공유

Bab 3 Nyaman

작가: D Lista
last update 최신 업데이트: 2023-02-16 09:00:00

BAB 3 Nyaman

Refan masih belum bisa memejamkan mata, karena kebiasaan buruk akibat segelas kopi yang diminumnya. Niat hati menahan kantuk untuk mengedit hasil jepretan dan video yang diambil saat dia traveling malah berujung insomnia.

Suasana rumah sudah lengang, saat ia hendak turun ke lantai bawah. Sayup-sayup terdengar suara dari dalam kamar yang ia lewati. Kamar pengantin pikirnya, ternyata bukan. Suara itu dari kamar abangnya. Mencoba memutar knop, ternyata di kunci. Ia mengetuknya beberapa kali. Namun tidak ada jawaban. Baru saja hendak pergi, terdengar pintunya dibuka.

"Hmm, menyesal?" ungkap Refan dengan nada sedikit mengejek.

Syila hanya tertunduk membuat Refan tidak tega melihatnya.

"Bang Zein nggak ke sini?" tanya Refan penasaran.

Syila hanya menggelengkan kepala. Tangannya mengusap lelehan air mata yang sudah membasahi pipi. Wajahnya pasti sudah kusam dan jelek pikirnya.

"Sini, gue temani begadang." Kali ini Syila menurut. Ia bahkan lupa kalau keputusannya sudah seperti memasukkan serigala yang berpura-pura menjadi domba. Sewaktu-waktu bisa saja serigala itu menerkamnya.

Sejatinya Syila tahu, ipar adalah godaan besar. Ia pernah mendengar cerita ustaz saat dirinya tinggal di pesantren. Namun, hatinya yang terlampau sakit membuang jauh pemikiran itu. Ia butuh teman berbagi. Ia tidak bisa bercerita pada keluarganya. Bisa-bisa ayahnya terkena serangan jantung mendadak. Mau bercerita pada ibunya jelas sudah tengah malam. Pun temannya pasti sudah terlelap karena lelah bekerja. Ia yakin Refan tidak akan berbuat melewati batasan.

"Duduk!" titah Refan disertai tangan yang menepuk sofa di sampingnya.

Setelah Syila menutup pintu, ia duduk dengan patuh.

"Mau ngapain?" ujar Syila. Refan melihat penampilan Syila yang mengenakan piyama motif doraemon membuatnya tergelak.

"Ishh, malah ketawa," ucap Syila tidak terima.

"Lu maunya ngapain?" Refan menghentikan tawanya khawatir membuat Syila tersinggung.

"Ckk. Malah ganti nanya, lagi," decak Syila sambil memutar bola mata jengah.

"Maunya gue ya ayo tidur aja!" lanjut Refan santai sambil mengangkat kaki kanan ditumpangkan ke paha kiri, lantas menopang dagunya.

"What. Kamu sudah nggak waras, ya?!" teriak Syila.

"Memang," balas Refan dengan santainya.

Syila mendengkus kesal. Refan justru terbahak melihat wajah cemberut Syila. Entah mengapa Refan semakin merasa senang saat melihat wajah kesal itu.

"Lu sudah ngantuk belum?" tanya Refan mulai serius.

Syila menggeleng.

"Aku nggak bisa tidur." Syila menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ya sudah ayo main game aja!" Refan menunjukkan layar ponselnya yang berisi game pembunuh kebosanan di saat waktu luangnya.

"Tapi aku nggak bisa main game ini," tunjuk Syila. Obrolan mereka sudah mulai cair.

"Mana ponsel lu. Gue ajarin. Install dulu lewat playstore."

Gegas Syila mengambil ponselnya yang ada di nakas, lalu menyodorkan ke Refan untuk diinstallkan game yang dimaksud.

"Betah amat berdiri. Duduk sini lah!"

Refan menepuk sofa yang bisa muat untuk duduk dua orang. Syila tampak ragu untuk duduk. Namun, sedetik kemudian ia duduk juga di samping Refan.

