Share

Bab 2 Malam Pertama

Author: D Lista
last update Last Updated: 2023-02-16 08:59:14

BAB 2 Malam Pertama

Mata Syila mengerjap pelan. Ia memejam kembali, lalu membuka perlahan matanya. Yang dilihat pertama kali bukanlah suaminya, melainkan mertuanya umi Hira.

"Mi. Mas Zein mana?" tanya Syila dengan wajah memelas. Tampak raut bingung terlukis di wajah Hira.

"Oh, Zein sedang mandi di kamar sebelah. Tunggulah sebentar, nanti dia kemari!" ungkap Hira. Ia mencoba menenangkan menantunya.

"Kepalaku pusing, Mi." Syila meraba kepalanya yang tertutup jilbab instan berbahan kaos. Ia juga meraba badannya ternyata kebayanya sudah terlepas berganti dengan gamis. Melihat kebingungan di wajah Syila, Hira tersenyum sekilas.

"Umi yang tadi nggantiin baju kamu." Syila terkesiap, lalu beroh ria. Rasanya malu jika sampai suaminya yang mengganti bajunya. Sebab ia belum terbiasa.

"Mi, Wanita yang hamil besar tadi?" tanya Syila menggantung. Wajah tersenyum Hira berubah sendu. Seolah ingin menyampaikan berita sedih untuk Syila.

"Oh, nggak usah dijawab kalau gitu, Mi. Syila sudah tahu. Mas Zein yang sudah jelasin tadi," lanjut Syila dengan muka pasrah.

"Maafkan umi, Syila! Umi hanya ingin Zein bahagia, menemukan wanita yang bisa membuatnya tersenyum kembali setelah terluka. Umi percaya wanita yang cocok itu kamu."

"Bahagia? Apa hanya Mas Zein yang berhak bahagia? Lantas aku?" Syila berkutat dengan pikirannya sendiri. Otaknya mendadak buntu. Ia teringat ucapan wejangan dari ayah dan ibunya sebelum memutuskan menerima perjodohan ini.

"Syila, perusahaan ayah sedang diujung tanduk. Hanya kamu putri satu-satunya yang bisa menyelamatkan. Mas Arka sudah berkeluarga dan punya anak. Dia sibuk dengan pekerjaannya sebagai pengajar."

"Maksud Ibu gimana?" Syila mengerutkan keningnya tak paham.

"Menikahlah dengan putra rekan bisnis ayah ya!" Syila tercenung.

"Menikah. Yang benar saja?" Bagi Syila menikah muda belum masuk dalam list rencana jangka pendeknya. Haruskah ia mengikuti jejak sang ibu yang menikah di usia 22 tahun dengan sang ayah yang seorang duda beranak satu. Usia mereka terpaut jauh, hampir 17 tahun kala itu.

Di usianya yang baru genap 20 tahun, Syila ingin meniti karirnya. Begitu ibunya meminta, bagaimana bisa ia menolaknya. Ia termasuk anak yang patuh, meski gejolak hati ingin menentang itu ada. Syila tidak ingin mengecewakan ibunya. Terlebih akhir-akhir ini ayahnya sering keluar masuk rumah sakit untuk pengobatan sakit jantung.

"Syila mau asal ayah dan ibu merestui. Karena tanpa restu kalian, Syila tidak mungkin bisa kuat menjalani." Swari sang ibu mengulas senyum. Kenyataan membujuk putrinya tidak sesulit yang ia bayangkan.

Sebulan setelah keputusan menerima perjodohan, Syila berangkat ke Jakarta meninggalkan kota kelahirannya Yogyakarta. Sesuai ijazahnya, Ia bekerja sebagai sekretaris di perusahaan calon mertuanya. Perusahaan kosmetik ternama itu dipegang oleh pria tidak lain putra pemilik perusahaan. Namanya Zein Raditya Arkana. Syila dan Zein menjalin hubungan perkenalan melalui statusnya yaitu sekretaris dan bos.

