*Happy Reading*Nissa terhuyung di tempatnya dengan hati merepih sakit setelah mendengar jawaban Raid. Dia bersandar pada tembok di sebelahnya guna tak sampai jatuh saking tiba-tiba merasa lemas. Merepotkan, katanya? Seburuk itukah kesan Nissa untuk Raid?Mengingat perlakuan ayahnya, ucapan Abyan siang tadi, lalu berlanjut mendengar jawaban Raid barusan. Membuat Nissa kini merasa jadi beban semua orang. "Raid, nggak boleh ngomong begitu." Suara Naira kembali terdengar. "Nissa itu sahabat aku, loh. Aku nggak terima kamu ngatain dia kayak gitu. Bagi aku Nissa nggak pernah merepotkan sedikit pun."Kali ini Nissa tak ingin menunggu jawaban dari Raid. Jaga-jaga agar hatinya tak menjadi semakin hancur dengan jawaban Raid selanjutkan yang pasti tak kalah menyakitkan. Cukup sudah! Cukup ia tahu saja bagaimana arti dirinya untuk pria itu selama ini. "Merepotkan" kata itu terus terngiang di telinga Nissa. Seolah memberi tamparan telak agar tak usah berharap lagi pada pria itu. Tidak, bukan h
*Happy Reading*Luar biasa memang cara kerjanya Pak Alan. Entah bagaimana pria yang selalu nampak dingin itu berhasil mendapatkan rekaman cctv ruangan temat kerja Nissa, atau dari siapa tepatnya. Yang jelas, itu sangat membantu dalam usaha mengungkap siapa pelaku penjebakan atas Nissa kemarin. Bukan hanya Pak Agung ternyata yang di giring. Tetapi juga Rani. Ya, seperti dugaan Nissa di awal, kan?Rani di sebut-sebut sebagai komplotan Pak Agung, karena ternyata dia yang bertugas memantau dan memberitahu sang bos tentang keberadaan Nissa yang sudah pergi dari ruangan kemarin. Setelah Pak Polisi membawa Pak Agung, para rekan kerja Nissa yang lain langsung menghampirinya yang masih setia duduk di meja kerja. "Gila ya, Pak Agung, jijik banget kelakuannya. Segitu dendamnya cinta ditolak, sampai ngejebak lo segala, Nis," ujar Vera dengan raut jijik yang tak di tutupinya. "Lagian ya, nggak nyangka gue kalau tu orang otaknya mesum. Bukannya Nissa lebih cocok jadi anaknya dia, ya? Bisa-bisa
*Happy Reading*"Niss, lo tadi ke mana? Maen kabur aja," tegur Naira. "Ya kan gue gak mau ganggu kalian. Lagian gue juga belum sholat Ashar tadi," kilah Nissa. Naira terdengar berdecak kesal. "Lo ngomong apa sih, Nis. Lo tuh salah paham aja kali, Niss. Gue nggak ngapa-ngapain kok tadi sama Raid."Tadi Nissa memang tak melihat langsung mereka berciuman atau berbuat hal mesum lainnya. Hanya saja, tampilan rambut dan kemeja Naira yang acak-acakan. Serta Raid yang menunduk di hadapannya yang sedang duduk. Membuat Nissa yakin jika tadi mereka memang sedang melakukan hal yang iya-iya. "Ngapa-ngapain juga nggak papa, kok. Toh kalian kan udah tunangan. Bentar lagi juga nikah. Jadi kalau mau DP duluan juga nggak papa. Ngarti lah gue mah."Naira yang semakin gemas mendengar jawaban Nissa pun refleks mencubit bibir wanita itu. Membuat sang punya raga langsung mengaduh kesakitan. "Mulut lo nih kalau ngomong emang suka seenaknya. Dp, dp, lo kata gue kreditan pake di dp duluan. Gue nggak semura
*Happy Reading*"Niss, Tante udah denger semua tentang masalah yang ditimbulkan Abyan untuk kamu. Jujur saja, Tante bener-bener kecewa dan malu sama kamu. Anak itu ... sangat keterlaluan memang. Karenanya, atas nama Abyan, Tante minta maaf, ya?" ucap Tante Farida setelah selesai berbasa-basi. Nissa mengangguk tak minat. Moodnya yang sudah hancur karena kecemburuan yang sempat melanda, kini semakin menjadi dengan kehadiran Tante Farida. Sejujurnya Nissa malas membahas apa pun saat ini. Takut tak bisa mengontrol emosi yang tengah memeluk hatinya.Inginnya sih, saat tadi Tante Farida meminta waktunya, Nissa tolak saja. Tetapi, Nissa masih cukup tahu akan sebuah adab dalam memperlakukan orang. Karenanya, meski setengah hati, Nissa setuju untuk mengobrol sejenak dengan Tante Farida. Akan tetapi, bukan di tempat privasi seperti office di lantai atas atau ruang VVIP. Melainkan di hall cafe, di meja lumayan pojok. Nissa memang sengaja melakukannya. Menghindari pertikaian yang mungkin saja t
