"Jangan dekat-dekat denganku selama kita berada di acara reuni sekolah nanti! Aku tidak mau teman-temanku tau jika kamu istriku," ucap Adrian pada Hanna, wanita berparas biasa-biasa saja yang sudah satu bulan ini menjadi istrinya.
"Kenapa aku tidak boleh dekat dengan suamiku sendiri?" Hanna mengerucutkan bibir. "Sejak kita menikah, aku pikir kita bisa menjadi seperti amplop dan prangko, selalu lengket dan saling melengkapi. Kita tidak akan bisa dipisahkan." Dia melebarkan senyum, lalu berusaha menggandeng tangan suaminya.Adrian menepis kasar tangan Hanna. “Apa katamu? Amplop? Prangko?” Dia menatap Hanna dengan kening yang berkerut."Dasar wanita aneh! Kamu saja yang jadi amplop, prangko, atau apa pun itu. Aku tidak mau. Lagian, jangankan lengket, dekat denganmu satu meter saja aku tidak sudi," ketus Adrian.Hanna kembali melengkungkan bibir ke bawah. Niatnya menggombali suami gagal total."Jangan bilang kamu malu mempunyai istri seperti aku?" Hanna menyipitkan mata menatap curiga suaminya.“Kalau aku malu memangnya kenapa?” Adrian menaikkan dua alisnya."Lihatlah dirimu! Wajar jika aku malu. Seorang Adrian yang sukses menjadi manager sebuah perusahaan besar menikahi wanita jelek sepertimu. Seharusnya aku bisa mendapat wanita yang seribu kali lebih cantik." Adrian berkata panjang lebar sambil merapikan kemeja mewah yang dipakainya, lalu bergegas ke luar rumah dan masuk ke dalam mobil."Kenapa kamu tega mengatakan semua itu? Jika memang kamu bisa menikahi wanita yang jauh lebih cantik dariku, kenapa kamu tidak melakukannya? Kenapa kamu diam saja saat orangtuamu menjodohkan kita?" Hanna mengekor di belakang Adrian. Dia ikut masuk ke dalam mobil Adrian.Adrian yang sudah menyalakan mesin dan bersiap untuk melajukan mobil, tiba-tiba mematikan kembali mesin mobil saat melihat Hanna yang tiba-tiba duduk di sampingnya."Siapa yang menyuruhmu masuk ke dalam mobilku?" Adrian melirik sinis Hanna."Aku tidak melarangmu datang ke acara reuni sekolah kita karena kamu juga pernah menjadi murid di sana. Namun, bukan berarti kamu harus datang bersamaku," celoteh Adrian kesal.Dulu, Hanna adalah teman satu sekolah Adrian. Saat itu, Hanna dan Adrian bagaikan langit dan bumi. Jika Adrian adalah siswa yang populer di kalangan teman sekolah karena ketampanan yang dia miliki, Hanna adalah siswi biasa-biasa saja yang kehadirannya sering dianggap tidak kasatmata."Keluar dari mobilku!" ketus Adrian pada Hanna. Dia membuka pintu mobil dan mempersilakan Hanna untuk keluar dari mobil itu."Tega kamu, Adrian! Setidaknya beri aku tumpangan sampai tempat reuni. Aku harus naik apa jika kamu tidak mau memberiku tumpangan?" Hanna merasa kesal. Dia diam, tidak mau keluar dari mobil Adrian."Aku bilang ke luar ya ke luar! Terserah kamu mau jalan kaki atau naik taksi, itu bukan urusanku." Adrian berkata dingin. Dia turun dari mobil dan berlari kecil ke sisi samping lain mobilnya."Cepat ke luar!" Adrian menarik lengan Hanna hingga keluar dari mobilnya.Adrian segera masuk ke dalam mobil dan mengunci pintu agar Hanna tidak bisa masuk ke dalam mobil itu lagi. Dalam sekejap, mobil Adrian melaju pergi dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli Hanna masih berdiri mematung dan kebingungan karena tidak tahu harus bagaimana agar bisa sampai ke tempat reuni.Hanna berjalan