Share

Berubah Cantik saat Reuni
Berubah Cantik saat Reuni
Penulis: Halona

Jangan Dekat Denganku

"Jangan dekat-dekat denganku selama kita berada di acara reuni sekolah nanti! Aku tidak mau teman-temanku tau jika kamu istriku," ucap Adrian pada Hanna, wanita berparas biasa-biasa saja yang sudah satu bulan ini menjadi istrinya.

"Kenapa aku tidak boleh dekat dengan suamiku sendiri?" Hanna mengerucutkan bibir. "Sejak kita menikah, aku pikir kita bisa menjadi seperti amplop dan prangko, selalu lengket dan saling melengkapi. Kita tidak akan bisa dipisahkan." Dia melebarkan senyum, lalu berusaha menggandeng tangan suaminya.

Adrian menepis kasar tangan Hanna. “Apa katamu? Amplop? Prangko?” Dia menatap Hanna dengan kening yang berkerut.

"Dasar wanita aneh! Kamu saja yang jadi amplop, prangko, atau apa pun itu. Aku tidak mau. Lagian, jangankan lengket, dekat denganmu satu meter saja aku tidak sudi," ketus Adrian.

Hanna kembali melengkungkan bibir ke bawah. Niatnya menggombali suami gagal total.

"Jangan bilang kamu malu mempunyai istri seperti aku?" Hanna menyipitkan mata menatap curiga suaminya.

“Kalau aku malu memangnya kenapa?” Adrian menaikkan dua alisnya.

"Lihatlah dirimu! Wajar jika aku malu. Seorang Adrian yang sukses menjadi manager sebuah perusahaan besar menikahi wanita jelek sepertimu. Seharusnya aku bisa mendapat wanita yang seribu kali lebih cantik." Adrian berkata panjang lebar sambil merapikan kemeja mewah yang dipakainya, lalu bergegas ke luar rumah dan masuk ke dalam mobil.

"Kenapa kamu tega mengatakan semua itu? Jika memang kamu bisa menikahi wanita yang jauh lebih cantik dariku, kenapa kamu tidak melakukannya? Kenapa kamu diam saja saat orangtuamu menjodohkan kita?" Hanna mengekor di belakang Adrian. Dia ikut masuk ke dalam mobil Adrian.

Adrian yang sudah menyalakan mesin dan bersiap untuk melajukan mobil, tiba-tiba mematikan kembali mesin mobil saat melihat Hanna yang tiba-tiba duduk di sampingnya.

"Siapa yang menyuruhmu masuk ke dalam mobilku?" Adrian melirik sinis Hanna.

"Aku tidak melarangmu datang ke acara reuni sekolah kita karena kamu juga pernah menjadi murid di sana. Namun, bukan berarti kamu harus datang bersamaku," celoteh Adrian kesal.

Dulu, Hanna adalah teman satu sekolah Adrian. Saat itu, Hanna dan Adrian bagaikan langit dan bumi. Jika Adrian adalah siswa yang populer di kalangan teman sekolah karena ketampanan yang dia miliki, Hanna adalah siswi biasa-biasa saja yang kehadirannya sering dianggap tidak kasatmata.

"Keluar dari mobilku!" ketus Adrian pada Hanna. Dia membuka pintu mobil dan mempersilakan Hanna untuk keluar dari mobil itu.

"Tega kamu, Adrian! Setidaknya beri aku tumpangan sampai tempat reuni. Aku harus naik apa jika kamu tidak mau memberiku tumpangan?" Hanna merasa kesal. Dia diam, tidak mau keluar dari mobil Adrian.

"Aku bilang ke luar ya ke luar! Terserah kamu mau jalan kaki atau naik taksi, itu bukan urusanku." Adrian berkata dingin. Dia turun dari mobil dan berlari kecil ke sisi samping lain mobilnya.

"Cepat ke luar!" Adrian menarik lengan Hanna hingga keluar dari mobilnya.

Adrian segera masuk ke dalam mobil dan mengunci pintu agar Hanna tidak bisa masuk ke dalam mobil itu lagi. Dalam sekejap, mobil Adrian melaju pergi dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli Hanna masih berdiri mematung dan kebingungan karena tidak tahu harus bagaimana agar bisa sampai ke tempat reuni.

