelaki itu gemas melihat wanitanya ngomel. “Gak sopan ih,” protes Hana.“Sopan aja lah, lah wong sudah pernah buat anak aja.” Hana pun langsung melayangkan cubitan di perut Alga. “Auuu … sakit tahu, Sayang.”“Biarin ah,” sewot Hana.“Kalau kayak gini, aku bawaannya pengen ngajak kamu ke KUA sekarang aja deh.” Hana hanya mencebikkan bibirnya saja.“

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status