"Lu takut, gue apa-apain?" lanjut Refan sambil mengedikkan alis.

Syila terkesiap dengan ucapan Refan. Ia segera menggeser duduknya memberi jarak lebar. Melihat tatapan Refan, bukan tak mungkin dirinya jatuh ke pesona laki-laki playboy macam Refan.

"Jangan macam-macam!" Peringatan Syila membuat Refan tergelak.

"Siapa juga yang tertarik sama cewek galak macam lu." Sontak saja Syila melototkan matanya.

"Ayo, mulai. Nih sudah bisa."

Syila menerima ponselnya kembali yang sudah terinstall game. Mereka akan memainkan game itu berdua.

"Gimana caranya?" Syila meminta Refan menjelaskan caranya. Refan dengan senang hati mengajarinya. Mudah saja bagi Syila mengikuti arahan Refan.

"Fan, Mbak Sania cantik, Ya?"

"Cantik banget malah," ucap Refan singkat.

"Ckk, kenapa juga Mas Zein mau nikahin aku. Lagipula istrinya cantiknya selangit. Kamu aja bilang gitu."

"Trus kenapa?"

"Ya, aku merasa nggak bakal bisa nyaingin Mbak Sania."

"Huh, dasar gadis polos."

"Cantik itu dari hati, nggak cuma cantik di wajah, Syila." Refan meletakkan telunjuk ke dadanya.

Syila tertegun dengan ucapan Refan. Ia menatap jari-jemari Refan lihai sekali memainkan game di ponsel. Benar adanya apa yang diucapkan laki-laki di sampingnya itu.

"Tapi berat melakukannya. Mas Zein mungkin menyesal kalau lihat wajah asliku tanpa make up." Syila tertunduk mengingat tindakannya yang suka memoles wajah seolah gadis buruk rupa ingin menjelma menjadi putri raja.

Refan beralih fokus dari layar menoleh ke arah Syila. Ia melihat tatapan sendu di wajah Syila.

"Kamu yakin mau memikat hati Bang Zein?"

Syila mengangguk.

"Tidak perlu menjadi orang lain, Syila. Jadilah dirimu sendiri. Bang Zeim memang suka wanita cantik, tapi gue tahu betul dia paling suka wanita yang cantik sekaligus baik hati. Jadi, selain wajahmu yang cantik, pastikan hatimu juga cantik."

"Ckk, sama aja. Aku harus cantik dan baik hati."

"Kenapa sih lu nggak pede gitu. Wajah lu memang pas pasan. Tapi lumayan lah kalau di pajang di depan umum."

"Memangnya aku manekin?!" teriak Syila tak terima. Refan terkekeh melihat Syila yang murka.

"Ingat selalu gunakan B *** cosmetics, di depan suamimu!" Saran Refan membuat Syila sejenak terdiam dan berpikir.

"Kalau saja make up ini aku hapus, orang-orang pasti mencibirku," guman Syila sembari memegang pipinya yang tertutup hijab. Wajah berjerawatnya memang sedang dalam perawatan menggunakan B *** cosmetics. Ia berharap hasilnya cepat terlihat seperti yang Refan sarankan.

"Ah, aku harus rutin mencoba saran dari Refan."

Tanpa sadar mereka sudah berjam-jam memainkan game itu sampai larut. Syila menguap beberapa kali, sementara Refan masih belum merasakan kantuk. Ia masih terjaga efek dari kopi yang diminumnya.

"Sudah tidur sana kalau mengantuk!" pinta Refan. Namun Syila sudah setengah sadar hanya berguman tidak jelas. Kepalanya ambruk ke bahu Refan. Pun ponselnya jatuh di pangkuan. Refan segera mengambil ponsel itu, lalu meletakkan di sampingnya. Ia memindahkan tubuh Syila ke ranjang, supaya tidak pegal jika dibiarkan tidur di sofa.

"Tidurlah yang nyenyak. Biarkan malam pertamamu tidak terlewat sia-sia."

