"Apa maksud kamu, Li?" Revan menatap Jelita dengan tatapan tajam meminta jawaban."Bukan maksud apapun Van, aku hanya ingin memberikan kamu kenangan agar kamu bisa mengingatku." Jelita dengan tenang menjawabnya diakhiri dengan senyuman. Revan menyipitkan matanya makin tak mengerti maksud Jelita, "Kenangan?""Udah kamu jangan banyak tanya, Van. Kamu kan mau pergi lama, anggap saja itu buat pengobat rinduku buat kamu!" jawab Jelita lugas, Revan tak tahu ada makna yang dalam dalam kalimat terakhir Jelita."Oh begitu yah, ya sudah makasih yah, pengobat rindunya, sungguh manis Sayang!" Revan mengecap bibirnya dengan jarinya seakan merasakan bekas bibir Jelita."Hehe ...!""Sama-sama, Van. Hati-hati yah di jalan mudah-mudahan Jessi cepat sembuh!""Makasih Lili ...!" "Byeeee ...!" Revan turun dari mobil Jelita."Byeee ...!!" Sejenak dia menatap wajah Revan sambil tersenyum pilu sebelum melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.'Selamat tinggal Revan, aku sudah ikhlaskan kamu sama istri d
"Jel, lupakan Revan mulai sekarang, walaupun Mama yakin kamu masih mencintai laki-laki itu, tapi Mama mohon lakukan ini demi Mama Papa, Mama gak tega melihat menantu Mama harus bersedih seperti itu. Kamu tahu Jel, saat Papa memberikan kejutan bulan madu ini, Arman kelihatan sangat bahagia, Mama begitu senang melihat raut wajahnya yang berbinar saat itu. Jadi Mama mohon yah Jel, jangan hancurkan kebahagiaan Arman, begitu juga Mama Papa.. Kami akan sangat bahagia kalau bisa melihat kamu bahagia bersama suami kamu, pasangan halal kamu, Jel. Jangan berbuat sesuatu yang dilarang sama Allah, Jel. Selingkuh itu dosa besar apalagi sampai berbuat zinah." Rima begitu panjang menasehati sang putri semata wayangnya, dia ingin sang anak kembali ke jalan yang benar, jalan yang tidak membawanya ke jalan kesesatan bersama Revan, yang hanya akan menambah jumlah dosanya."Aku bersumpah Ma, aku tidak pernah berbuat zinah dengan Revan!" tegas Jelita."Terus yang barusan Mama lihat apa Hah, kamu mencium d
"Mas, lama banget sih?" keluh Jelita yang sedang menunggu di ruang tunggu melihat sang suami berjalan terburu-buru ke arahnya."Iya, tumben perut aku tiba-tiba mules, Yang.""Cieeeh ... pengen cepet-cepet aja naik pesawat anak Papa nih! Padahal mah cuma nunggu Arman bentaran tapi keselnya udah kayak nunggu setahun, hahaha ...!" Rudi berkali-kali menggoda Jelita, senang sekali membuat putrinya itu kesal."Papaa ...!!" teriak Jelita sambil memanyunkan bibirnya."Bercanda atuh Neng, gitu aja marah!!" ujar Rudi sambil tersenyum melihat wajah putrinya yang cemberut."Tapi kalau cemberut gini tambah cantik, hehehe!" Papa Rudi merayu sang putri agar tak marah lagi."Papa ... aaah!" Jelita tersipu malu kini pipinya memerah."Hahahaha ...!!" Rudi, Rima dan Arman tergelak bersama.'Menyenangkan sekali kalau bisa tertawa bersama begini bersama orang-orang yang aku sayangi, melihat mereka tertawa bahagia sekali rasanya!' gumam Jelita dalam hatinya.'Aku harus bisa membuat mereka selalu bahagia, a
Cukup lama Jelita merajuk hingga malam tiba, "Sayaaang ... maafkan aku yah!" ujarnya penuh penyesalan.Jelita melipat tangannya di dada lalu memunggungi Arman."Enggak! Kali ini gak ada maaf buat kamu, Mas!" tegas Jelita.Arman menghadap ke arah Jelita yang tengah cemberut. "Maaf yah, Sayang sumpaaah ... aku gak layani gadis-gadis itu!" "Bohong!!" Jelita memalingkan mukanya, tak ingin melihat wajah Arman."Ayolah Sayang, mereka cuma iseng, cuma bercanda aja, gak mungkin kali beneran minta cium, heeee ...! Mana iya, gadis itu mau dicium Om-om kayak aku, hehehe ...!" Arman berusaha melucu, sayangnya usahanya sia-sia."Huh! Emang situ udah tua, makanya tahu umur dong! Masa gadis belasan gitu dilayanin juga!" ujar Jelita begitu sinis.'Aduuuh ... tanggapannya gitu amat, salah ngomong lagi!' keluh Arman bingung harus bagaimana agar sang istri tidak marah."Kan aku udah bilang Sayang, aku gak layanin mereka, mereka aja yang terus ngedesek aku, aku sih ogah yah cium-ciun anak bau kencur git