Syila terbangun dari lamunannya. Ia tersenyum kecut jika mengingat proses perjodohannya dengan Zein. Terlintas sebuah penyesalan karena tidak mengindahkan ucapan adik iparnya bernama Refan Raditya Arkana saudara kembar suaminya.

"Umi ke kamar dulu ya, mau mijit abi katanya capek tadi berdiri terus menyalami tamu." Syila mengangguk, mencoba tersenyum pada ibu mertuanya.

"Jangan lupa supnya dihabiskan sama jahe panasnya juga ya! Biar pusingnya reda."

"Ya, Mi. Terima kasih."

Malam telah menyambut, terlihat dari jam di nakas menunjuk pukul setengah delapan. Syila melihat semangkuk sup yang masih mengepul ada di nampan bersama segelas jahe yang membuat air liurnya mengucur. Sepertinya lezat dan hangat. Gegas ia mengambil jahe itu dan menyeruputnya sedikit karena masih panas. Ia beralih mengambil mangkuk sup.

Sup berisi kuah daging ayam dan sayuran brokoli, wortel serta daun bawang menghangatkan tubuhnya setelah tandas masuk ke perut. Rasa pening di kepalanya mulai berangsur hilang. Namun hatinya masih terasa nyeri. Menepuk-nepuknya berulang pun tidak mampu mengubah rasa nyeri itu. Memilih menenggelamkan kepalanya di atas lutut yang ditekuk, Syila justru tergugu.

Suara derit pintu dibuka pun tidak disadari oleh Syila yang tenggelam meratapi nasibnya. Langkah kaki kian mendekat, lalu si pelaku berdiri tidak jauh dari ranjang.

"Ngapain menangis! Gue pikir cewek bar-bar kayak lu nggak bisa nangis. Syila, Syila. Memangnya sudah berapa lama kamu mengenal abangku, sampai-sampai tidak tahu kalau ditipu."

Kalimat serupa ejekan bergulir masuk ke indra pendengaran Syila. Lama kelamaan darahnya mendidih sampai ke ubun-ubun.

Ia menghentikan tangisannya, lantas mengusap wajah agar tidak terlihat kuyu.

"Ngapain kamu ke sini? Kalau kemari hanya ingin mengejekku, silakan pergi sekarang juga!" teriak Syila pada Refan.

"Huh, dasar cengeng!" balas Refan dengan tatapan sinis.

"Berhenti mengolokku! Sana pergi!" Syila mengusir tanpa melihat Refan yang berdiri menjulang di depannya. Laki-laki yang dulunya berambut panjang itu baru saja bertengkar dengan uminya sehari sebelum pernikahan Zein.

Hira memaksa Refan merapikan rambutnya. Alhasil, jadilah Refan pria yang tampan dengan rambut cepak, berbeda dengan saat Syila bertemu pertama kali. Bisa jadi kalau dijajarkan, Zein dan Refan sama-sama tampan dan susah dibedakan kecuali kelakuannya.

"Lu nggak mau gue temenin? Bang Zein masih sibuk dengan istrinya yang hamil besar. Mungkin setelah kangen-kangenan baru dia ke sini." Mendengar ucapan Refan, dada Syila kembali berdenyut nyeri.

"Kapan?" Refan hanya mengedikkan bahu. Syila yang melihatnya membuang napas kasar.

"Kalau nggak tahu jangan suka mengira-ira," ucap Syila seraya mendengkus kesal.

"Ya mungkin saja nanti tengah malam. Ini kan malam pertama, harusnya Bang Zein memilih istri barunya dong." Refan terlihat memanas-manasi Syila hingga wajah gadis yang masih duduk menekuk lutut di atas ranjang berubah kesal. Refan pun tersenyum puas.

"Nggak ada malam pertama," decis Syila seraya membuang muka ke samping. Ia tidak mau Refan melihat wajahnya yang menyedihkan.

"Nggak usah memalingkan muka. Bagaimanapun wajah lu tidak bisa berbohong. Lu pantas bersedih, tapi jangan terlalu lama meratapi."

"Sok bijak." Syila mencebik kesal sambil membuang muka.

"Memang gue dari dulu bijak, kok," ujar Refan tidak terima. Ia duduk menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Syila yang tidak sadar lantas berjengkit kaget.