Refan mendekatkan wajahnya ke wajah Syila. Memindai wajah kusam yang terlalu lama menangis akibat ulah abangnya.

"Cantik. Sayangnya, lu terlalu polos, Syila."

Jari telunjuk Refan menyusuri dahi Syila. Ia mencoba menghilangkan kerutan-kerutan di sana. Tak berhenti disitu, jarinya lalu menuju hidung dan berakhir di bibir tipis yang memancing gejolak di dalam sana. Ia pria yang normal. Sayang sekali, Syila memilih Zein daripada dirinya.

"Astaga. Gue bisa gila kalau lama-lama di sini." Refan segera menarik tubuhnya menjauhi ranjang. Diambilnya selimut yang terlipat rapi di sisi ranjang, lalu ditutupkan ke tubuh Syila hingga sebatas leher.

"Semoga mimpi indah, Arsyila Ramadanti."

Refan menatap ke arah jam weker di nakas. Tepat jam setengah satu malam. Gegas ia kembali ke kamarnya. Membuka pintu dengan satu tangan menutup mulut akibat menguap, ia dikejutkan oleh Zein yang berdiri di depan pintu kamar.

"Abang!" Matanya yang hampir meredup seketika membelalak sempurna.

"Apa dia sudah tidur?" Terlihat wajah khawatir Zein seraya melongok ke dalam. Refan segera keluar kamar dan menutup pintunya.

"Sampai kapan Abang mau membuatnya tersiksa?"

Zein tidak berniat menjawab. Ia hanya mengedikkan bahu, lalu menerobos masuk ke kamarnya.

"Abang mau ngapain?"

"Ambil baju."

"Sania?" cecar Refam. Zein meletakkan telunjuknya di bibir supaya Refan tidak berisik.

"Sudah tidur." Zein menutup almari setelah mendapatkan piyama tidur, karena kemeja yang dipakai sebelumnya masih melekat di badannya.

"Ayo keluar sana!"

"Abang mau tidur di mana?" Refan sudah bersikap layaknya polisi yang sedang patroli.

"Di sana lah. Nanti Sania mengamuk kalau bangun-bangun nggak ada abang di sana."

"Ckk. Kirain abang mau tidur sini." Refan terkikik pelan.

"Nggaklah. Tolong jaga Syila baik-baik, Fan! Selagi abang nggak bisa mengawasinya."

"Pasti. Gue juga bisa menjaganya di sini sampai besok pagi, kok. Nggak masalah." Refan mengangkat alisnya ke atas, sedangkan Zein hanya mendecis.

"Gila kamu! Memangnya aku nggak tahu kalau singa tidak pernah menolak saat disodori daging segar?"

Refan terbahak, reflek Zein segera menutup mulut sang adik lalu menyeretnya keluar.

Pagi-pagi, Syila sudah memulai dengan kebiasaannya salat Subuh, lalu mandi dan menuju ke dapur. Meskipun semalam ia tidur larut entah jam berapa dirinya sudah tidak ingat. Ia masih sempat membentangkan sajadah di sepertiga malamnya. Ia berkeluh kesah pada Rabbnya.

Syila tidak tahu kapan dirinya pindah ke ranjang. Pikirannya terusik, siapa yang memindahkan dirinya ke ranjang, Zein atau Refan. Malu benar rasanya jika Refan yang melakukannya.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (3)
goodnovel comment avatar
D Lista
sudah banyak yg baca lho kak. baru kakak yg komentar seperti ini. jadi silakan dibaca dulu pelan2 ya....
goodnovel comment avatar
D Lista
maaf, jika tidak suka ceritanya kondisikan komentar yg positif ya kak. lanjut baca dulu biar tahu ceritanya.
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
hei anjing, koq ada orang sejahat ini. yg menulis cerita juga g punya otak dan perasaan. lebih sadis dari binatang
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 42 TAMAT