sendirian menyusuri jalanan malam hari. Beberapa kali, dia mengedarkan pandangan ke arah jalan raya yang sepi. "Kenapa tidak ada satu pun mobil atau taksi yang lewat? Apa aku harus berjalan kaki?" Dia bergumam lirih.Hanna sudah berjalan selama lima belas menit lamanya. Keringat bercucuran membuat wajah Hanna terlihat semakin kucel. Dia melirik jam tangan. Sebentar lagi acara reuni akan segera dimulai. Dia bisa terlambat jika terus berjalan kaki sampai lokasi tujuan."Apa aku pulang saja?" Hanna membalikkan badan, berniat untuk kembali pulang. Namun, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di sampingnya.Kaca mobil perlahan turun. Terlihat lelaki tampan di dalam mobil itu. Lelaki tampan itu memindai tubuh Hanna yang berbalut gamis merah muda polos dan hijab dengan warna senada."Kamu terlihat seperti wanita baik-baik. Apa yang kamu lakukan di pinggir jalan malam-malam begini?" tanya laki-laki itu heran.Hanna terus menatap laki-laki tampan itu. Entah mengapa, dia merasa tidak asing dengan wajah tampan yang sedang dilihatnya."Bukankah kamu, Ricky? Ketua OSIS di SMA Harapan Bangsa dulu?" Hanna tersenyum ramah. "Apa kamu masih ingat denganku?" tanyanya ragu-ragu.Ricky menyipitkan mata menatap Hanna. Dia terus menatap Hanna dengan seksama. Sebenarnya dia tidak mengingat siapa wanita di depannya. Namun, kacamata kuda yang dipakai Hanna mengingatkannya pada teman SMA-nya dulu."Kamu Hanna, 'kan? Hanna si kutu buku yang suka menyendiri di perpustakaan sekolah?" Ricky tersenyum dengan melebarkan mata. "Biar kutebak, kamu mau berangkat ke acara reuni sekolah kita?" tanyanya yang dijawab aggukan kepala oleh Hanna.Ricky melihat ke kanan dan ke kiri. Jalanan yang sepi dan dingin. "Kamu mau berangkat ke acara reuni sekolah kita dengan berjalan kaki?" tanyanya heran.Hanna mengangguk pasrah. "Tidak ada pilihan lain. Aku menunggu taksi, tapi tidak ada satu pun yang lewat," ucapnya seraya menghembuskan napas berat."Gimana kalau bareng aku saja? Kebetulan mobilku masih kosong." Ricky menunjuk ke bangku mobil di sebelahnya yang kosong."Benarkah?" Hanna tersenyum senang. Dia bergegas membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobil Ricky.Sebenarnya, Hanna enggan datang ke acara reuni. Namun, dia merasa penasaran dengan sikap suaminya yang bersikukuh untuk datang ke acara reuni itu tanpa dia."Apa kamu tidak malu?" tanya Hanna kepada Ricky."Malu?" Ricky mengerutkan kening. Dia tidak mengerti maksud dari pertanyaan Hanna."Apa kamu tidak malu datang ke acara reuni sekolah kita bersamaku?" Hanna memperjelas pertanyaannya. "Laki-laki tampan sepertimu pasti malu datang ke acara reuni bersama wanita jelek sepertiku," ucapnya ragu-ragu.Ricky melirik Hanna dan tersenyum tipis. "Menurutku, kamu tidak jelek, Hanna. Setiap wanita bisa menjadi cantik jika mereka bisa berdandan," jawabnya santai."Maksudmu?" Hanna bertanya tidak mengerti."Apa malam ini kamu ingin menjadi cantik? Jika iya, aku akan membantumu." Ricky mengeluarkan sebuah pouch berwarna gold dan memberikannya kepada Hanna."Aku menyebutnya kantong ajaib, karena benda-benda yang ada di dalam sini bisa mengubah seorang Upik Abu menjadi Cinderella," ucap Ricky saat Hanna menerima pouch darinya."Benarkah? Jadi ini rahasia Cinderella yang sebenarnya? Dia jadi cantik bukan karena sihir Ibu