"Ngapain duduk di sini? Pergi sana! Awas ya, jangan dekat-dekat sama aku. Ingat aku kakak iparmu." Syila menghalau Refan dengan tangannya supaya pergi dari ranjangnya.

"Cih, kakak ipar gue harusnya lemah lembut, nggak galak macam lu."

"Astaga. Nih orang semakin ngelunjak ya, dibaikin dikit."

Refan melompat dari kasur. Ia berdiri hendak meninggalkan Syila.

"Oke, gue pergi kalau lu nggak mau ditemeni. Paling Bang Zein sudah terlelap ke alam mimpi bersama Sania." Seringaian tipis di wajah Refan sungguh menyebalkan bagi Syila. Ia semakin geram dengan adik iparnya itu.

"Mungkin juga mereka sudah berbagi selimut yang sama," lanjutnya meledek. Syila makin dibuat emosi. Hatinya berkecamuk. Dilemparkannya bantal ke arah Refan. Namun, pria itu dengan gesit menghindar.

"Ups, maaf nggak kena." Refan mengangkat kedua tangannya setinggi bahu, lalu bergegas kabur.

"Refan!" teriak Syila. Refan hanya melambaikan tangan hingga punggungnya berangsur hilang.

Satu jam, dua jam berlalu. Syila tidak bosan menunggu kedatangan suaminya di kamar. Ia membunuh kebosanan dengan mengutak atik ponselnya. Beberapa menit kemudian terdengar pintu dibuka. Sebuah salam menyapanya. Hatinya membuncah saat melihat suaminya datang.

"Syila, kamu tidurlah dulu! Aku harus menemani Sania karena dia tidak bisa tidur nyenyak di tempat yang baru." Seperti biasa Zein berkata dengan wajah dingin.

"Begitu, ya?" Syila mencoba bersikap sabar.

"Tolong mengertilah!" Permohonan serupa titah keluar dari mulut Zein, diiringi ekspresi tanpa senyum sedikitpun.

"Tapi Mas, aku...." Syila terlihat memohon pada Zein, tetapi tidak diindahkan.

"Lalu bagaimana denganku? Kamu nggak tahu perasaanku, Mas." Kalimat yang hanya tertahan di hati karena tenggorokannya terasa tercekat.

"Sekarang tidurlah!" Zein memohon, lalu memberi kecupan singkat di kepala Syila yang masih setia dengan jilbab instannya. Syila hanya tercengang dibuatnya. Tubuhnya gemetar hebat.

"Pernikahan macam apa ini?" jerit Syila dalam hati.

Saat pikiran Syila kalut, ponselnya berdering. Tertera nama Mas Arka, sang kakak menelpon. Ia menarik napas dalam dan mengetes suara agar tidak terdengar sendu.

"Halo, Syila. Apa kamu baik-baik saja?"

"Apa maksud Mas Arka?" Dahi Syila mengernyit.

"Apa dia tahu aku sedang bersedih?" guman Syila.

"Suamimu memperlakukanmu dengan baik, kan?" tanya kakaknya lagi.

"Ya, Mas. Aku baik-baik saja." Syila berpura-pura baik-baik saja agar keluarganya tenang. Apa jadinya kalau orang tua sampai tahu keadaan pernikahannya. Bisa-bisa ayahnya kena serangan jantung.

"Maafkan Syila, Mas. Syila sudah berbohong." Syila menggigit bibir bawahnya. Tentu saja ucapan itu hanya tertahan di dalam hati.

"Bertahanlah, Syila! Demi keluarga kita. Jangan sampai bisnis yang dibangun ayah hancur. Cukup bertahan enam bulan saja, Syila."

"Tapi, Mas?" Bahu Syila melorot. Ia masih tidak paham maksud kakaknya.

"Berjanjilah!" Titah dari seberang membuat Syila menarik napas panjang.