    S3 Bab 42 "Beginikah caranya menghukum diri sendiri, huh?" "Alea." Irsyad melebarkan matanya. Sedetik kemudian ia mengucek berulang untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah sebuah fatamorgana. "Al, kamu datang?" lirih Irsyad sambil menoleh ke sekitar. Tidak ada orang lain selain mereka berdua. Alea lantas duduk di kursi sebelah Irsyad dengan meja kecil sebagai penghalang. Irsyad berusaha menetralkan deru napasnya. Rasa haru menyeruak. Kesedihan karena memikirkan kebencian Alea terhadap dirinya pun terpatahkan. Nyatanya, Alea masih mau menemuinya. "Ya, aku datang karena ada yang mengundang," ucap Alea dengan wajah datar. Gaya bicaranya tidak sesopan dulu dengan menyebut aku saat bicara. Tatapannya tidak sedikitpun mengarah pada Irsyad. Lelaki itu sadar diri, Alea pasti masih benci padanya. "Kamu tahu Om tinggal di sini?" "Sangat mudah dicari, bukan?" cetus Alea. Irsyad hanya beroh ria. "Aku akan menikah, jadi silakan mau bicara apa?" lanjut Alea. Irsyad menarik napas dalam.

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 41

    S3 Bab 41Sesampainya di rumah, Alea mengucap terima kasih pada Damar dan memaksanya segera pulang. "Alea!" "Mama?!" Perempuan paruh baya yang menanti kedatangannya segera memeluk erat. Ya, Syifa sudah seminggu sakit dan terbaring di tempat tidur merindukan putrinya. "Mama! Maafin Alea. Mama sakit gara-gara Alea, kan?" sesal Alea sambil mengeratkan pelukannya. "Tenanglah, Al. Mamamu sakit bukan karena kamu. Tapi dia ngidam." "Apa?!" "Ishh. Papa nih, nggak usah becanda. Orang anaknya barusan pulang malah dibecandaain." "Maksudnya apa, Pa? Mama ngidam? Mau punya adik bayi?" Alea sudah melototkan matanya horor ke arah papa dan mamanya. Sementara Rendra yang baru saja ikut duduk di sofa hanya bisa terkikik. "Apaan sih, Ren? Kamu ngerti?" "Tuh, Mama ngidam pengin punya mantu, Mbak," celetuk Rendra masih dengan tertawa renyah. "Astaga. Kamu masih SMA udah mau nikah? Awas ya, belajar dulu sana!" "Yeay, siapa juga yang mau nikah. Mbak Alea tuh yang dilamar sama Mas Damar. Mama dan p

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 40

    S3 Bab 40 "Aku mau melamarmu." "Hah?!" Alea ternganga. "Mas Damar sudah gil*. Alisa mau dikemanain coba?" protes Alea. "Alisa mau menyelesaikan kuliahnya dulu. Saat di bandara, Alisa mengikuti kepergian Damar menyusul Alea. Namun, Alisa hanya mendapati Damar yang melangkah lesu di batas ruang masuk penumpang dan pengantar. "Mas Damar? Sudah ketemu Mbak Alea?" "Tidak Lisa. Alea sudah pergi." "Oh, gitu. Kita perlu bicara Mas." "Ya, Lisa." "Kami berdua memutuskan memilih jalan masing-masing terlebih dulu, Al. Siapa yang menemukan jodoh duluan ya tidak apa kalau mau menikah lebih dulu." "Astaga, memangnya kami berdua mainan. Mas Damar gonta ganti melamarku atau Alisa," ucap Alea tak terima. Namun, ia setengah bercanda. "Ya gimana lagi, kalian sama-sama cantik." "Dasar laki-laki!" "Ough. Jangan kasar Al. Kamu masih pakai jurus karatemu?" "Iya lah. Mau dihajar?" "Ampun, Al." Alea tersenyum mengembang. Tiga bulan ia bisa menghilangkan rasa sakit hatinya pada Damar. Hanya mela