*Happy Reading*Nissa tercengang di tempatnya. Bukan saja karena mendengar nominal yang baru di sebutkan oleh Tante Farida, tapi juga karena terkejut akan perubahan sikap si Tante yang sungguh tak terduga. Loh kok ngamok?"500jt! Bisa kamu membayarnya? Itu pun belum termasuk dengan bunganya. Jika di total dengan bunganya, semuanya jadi 1 M. Bagaimana? Bisa kamu bayar? Kalau bisa, saya mau hari ini juga! Cash, nggak pake di cicil!"Hah?! Apa-apaan itu?"Sejak kapan Tante cosplay jadi kang kredit keliling?" ceplos Nissa kemudian. "Maksud kamu?" tanya ibunya Abyan tak faham. Alih-alih rentenir. Nissa malah menyamakan si Tante dengan kang kredit keliling. Sungguh tak ada keren-kerennya."Ya itu, tadi. Kenapa Tante bisa memberikan bunga sampai 50% begitu? Kayak kang kredit keliling aja.""Kurang ajar kamu, Nissa. Seenaknya saja menyamakan saya sama tukang kredit keliling!" Tante Farida pun semakin murka. Sementara Raid yang berada di meja yang lumayan jauh dari sana, tapi masih bisa me
*Happy Reading*"Hall--""NISSA! APA YANG KAMU LAKUKAN SAMA NYONYA FARIDA?!"Nissa sontak menjauhkan ponselnya dari telinga. Ketika baru saja ingin menyapa orang yang meneleponnya pagi itu, tapi langsung di sambut seruan berapi-api yang lantang sekali. Saking lantangnya, Nissa sampai tak butuh mode loudspeaker untuk mendengar ucapan si penelepon, yang tidak lain adalah ayahnya sendiri, meski di jarak lumayan jauh dari telinga.Namun, mendengar ucapan dan nada sang ayah yang keras, Nissa pun akhirnya hanya bisa menghela napas panjang. Ternyata masalahnya dengan keluarga Abyan belum sepenuhnya selesai. "Nissa akan jelaskan semuanya. Tapi nanti, Pa. Soalnya Nissa ada meeting penting hari ini. Udah dulu ya, Pah."Klik!Tut! Tut! Tut! Nissa tahu ini tidak sopan. Main tutup telepon aja tanpa menunggu ijin. Tetapi sumpah demi apa pun, Nissa saat ini belum siap bicara dengan papanya. Dia masih butuh waktu mencari alasan tepat agar sang papa setuju pada keputusannya. Ting![KURANG AJAR KAM
*Happy Reading*Sepeninggal Naira, Nissa pun terlarut dalam pikirannya. Tentang apalagi kalau bukan masalahnya dengan Tante Farida. Sepertinya dia memang harus segera membayar hutang agar wanita itu tak mengusiknya lagi. Akan tetapi, dari mana dia mendapatkan uang untuk membayar hutang tersebut. Sialnya, Nissa sudah tidak menyimpan tanda bukti pembayaran kuliahnya waktu itu yang ditanggung Tante Farida. Dia hanya punya bukti pembayaran operasi ayahnya. Alhasil nominal yang di sebutkan Tante Farida lah yang jadi patokannya dalam membayar hutang."500 juta. Dari mana aku dapat uang itu ya, Rob?" desah Nissa mulai putus asa. Sebenarnya, Nissa bisa saja pinjam Naira atau Raid, seperti yang gadis itu tawarkan tadi. Namun, Nissa kan sudah janji nggak mau jadi beban lagi. Alhasil mau tak mau dia harus memikirkannya seorang diri. Lalu ini gimana sekarang? Nissa harus melakukan apa untuk mengumpulkan uang tersebut. 500 juta bukanlah uang yang sedikit. Masa harus beneran jual ginjal sih buat
*Happy Reading*Nissa kira, dia sudah meninggal di tangan sang ayah. Namun, ternyata sepertinya belum. Entah berapa lama ia tak sadarkan diri. Di dekap kegelapan yang tiada batas dengan perasaan hampa luar biasa. Sayup Nissa mendengar tangis seseorang di sebelah tubuhnya.Siapa? Siapa yang menangis? Naira, kah? Navisha? Atau siapa? Di antara yang Nissa kenal hanya mereka berdua yang masih memperdulikannya. Saat kesadaran mulai merayap hadir. Nissa pun baru merasakan sakit luar biasa di seluruh tubuhnya. Kepalanya pusing dan napasnya juga terasa berat seperti ada sesuatu yang menghalangi. Nissa ingin bangun. Tetapi tidak bisa. Jangankan menggerakkan tubuh, membuka mata saja rasanya sulit sekali. Hanya rasa sakit yang terus menyelimuti seluruh tubuhnya. Membuat kesadarannya kembali hilang karena tak kuasa menahan rasa sakit dalam tubuhnya. Hari berlalu. Entah sudah berapa lama Nissa terbaring dalam tenang. Memeluk rasa sakit yang membuat tubuhnya kebas. Akhirnya hari itu Nissa pun bi