"Ya, Mas. Syila janji."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
D Lista
makasih kak.
goodnovel comment avatar
Dwi MaRITA
hadewh.... pernikahan dg perjanjian waktu....haram lah.... ... mosok UMI hira gak tahu hukum nya.... ...
goodnovel comment avatar
D Lista
terima kasih apresiasinya. jika ingin tahu isi ceritanya tlg dibaca lebih dulu sampai habis. jika tidak suka. maaf, kondisikan komentar yg baik ya kak....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 42 TAMAT

    S3 Bab 42 "Beginikah caranya menghukum diri sendiri, huh?" "Alea." Irsyad melebarkan matanya. Sedetik kemudian ia mengucek berulang untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah sebuah fatamorgana. "Al, kamu datang?" lirih Irsyad sambil menoleh ke sekitar. Tidak ada orang lain selain mereka berdua. Alea lantas duduk di kursi sebelah Irsyad dengan meja kecil sebagai penghalang. Irsyad berusaha menetralkan deru napasnya. Rasa haru menyeruak. Kesedihan karena memikirkan kebencian Alea terhadap dirinya pun terpatahkan. Nyatanya, Alea masih mau menemuinya. "Ya, aku datang karena ada yang mengundang," ucap Alea dengan wajah datar. Gaya bicaranya tidak sesopan dulu dengan menyebut aku saat bicara. Tatapannya tidak sedikitpun mengarah pada Irsyad. Lelaki itu sadar diri, Alea pasti masih benci padanya. "Kamu tahu Om tinggal di sini?" "Sangat mudah dicari, bukan?" cetus Alea. Irsyad hanya beroh ria. "Aku akan menikah, jadi silakan mau bicara apa?" lanjut Alea. Irsyad menarik napas dalam.

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 41

    S3 Bab 41Sesampainya di rumah, Alea mengucap terima kasih pada Damar dan memaksanya segera pulang. "Alea!" "Mama?!" Perempuan paruh baya yang menanti kedatangannya segera memeluk erat. Ya, Syifa sudah seminggu sakit dan terbaring di tempat tidur merindukan putrinya. "Mama! Maafin Alea. Mama sakit gara-gara Alea, kan?" sesal Alea sambil mengeratkan pelukannya. "Tenanglah, Al. Mamamu sakit bukan karena kamu. Tapi dia ngidam." "Apa?!" "Ishh. Papa nih, nggak usah becanda. Orang anaknya barusan pulang malah dibecandaain." "Maksudnya apa, Pa? Mama ngidam? Mau punya adik bayi?" Alea sudah melototkan matanya horor ke arah papa dan mamanya. Sementara Rendra yang baru saja ikut duduk di sofa hanya bisa terkikik. "Apaan sih, Ren? Kamu ngerti?" "Tuh, Mama ngidam pengin punya mantu, Mbak," celetuk Rendra masih dengan tertawa renyah. "Astaga. Kamu masih SMA udah mau nikah? Awas ya, belajar dulu sana!" "Yeay, siapa juga yang mau nikah. Mbak Alea tuh yang dilamar sama Mas Damar. Mama dan p

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 40

    S3 Bab 40 "Aku mau melamarmu." "Hah?!" Alea ternganga. "Mas Damar sudah gil*. Alisa mau dikemanain coba?" protes Alea. "Alisa mau menyelesaikan kuliahnya dulu. Saat di bandara, Alisa mengikuti kepergian Damar menyusul Alea. Namun, Alisa hanya mendapati Damar yang melangkah lesu di batas ruang masuk penumpang dan pengantar. "Mas Damar? Sudah ketemu Mbak Alea?" "Tidak Lisa. Alea sudah pergi." "Oh, gitu. Kita perlu bicara Mas." "Ya, Lisa." "Kami berdua memutuskan memilih jalan masing-masing terlebih dulu, Al. Siapa yang menemukan jodoh duluan ya tidak apa kalau mau menikah lebih dulu." "Astaga, memangnya kami berdua mainan. Mas Damar gonta ganti melamarku atau Alisa," ucap Alea tak terima. Namun, ia setengah bercanda. "Ya gimana lagi, kalian sama-sama cantik." "Dasar laki-laki!" "Ough. Jangan kasar Al. Kamu masih pakai jurus karatemu?" "Iya lah. Mau dihajar?" "Ampun, Al." Alea tersenyum mengembang. Tiga bulan ia bisa menghilangkan rasa sakit hatinya pada Damar. Hanya mela