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 39

    S3 Bab 39 Dua bulan berlalu, Alea sudah mulai menikmati perannya di tempat tinggal yang baru. Ia kini tinggal di salah satu kota kecil di Austria yakni kota Klagenfurt. Saat sampai di Vienna Internasional Airport, Alea hanya memberi kabar pada keluarganya kalau sudah sampai. Ia meminta izin memberi kabar kembali setelah tiga bulan selesai. Setelah Syifa mengiyakan dengan berat hati, Alea pun menonaktifkan nomernya dan berganti ke nomer lokal. Satu yang tidak dikatakan Alea pada keluarganya adalah tempat akhir yang ia tuju. Keluarga tahunya Alea ada di kota Vienna bukan di Klagenfurt. "Al, masih lama nggak me time kamu?" tanya Aida satu-satunya mahasiswa dari Indonesia yang ada di Klagenfurt. Terhitung sekarang ada dua mahasiswa termasuk Alea. "Kenapa? Kamu terburu, ya?" jawab Alea sambil menikmati pemandangan danau yang membentang luas di depannya. Danau yang biasa dengan sebutan Wörthersee di Klagenfurt memang indah. Dengan berdiri di pinggir danau, Alea bisa melihat pegunungan A

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 38

    S3 Bab 38 "Maaf, Ma. Alea harus pergi. Hanya tiga bulan saja, Alea janji Ma." "Sayang, Papa dan Mama pegang janjimu. Di sana tiga bulan jangan berbuat aneh-aneh. Kamu harus jadi wanita kuat seperti mamamu," pesan Zein. "Iya, Pa, Ma. Alea janji. Jaga diri Mama dan Papa. Alea berangkat sama Rendra saja." "Baiklah, Sayang. Hati-hati, jangan lupa kabari kami kalau sudah sampai di sana," lirih Syifa sambil memeluk erat Alea sebelum pergi meninggalkannya. "Gimana Alea, Pa?" "Ma, Alea anak yang kuat. Kita sebagai orang tua harus mendoakan yang terbaik untuknya. Selalu berprasangka baik sama Allah." Syifa mengangguk lalu menghambur ke pelukan Zein untuk menumpahkan tangisnya. Selama 20tahun ini Syifa tidak pernah ditinggalkan Alea. Justru Syifa yang meninggalkannya saat bertugas menjadi relawan. Namun, kali ini Alea yang pergi membuat hatinya bersedih. "Sayang, ingat Alea pergi untuk menuntut ilmu. Allah akan mengangkat derajat putri kita. Jadi kita tidak pantas bersedih. Kita seharusn

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 37

    S3 Bab 37 Plak! "Keterlaluan kamu, Syad. Begini caramu membalas apa yang sudah kuberikan?! Kamu membalas sakit hatimu karena perasaanmu padaku, kan? Kamu memanfaatkan Alea, putriku?" "Tidak, Fa. Tolong jangan berpikir begitu." "Jangan pernah muncul lagi di hadapanku! Kamu pantas mendapat hukuman yang setimpal." Irsyad terhenyak, kekecewaan Syifa menari-nari di wajahnya. Ia merasa terluka karena telah mengecewakan hati Syifa. Perempuan yang sudah menjadi kakak angkatnya. Mengubah kehidupannya yang gelap hingga menjadi terang. Bahkan dulu namanya pernah singgah di hati Irsyad. Malam itu, Irsyad dan Rendra menemukan hotel tempat Alea dibawa Ronald berdasar informasi dari teman Alea bernama Yoga. Irsyad memaksa resepsionis mengecek kamar atas nama Ronald dengan dalih calon istrinya bersama laki-laki itu. Rendra menunggu di lobby, sedangkan Irsyad mencari ke kamar. Sesampainya di kamar yang dituju, Irsyad hanya mendapati Ronald yang membuka pintu dan Alea ada di dalamnya. Tanpa berpi