Hari ini Jelita merasakan tubuhnya tidak enak saat bangun tidur, semalam tidurnya gelisah karena tidak nyaman dengan pakaiannya.Berat Jelita membuka matanya, dia paksakan karena merasa hari sudah siang, dia beranjak melihat sekelilingnya, sosok sang suami tidak ada di sana."Ke mana dia?" Begitu dia bangun, dia melihat di meja ada sepiring makanan dan segelas air putih dengan kertas di sebelahnya.Selamat Siang Istriku, maaf aku gak bangunin. Aku lihat tidur kamu sangat pulas, tak tega aku bangunin kamu. Ini aku bawain sarapan, semoga kamu suka yah..TertandaSuamimu Yang gantengnya se-Bandung Raya."Awalnya kamu sangat romantis, ujungnya tetep narsis, hahaha ...!" Jelita terkekeh begitu baca kalimat terakhirnya.Setelah mandi, Jelita pun menikmati makan pagi yang kesiangan itu dengan lahap. "Hmmm ... enak juga sandwich ini!" "Aduuuh ... gimana nih, aku bingung harus pakai baju apa? Masa iya aku keluar harus pakai baju beginian ... !" Rima mengganti baju-baju Jelita dengan celana
Jelita merasa sangat senang hari ini, sang suami bersikap sangat manis. Dari pagi dia sudah disuguhi sarapan, tanpa membangunkan dirinya yang sedang lelap tidur, maklumlah semalam dia tidur tidak nyenyak, baru bisa tidur nyenyak setelah lewat tengah malam.Dan sore harinya, dia yang tadinya menyangka suaminya mengacuhkan dirinya karena meninggalkannya lama seorang diri di kamar, malah merasa tersentuh dengan pemberian sang suami.Dua paper bag yang dibawa Arman isinya beberapa baju baru lengkap dengan pakaian dalamnya."Ini baju buat kamu Sayangku, maaf aku meninggalkan kamu lama, karena aku berkeliling mencari toko baju dan memilih baju yang pas dengan kamu, Sayang. Semoga kamu enggak marah lagi sama aku yah!" "Maaas ... kamu tahu, kalau akuuu ... dari kemarin gak ganti baju karenaaa ... isi koperku yang berubah?" ucap Jelita dengan mata berkaca-kaca."Iya, Sayang. Bahkan aku tahu semalam tidur kamu gelisah, pasti kamu gak nyaman yah, tidur memakai celana panjang jeans kayak gitu."
"Mau ke mana Ma, udah rapih pagi-pagi gini?" tanya Rudi, melihat sang istri pagi benar sudah bersiap dengan tas di bahunya."Mama hanya mau nengokin rumah anak menantu kita, udah mau tiga hari ditinggalkan, takutnya gak ada yang ngurus!" "Bukannya udah ada penjaga rumahnya yang merangkap sebagai sebagai tukang bersih-bersih juga yah?""Iya nih, gimana coba masa rumah Segede itu, yang kerja cuma seorang, kan kasihan, masa iya dia bisa nanganin semua kerjaan gitu!!" "Iya juga sih, yah kata Arman kan itu hanya sementara, mungkin mereka belum menemukan orang yang cocok buat jadi ART, Ma!""Ya udah Mama berangkat dulu yah, Papa mau ikut, kan sekarang weekend?""Hmmm ... iya deh, sekalian nemenin Mama."*****"Tuan, Nyonya!" sapa sang penjaga rumah Arman sambil tersenyum ramah."Gimana, rumah aman?" tanya Rudi."Aman terkendali, Tuan." "Bagus. Ini ada sedikit kue, lumayan buat ngemil-ngemil sambil minum kopi." Rima memberikan kotak makanan berisi bolu marmer buatannya."Makasih Nyonya, k
"Hah! Mau bertemu Arman pakai memakai pakaian seperti ini! Memalukan, kamu mau menggoda menantu saya, hah! Dasar wanita murahan!!" bentak Rima dengan tatapan jijik melihat pakaian yang dikenakan Rahayu."Maaf Bu, tapi saya bukan wanita murahan!" Rahayu tak terima dia dihina."Kalau bukan wanita murahan apa namanya, masuk ke rumah pria sudah beristri dengan pakaian minim kurang bahan kayak gitu, kayak gak pakai baju! Mana ada wanita baik-baik berbuat rendah kayak gini!!" Emosi Rima makin meninggi, ternyata wanita di depannya ini tampak tak tahu malu."Sayaaa ... udah janjian kok sama Arman." Karena sudah terdesak dia berusaha berbohong."Heeemm ... kamu mau membual di depan saya, hahaha ...!! Mana ada menantu saya doyan wanita kayak kamu, kamu itu gak selevel sama anak saya, jauuh ...!!" Rima menatap Rahayu dengan tatapan merendahkan."Ibu jangan salah, saya ini adalah mantannya waktu SMA, dan saya yakin Arman masih menyimpan rasa sama saya!!" Rahayu tidak terima dirinya dihina, dia pu