"Mau ke mana Ma, udah rapih pagi-pagi gini?" tanya Rudi, melihat sang istri pagi benar sudah bersiap dengan tas di bahunya."Mama hanya mau nengokin rumah anak menantu kita, udah mau tiga hari ditinggalkan, takutnya gak ada yang ngurus!" "Bukannya udah ada penjaga rumahnya yang merangkap sebagai sebagai tukang bersih-bersih juga yah?""Iya nih, gimana coba masa rumah Segede itu, yang kerja cuma seorang, kan kasihan, masa iya dia bisa nanganin semua kerjaan gitu!!" "Iya juga sih, yah kata Arman kan itu hanya sementara, mungkin mereka belum menemukan orang yang cocok buat jadi ART, Ma!""Ya udah Mama berangkat dulu yah, Papa mau ikut, kan sekarang weekend?""Hmmm ... iya deh, sekalian nemenin Mama."*****"Tuan, Nyonya!" sapa sang penjaga rumah Arman sambil tersenyum ramah."Gimana, rumah aman?" tanya Rudi."Aman terkendali, Tuan." "Bagus. Ini ada sedikit kue, lumayan buat ngemil-ngemil sambil minum kopi." Rima memberikan kotak makanan berisi bolu marmer buatannya."Makasih Nyonya, k
"Hah! Mau bertemu Arman pakai memakai pakaian seperti ini! Memalukan, kamu mau menggoda menantu saya, hah! Dasar wanita murahan!!" bentak Rima dengan tatapan jijik melihat pakaian yang dikenakan Rahayu."Maaf Bu, tapi saya bukan wanita murahan!" Rahayu tak terima dia dihina."Kalau bukan wanita murahan apa namanya, masuk ke rumah pria sudah beristri dengan pakaian minim kurang bahan kayak gitu, kayak gak pakai baju! Mana ada wanita baik-baik berbuat rendah kayak gini!!" Emosi Rima makin meninggi, ternyata wanita di depannya ini tampak tak tahu malu."Sayaaa ... udah janjian kok sama Arman." Karena sudah terdesak dia berusaha berbohong."Heeemm ... kamu mau membual di depan saya, hahaha ...!! Mana ada menantu saya doyan wanita kayak kamu, kamu itu gak selevel sama anak saya, jauuh ...!!" Rima menatap Rahayu dengan tatapan merendahkan."Ibu jangan salah, saya ini adalah mantannya waktu SMA, dan saya yakin Arman masih menyimpan rasa sama saya!!" Rahayu tidak terima dirinya dihina, dia pu
Jelita malas sekali untuk turun dari tempat tidurnya, tapi perutnya yang keroncongan memaksanya untuk keluar dari kamarnya.Jelita tidak keluar dari hotel, dia hanya makan di restoran yang ada di hotel tempatnya menginap, menikmati sarapan yang dia rapel dengan makan siang, karena hari sudah mendekati jam makan siang.Menikmati makanan dengan hati yang gusar, masih memikirkan sikap suaminya semalam.Sedikit demi sedikit makanan di piring pun habis tak bersisa, menyeruput air jeruk yang segar, tapi sayangnya tak bisa menyegarkan pikirannya yang kalut.Jelita beranjak meninggalkan restoran, berjalan gontai tanpa tujuan, dia pun tak lantas menuju kamarnya. Tujuannya ke sebuah cafe, yang ada di hotel itu dengan pemandangan yang cukup asri karena ada pintu menuju ke luar dan di luarnya ada taman yang cukup indah, kita bisa menikmati segelas kopi dengan view yang cukup bagus."Mungkin duduk sebentar di sini pikiranku bisa sedikit lebih relaks."Memilih duduk di salah satu bangku di luar me
Melihat keadaan sang putri yang hari ini lebih baik membuat Revan sedikit lega, setidaknya bisa meninggalkannya sementara."Jessi Sayang, hmmm ... kalau Papa mau pergi sebentar gak apa-apa yah?" tanyanya hati-hati, karena moodnya anak ini tidak tentu."Emang Papa mau ke mana?" tanya Jessi."Hmmm ... Papa ada kerjaan sangat penting, Nak.""Memangnya Papa gak bisa tunda aja sampai Jessi sembuh." Sepertinya Jessi tidak rela dia ditinggalkan."Sebentar aja kok Sayang," bujuk Revan."Enggak Pa, aku mau Papa di sini aja. Temenin Jessi, Jessi kan lagi sakit Pa." Jessi menghiba tak ingin sampai Papanya pergi."Ini penting banget Sayang, yah. Boleh yah? Di sini kan ada Mama, ada Opa sama Oma juga kan suka ke sini jengukin Jessi." Revan terus membujuknya. "Jessi gak mau Papa pergi, Papa harus di sini! Jessi gak mau makan kalau gak ada Papa!" Jessi memanyunkan bibirnya, kesal dengan Papanya yang tetap ingin pergi."Ayolah Sayang, boleh yah. Kalau urusan Papa selesai, Papa langsung balik lagi ke