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 36

    S3 Bab 36 "Maaf, sebaiknya saudara Irsyad menjelaskan di kantor. Karena Pak Ronald sudah memberi keterangan terkait kejadian di hotel malam itu sesuai yang dilaporkan Mbak Alea." "Saya pikir cukup lelaki bernama Ronald itu yang ditangkap, Pak," bela Alea. "Maaf, Mbak Alea. Kami perlu membawa Saudara Irsyad. Sebab dia juga berada di hotel yang sama malam itu." "Apa?!" pekik Alea. "Tenanglah Alea, ini pasti salah paham. Baik, saya akan ikut ke kantor." "Tapi, Syad. Acaranya?" Syifa menagih jawab atas pertanyaan yang sudah bisa ia tebak jawabannya. "Pak, kalau boleh Irsyad datang ke kantor polisi setelah acara akad nikah selesai," bujuk Zein. "Maaf, kami harus membawa saudara Irsyad sekarang juga." Zein tersentak, pun Syifa tidak bisa menahan air mata. Acara sakral putrinya mendadak kacau. Ini tentu tidak masuk dalam perkiraannya. Ia sungguh kasian pada Alea yang mendapat masalah bertubi. "Jangan khawatir Mas, Fa. Aku akan baik-baik saja. Setelah urusan dengan polisi selesai, ak

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 35

    S3 Bab 35 Seminggu berlalu, Irsyad sudah menyelesaikan persiapan akad nikah bersama Alea. Sesuai kesepakatan, keduanya tidak menceritakan pada Syifa dan Zein kalau pernikahan ini dijalani serius. "Om kebayanya bagus, nggak? Udah pas belum?" tanya Alea dengan wajah tak henti-hentinya mengulas senyum. Ia terkadang geli sendiri. Hubungan yang baru mau dibangun dengan Damar kandas, ternyata tergantikan oleh sosok lelaki dewasa yang tidak jauh-jauh dari kehidupannya. "Jelas, cocok, Al. Yang makai juga cantik kok, iya kan, Mbak?" celetuk Irsyad pada petugas butik yang melayani. "Iya, Mbak Alea cantik. Apalagi memakai kebayanya, pas banget deh." "Ishh, Mbak bisa aja." Senyum kembali terukir di bibir Alea sambil memandang sekilas Irsyad yang mengambil jas lalu memakainya. "Sini, Al!" Irsyad melambaikan tangan supaya Alea berdiri di sampingnya. Keduanya berdiri di depan cermin. "Serasi banget, Om," ujar Alea. Namun, senyum Irsyad tiba-tiba surut. Lelaki itu mendekat ke telinga Alea hingg

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 34

    S3 Bab 34 "Al, boleh Us ngobrol sebentar?" tanya Silvi dengan wajah serius. Ia membiarkan Maryam menikmati es krimnya di kursi tak jauh dari keduanya duduk. "Ya, Us." Alea merasa sedikit salah tingkah. Ia menduga Silvi akan bertanya tentang Omnya. "Apa benar Mas Irsyad mau menikahimu?" "Us Silvi sudah tahu?" tanya Alea. Jelas ia hanya berbasa basi. Pastilah Irsyad sudah memberitahu. Sebab sebelumnya Irsyad berencana melamar Silvi. "Mas Irsyad yang ngasih tahu. Sebenarnya Abi sudah berharap Mas Irsyad melamar Us, Al. Maryam juga seneng banget bisa punya ayah baru, tapi...." Ucapan Silvi menggantung saat ponsel Alea tiba-tiba berdering. "Maaf Us sebentar." "Iya benar, tas selempang warna krem." "Gimana, tadi Us? Maaf ada yang menyela," celetuk Alea sambil meletakkan ponselnya ke meja. "Kalian benar-benar akan menikah?" tanya Silvi dengan wajah sendu. "Kamu kan tahu Al, Mas Irsyad baru mau memulai lagi hubungan baik dengan Us. Abi juga sudah menerimanya. Kenapa dia harus merelak

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status