Peri, tapi karena kosmetik ini?" Hanna mengeluarkan beberapa kosmetik dari dalam pouch."Pakailah! Malam ini, kamu akan menjadi wanita yang paling cantik di acara reuni sekolah kita," ucap Ricky meyakinkan. Dia menghentikan mobil dan membantu merias wajah Hanna."Apa kamu selalu menyimpan kantong ajaib ini di mobilmu?" tanya Hanna penasaran. "Atau benda-benda ini milik istrimu? Kenapa kamu tidak datang ke acara reuni bersamanya?" lanjutnya bertanya penasaran.Ricky tersenyum tipis dan menggeleng-gelengkan kepala. "Tentu saja aku selalu membawa kantong ajaib ini, karena aku menjualnya. Oh ya, aku memberikan kantong ajaib itu untukmu tidak gratis, ya. Kamu harus membayar!" ujarnya membuat Hanna terkejut."Jadi kamu jualan kosmetik? Berapa harganya?" tanya Hanna penasaran. Dia membuka dompet dan tidak menemukan uang sepeser pun di sana. "Seharusnya kamu bilang jika tidak ingin memberikan kosmetik ini secara cuma-cuma. Aku tidak membawa uang untuk membayarnya!" gerutunya."Kamu tidak perlu membayarnya dengan uang, Hanna. Kamu bisa membayar kantong ajaib itu dengan berpura-pura menjadi kekasihku di acara reuni sekolah kita.""Apa? Menjadi kekasihmu?" Hanna membelalakkan mata. "Aku tidak mau," ucapnya enggan."Kamu sudah memakai benda-benda di dalam kantong ajaibku, jadi kamu tidak bisa menolak permintaanku, Hanna. Lagi pula, aku bukan memintamu menjadi kekasih sungguhan, hanya berpura-pura saja." Ricky memasukkan kembali kosmetik yang selesai digunakan ke dalam pouch."Lihatlah! Sekarang, pasti tidak ada seorang pun yang bisa mengenalimu." Ricky menunjukkan pantulan wajah Hanna di kaca spion.Hanna melebarkan mata tidak percaya. Dia mengerjapkan mata sambil terus menatap pantulan wajahnya di kaca spion. Wajahnya yang dulu biasa-biasa saja, kini telah berubah menjadi cantik."Apakah ini benar-benar diriku?""Apa kamu yakin, mereka tidak akan mengenaliku?" Hanna bertanya ragu-ragu. Kini dia sudah berada di depan sebuah gedung yang besar bersama Ricky. Tidak hanya wajahnya yang berubah cantik, dia mengganti gaun yang dia kenakan agar Adrian tidak mengenalinya. Ricky tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Malam ini kamu benar-benar menjadi Cinderella. Sekarang, aku akan memikirkan nama yang cocok untukmu." Dia mengangkat bola mata ke atas dan berpikir keras."Bagaimana jika Cindy? Atau Ella?" Ricky menjentikkan tangan, tepat pada saat itu Hanna melihat Adrian sedang bergandengan tangan dengan seorang wanita yang memakai one shoulder dress warna merah. "Siapa wanita itu?" Hanna bergumam lirih sambil mengerutkan kening menatap wanita yang sedang bergandengan tangan dengan Adrian.Ricky mengikuti arah pandangan Hanna. "Dia Elmira, mantan tunanganku." Tatapannya penuh dendam pada wanita berpakaian seksi yang sedang bersama Adrian."Aku mengerti sekarang. Jadi, karena wanita itu kamu ingin ak