"Kamu sangat cantik dengan gaun itu, Sayang," puji Arman yang tak berkedip menatap sang istri."Makasih, kamu juga sangat tampan." Begitupun Jelita, entah kenapa malam ini Arman begitu terlihat berbeda di mata Jelita, terlihat begitu tampan bahkan lebih tampan dari Revan.'Mas Arman kelihatan tampan malam ini ataukah aku yang baru menyadarinya kalau dia memang tampan yah!' gumam Jelita."Ayo, kita makan dulu, setelah itu aku ada kejutan untuk kamu." Arman menggandeng tangan Jelita menuju meja makan yang tak jauh dari tempat mereka berdiri."Silahkan duduk, bidadariku." Arman mempersilahkan duduk seraya menarik kursinya."Makasih."Mereka duduk saling berhadapan, ada rasa yang tak biasa yang menerpa hati Jelita, hatinya begitu lega, bisa melihat wajah suaminya lagi, ternyata suaminya tidak meninggalkannya demi wanita lain, bahkan dia membuat kejutan makan malam yang romantis untuknya.Waiter membawakan mereka berbagai jenis sajian, mereka menikmatinya dengan hikmat, saling berpandangan
Revan masih sabar menunggu, matanya tak lepas dari pintu masuk.'Liii ... cepat datang, Sayang!' Hatinya gelisah, hingga beberapa jam sosok yang dia tunggu tak juga muncul.Revan mengambil ponselnya, bermaksud menelepon Jelita tapi sayang tak ada tanda-tanda aktif dari ponsel Jelita."Kayaknya orang yang ditunggu suamiku tidak akan datang," gumam Veronika tapi dia tidak berniat beranjak dari tempat persembunyiannya, dia mau tahu sejauh mana kesabaran Revan.Malam semakin larut, Revan semakin putus harapan, tampaknya wanita yang dia harapkan tidak akan datang.'Liii ...'"Mau sampai kapan kamu menunggunya, Mas?" gumam Veronika, ada rasa sedikit cemburu di hatinya, Revan begitu sabar menunggu wanita itu.Tatapan Revan terus mengarah ke pintu, masih berharap wanitanya muncul.'Liii ... di mana kamu Li, aku masih menunggumu, Liii ... datanglah!' batin Revan yang makin gusar."Pak, Maaf restoran akan segera tutup, apa Bapak masih akan menunggu?" tanya seorang pegawai restoran yang menghamp
Berbeda dengan kedua pasangan ini, di kota nun jauh di sana, sepasang suami istri tengah berbahagia, mereka baru saja merayakan hari kelahiran sang istri.Jelita tidak percaya, dirinya akan jatuh dalam pesona Arman, laki-laki yang telah menjadi suaminya sejak tujuh bulan yang lalu itu.Hingga tak sadar kini dia sudah dalam pelukannya, berdebar tak menentu, saat Arman mulai mencumbu dirinya di kamar."Eeeeuh ... Mas, tunggu yah, aku mau ke kamar mandi dulu," sergah Jelita saat Arman akan menarik resleting gaun yang dipakai Jelita."Baiklah," Arman yang sudah biasa mendapat penolakan, hanya bisa pasrah.'Apa kali ini dia akan menolakku lagi? Jangan sampai deh, aku sudah terlanjur meminumnya.' Arman berharap-harap cemas.Jelita masuk ke kamar mandi sambil membawa sesuatu. 'Mas Arman sudah memberiku kejutan yang manis malam ini.' Jelita menatap jari manisnya yang sudah tersemat cincin berlian yang indah sambil tersenyum.'Aku harus membalasnya, aku pun akan memberikannya kejutan yang tida
Hingga pagi menjelang, mereka tidur sambil berpelukan.Arman terbangun, menggesek-gesek matanya, dia lihat sebelahnya wanita yang sudah dia nikahi selama tujuh bulan itu dalam keadaan polos."Ya Tuhaan ... semalam itu benar-benar terjadi, itu bukan mimpi, aku telah melakukan malam pertama dengan perempuan yang paling aku cintai!" Senyumnya terbit mengingat malam pertamanya tadi malam.Arman kemudian mengecup mesra kening Jelita sambil mengucapkan, "Makasih Sayang, aku sangat bahagia akhirnya aku bisa memilikimu seutuhnya, kamu telah memberikan sesuatu yang sangat berharga untukku, hanya untukku, aku janji aku akan selalu setia dan selalu sayang sama kamu." Senyum Arman mengembang teringat berapa kali dia gagal menaklukkan Jelita, memintanya untuk memberikan haknya, tapi tadi malam dia mendapatkan, sungguh bahagianya tidak dapat dia ungkapkan hanya dengan kata-kata."Jelitaaaa ... akhirnya aku mendapatkan kamu, bahkan tadi malam kamu panggil aku Sayang, apa di hatinya sudah tumbuh ras