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 39

    S3 Bab 39 Dua bulan berlalu, Alea sudah mulai menikmati perannya di tempat tinggal yang baru. Ia kini tinggal di salah satu kota kecil di Austria yakni kota Klagenfurt. Saat sampai di Vienna Internasional Airport, Alea hanya memberi kabar pada keluarganya kalau sudah sampai. Ia meminta izin memberi kabar kembali setelah tiga bulan selesai. Setelah Syifa mengiyakan dengan berat hati, Alea pun menonaktifkan nomernya dan berganti ke nomer lokal. Satu yang tidak dikatakan Alea pada keluarganya adalah tempat akhir yang ia tuju. Keluarga tahunya Alea ada di kota Vienna bukan di Klagenfurt. "Al, masih lama nggak me time kamu?" tanya Aida satu-satunya mahasiswa dari Indonesia yang ada di Klagenfurt. Terhitung sekarang ada dua mahasiswa termasuk Alea. "Kenapa? Kamu terburu, ya?" jawab Alea sambil menikmati pemandangan danau yang membentang luas di depannya. Danau yang biasa dengan sebutan Wörthersee di Klagenfurt memang indah. Dengan berdiri di pinggir danau, Alea bisa melihat pegunungan A

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 38

    S3 Bab 38 "Maaf, Ma. Alea harus pergi. Hanya tiga bulan saja, Alea janji Ma." "Sayang, Papa dan Mama pegang janjimu. Di sana tiga bulan jangan berbuat aneh-aneh. Kamu harus jadi wanita kuat seperti mamamu," pesan Zein. "Iya, Pa, Ma. Alea janji. Jaga diri Mama dan Papa. Alea berangkat sama Rendra saja." "Baiklah, Sayang. Hati-hati, jangan lupa kabari kami kalau sudah sampai di sana," lirih Syifa sambil memeluk erat Alea sebelum pergi meninggalkannya. "Gimana Alea, Pa?" "Ma, Alea anak yang kuat. Kita sebagai orang tua harus mendoakan yang terbaik untuknya. Selalu berprasangka baik sama Allah." Syifa mengangguk lalu menghambur ke pelukan Zein untuk menumpahkan tangisnya. Selama 20tahun ini Syifa tidak pernah ditinggalkan Alea. Justru Syifa yang meninggalkannya saat bertugas menjadi relawan. Namun, kali ini Alea yang pergi membuat hatinya bersedih. "Sayang, ingat Alea pergi untuk menuntut ilmu. Allah akan mengangkat derajat putri kita. Jadi kita tidak pantas bersedih. Kita seharusn

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 37

    S3 Bab 37 Plak! "Keterlaluan kamu, Syad. Begini caramu membalas apa yang sudah kuberikan?! Kamu membalas sakit hatimu karena perasaanmu padaku, kan? Kamu memanfaatkan Alea, putriku?" "Tidak, Fa. Tolong jangan berpikir begitu." "Jangan pernah muncul lagi di hadapanku! Kamu pantas mendapat hukuman yang setimpal." Irsyad terhenyak, kekecewaan Syifa menari-nari di wajahnya. Ia merasa terluka karena telah mengecewakan hati Syifa. Perempuan yang sudah menjadi kakak angkatnya. Mengubah kehidupannya yang gelap hingga menjadi terang. Bahkan dulu namanya pernah singgah di hati Irsyad. Malam itu, Irsyad dan Rendra menemukan hotel tempat Alea dibawa Ronald berdasar informasi dari teman Alea bernama Yoga. Irsyad memaksa resepsionis mengecek kamar atas nama Ronald dengan dalih calon istrinya bersama laki-laki itu. Rendra menunggu di lobby, sedangkan Irsyad mencari ke kamar. Sesampainya di kamar yang dituju, Irsyad hanya mendapati Ronald yang membuka pintu dan Alea ada di dalamnya. Tanpa berpi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status