"Ricky, kenapa aku ngerasa semua orang sedang memperhatikan aku?" Hanna berbisik lirih pada Ricky yang sedang berjalan di sampingnya."Aku sudah mengira sebelumnya, malam ini kamu akan menjadi pusat perhatian. Mereka semua pasti kagum dengan wajah cantikmu malam ini," puji Ricky.Hanna merasa tidak nyaman saat semua mata tertuju ke arahnya. Dia menutupi wajahnya dengan dompet warna hitam, tetapi Ricky malah menurunkan dompet itu dari wajah cantik Hanna."Jangan menutupi wajahmu. Aku ingin semua orang tahu jika kekasihku sangat cantik," ucap Ricky seraya menatap lekat Hanna."Cukup! Aku tidak mau melakukan ini. Aku tidak mau berpura-pura menjadi kekasihmu lagi. Aku mau pulang saja." Hanna berbalik hendak pergi, tetapi Ricky menghentikannya dengan menarik pergelangan tangan Hanna."Kamu tidak bisa pergi saat ini, Hanna. Cinderella tidak boleh pulang sebelum jam dua belas malam," ucap Ricky seraya menarik Hanna ke pelukannya. "Kamu harus membayar denda seribu kali lipat harga kosmetik y
“Maaf, saat melihatmu, aku jadi teringat dengan seseorang yang kukenal. Kamu sangat mirip dengan dia." Adrian berkata terbata-bata. Dia menggaruk kepala yang tidak gatal. Tiba-tiba merasa salah tingkah di depan wanita secantik Hanna."Perkenalkan, namaku Adrian. Ngomong-ngomong, siapa namamu? Sepertinya aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Apa kamu juga alumni siswa di Sekolah Harapan Bangsa?” Adrian mengulurkan tangan pada Hanna. Dia merasa sangat penasaran dengan wanita cantik yang berdri di depannya itu. Hanna mengambil napas lega. Adrian tidak mengenalinya. Sekarang, saatnya dia beraksi. “Namaku Cindy. Baru satu bulan aku pindah di kota ini. Sebelumnya, aku tinggal di desa bersama nenekku. Jadi, kurasa kita memang belum pernah bertemu.” Dia menggenggam tangan Adrian sambil tersenyum manis. Netranya melirik sinis ke arah Elmira yang sedang berjalan mendekat.Tangan Adrian dan Hanna menyatu untuk beberapa menit lamanya. Mereka saling berpandangan lekat. Entah sihir apa yang dimi
PLAKSatu tamparan mendarat ke pipi Ricky. Hanna mendorong tubuh Ricky dengan kuat. “Jangan macam-macam kamu, Ricky,” ucapnya seraya mengacungkan tangan di depan wajah Ricky.“Hey, kamu kenapa, Hanna? Aku hanya bercanda, dan kamu menyerangku seakan aku ini penjahat.” Ricky memegangi pipinya yang memerah dan membentuk bekas tangan Hanna.Hanna menyadari telah keterlaluan memukul Ricky. “Maaf,” ucapnya terbata-bata. “Maaf, aku pikir kamu ingin....” ucapan Hanna terputus oleh tawa Ricky.“Tidak masalah. Aku memahaminya.” Ricky tertawa pelan. “Aku yang seharusnya meminta maaf karena telah membuatmu ketakutan tadi.” Dia berkata dengan santai, seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka.“Baiklah, Hanna! Sekarang, ayo kita nikmati pesta ini!” Ricky mengulurkan tangan pada Hanna, seolah dia adalah seorang pangeran yang sedang meminta kepada sang putri untuk berjalan bergandengan tangan bersamanya.Hanna berjalan melewati Ricky begitu saja tanpa memedulikan tangan Ricky yang masih terulur k
Hanna berdiri, dia berjalan menjauhi kursi melingkar tempat Ricky sedang duduk dan berdebat kusir dengan Elmira. Diam-diam Adrian mengikuti Hanna tanpa diketahui oleh Ricky dan Elmira.Hanna melihat toilet dan masuk ke dalam toilet itu. Di dalam toilet sedang sepi. Dia berdiri di depan cermin wastafel dan mengeluarkan secarik kertas dari dalam tas.Adrian melihat Hanna masuk ke dalam toilet. Dia menunggu di luar toilet itu dengan perasaan gelisah. Beberapa kali dia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan Elmira atau Ricky tidak mengikutinya.Hanna mulai membuka secara perlahan secarik kertas berisi tulisan dari Adrian. ‘Bisakah kita bertemu setelah acara reuni ini, Cindy? Aku ingin mengenalmu lebih dekat. Jika kamu setuju, kirimlah alamat rumahmu di nomer ini....’ Dia membaca secarik kertas itu dalam hati.Hanna tersenyum miring. Dia kembali melipat kertas tersebut dan memasukkannya kembali ke dalam tas kecil yang dia bawa. Dia berjalan ke luar toilet dan mendapati Adrian sedang
“Di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu sampai rumah,” ujar Ricky seraya menyetir mobil. Sialnya, mobil Ricky tiba-tiba mogok.“Maafkan aku, Hanna. Bimo memang sering mogok. Apa kamu bisa menyetir mobil?" tanya Ricky. Bimo adalah sebutan Ricky untuk mobil bututnya. Hanna mengangguk pasti. "Baiklah, kalau begitu tolong setirin Bimo, biar aku mendorongnya,” ujar Ricky. Dia bergegas turun dan mendorong mobil butut itu.Saat sedang serius menyetir mobil yang didorong Ricky, tiba-tiba mobil Adrian menyalip. Mobil Adrian menghadang mobil Ricky hingga membuat Hanna terkejut.Adrian turun dari dalam mobil dan mengetuk jendela mobil Ricky. “Turunlah, Cindy. Aku akan mengantarmu pulang. Bukankah aku sudah bilang, kamu akan menderita jika hidup bersama pria miskin itu?” ujarnya seraya melirik sinis Ricky yang masih berada di belakang mobil.Ricky berjalan mendekati Adrian. Dia melihat jam tangan, lalu bertanya kepada Hanna, “Ini sudah malam, Cindy. Aku tidak masalah jika kamu pulang bersama Adri
“Ini sudah larut malam, Ricky. Bagaimana jika kamu ke sana sendiri saja? Aku harus pulang sekarang,” ucap Hanna. Dia tidak mau kemalaman sampai rumah. Bisa-bisa Adrian curiga kepadanya.“Baiklah, aku akan mengantarmu pulang lebih dulu,” ucap Ricky. “Di mana rumahmu?” lanjutnya bertanya.“Aku turun di sini saja. Tdak apa-apa. Rumahku sudah dekat. Kamu bisa kemalaman jika mengantarku pulang lebih dulu. Pergilah. Aku tahu kamu pasti mengkhawatirkan Elmira,” ucap Hanna. Dia membuka pintu hendak turun, tetapi berhenti sejenak setelah mengingat sesuatu.Hanna mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Dia memberikan ponsel itu kepada Ricky. “Tulislah nomermu di sini. Kamu masih berutang banyak kepadaku," ucapnya.Ricky bergegas menulis nomernya di ponsel Hanna. “Baiklah, terima kasih sudah mau menemaniku dan berpura-pura menjadi kekasihku malam ini. Jika butuh bantuan, kamu bisa menghubungiku kapan saja.” Dia mengembalikan ponsel Hanna setelah selesai memasukkan nomernya.Hanna berjalan pelan menu
“Pergilah, Reyhan! Atau aku akan melaporkanmu pada polisi,” ancam Elmira sembari kembali membuka mata. Saat dia membuka mata, bukan Reyhan yang berada di depannya, melainkan Ricky."Ricky?" Elmira melompat keluar dari tong sampah dan berlari mendekati Ricky. Dia berhambur ke pelukan Ricky sambil terisak-isak dan memejamkan mata. Rasa ketakutan masih menyelimuti hatinya.Ricky tidak tahu harus berbuat apa saat tiba-tiba Elmira berhambur ke pelukannya. Dia mengangkat tangan, hendak mendorong tubuh Elmira menjauh, tetapi tangisan Elmira membuatnya tidak tega. Akhirnya dia mengusap-usap pundak Elmira untuk menenangkan gadis itu.“Tenanglah, Elmira! Reyhan sudah pergi. Aku akan melindungimu,” ujar Ricky menenangkan Elmira.Elmira membuka mata dan mengangkat kepala menjauhi Ricky. “Maafkan aku," ucapnya seraya mengusap air mata. “Jangan salah paham. Aku tidak sengaja memelukmu. Aku, hanya sedang merasa takut,” ujarnya pada Ricky.“Tidak masalah. Aku mengerti. Ayo, aku akan mengantarmu pulan