Hanna berjalan sendirian menyusuri jalanan malam hari. Beberapa kali, dia mengedarkan pandangan ke arah jalan raya yang sepi. "Kenapa tidak ada satu pun mobil atau taksi yang lewat? Apa aku harus berjalan kaki?" Dia bergumam lirih.

Hanna sudah berjalan selama lima belas menit lamanya. Keringat bercucuran membuat wajah Hanna terlihat semakin kucel. Dia melirik jam tangan. Sebentar lagi acara reuni akan segera dimulai. Dia bisa terlambat jika terus berjalan kaki sampai lokasi tujuan.

"Apa aku pulang saja?" Hanna membalikkan badan, berniat untuk kembali pulang. Namun, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di sampingnya.

Kaca mobil perlahan turun. Terlihat lelaki tampan di dalam mobil itu. Lelaki tampan itu memindai tubuh Hanna yang berbalut gamis merah muda polos dan hijab dengan warna senada.

"Kamu terlihat seperti wanita baik-baik. Apa yang kamu lakukan di pinggir jalan malam-malam begini?" tanya laki-laki itu heran.

Hanna terus menatap laki-laki tampan itu. Entah mengapa, dia merasa tidak asing dengan wajah tampan yang sedang dilihatnya.

"Bukankah kamu, Ricky? Ketua OSIS di SMA Harapan Bangsa dulu?" Hanna tersenyum ramah. "Apa kamu masih ingat denganku?" tanyanya ragu-ragu.

Ricky menyipitkan mata menatap Hanna. Dia terus menatap Hanna dengan seksama. Sebenarnya dia tidak mengingat siapa wanita di depannya. Namun, kacamata kuda yang dipakai Hanna mengingatkannya pada teman SMA-nya dulu.

"Kamu Hanna, 'kan? Hanna si kutu buku yang suka menyendiri di perpustakaan sekolah?" Ricky tersenyum dengan melebarkan mata. "Biar kutebak, kamu mau berangkat ke acara reuni sekolah kita?" tanyanya yang dijawab aggukan kepala oleh Hanna.

Ricky melihat ke kanan dan ke kiri. Jalanan yang sepi dan dingin. "Kamu mau berangkat ke acara reuni sekolah kita dengan berjalan kaki?" tanyanya heran.

Hanna mengangguk pasrah. "Tidak ada pilihan lain. Aku menunggu taksi, tapi tidak ada satu pun yang lewat," ucapnya seraya menghembuskan napas berat.

"Gimana kalau bareng aku saja? Kebetulan mobilku masih kosong." Ricky menunjuk ke bangku mobil di sebelahnya yang kosong.

"Benarkah?" Hanna tersenyum senang. Dia bergegas membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobil Ricky.

Sebenarnya, Hanna enggan datang ke acara reuni. Namun, dia merasa penasaran dengan sikap suaminya yang bersikukuh untuk datang ke acara reuni itu tanpa dia.

"Apa kamu tidak malu?" tanya Hanna kepada Ricky.

"Malu?" Ricky mengerutkan kening. Dia tidak mengerti maksud dari pertanyaan Hanna.

"Apa kamu tidak malu datang ke acara reuni sekolah kita bersamaku?" Hanna memperjelas pertanyaannya. "Laki-laki tampan sepertimu pasti malu datang ke acara reuni bersama wanita jelek sepertiku," ucapnya ragu-ragu.

Ricky melirik Hanna dan tersenyum tipis. "Menurutku, kamu tidak jelek, Hanna. Setiap wanita bisa menjadi cantik jika mereka bisa berdandan," jawabnya santai.

"Maksudmu?" Hanna bertanya tidak mengerti.

"Apa malam ini kamu ingin menjadi cantik? Jika iya, aku akan membantumu." Ricky mengeluarkan sebuah pouch berwarna gold dan memberikannya kepada Hanna.

"Aku menyebutnya kantong ajaib, karena benda-benda yang ada di dalam sini bisa mengubah seorang Upik Abu menjadi Cinderella," ucap Ricky saat Hanna menerima pouch darinya.

"Benarkah? Jadi ini rahasia Cinderella yang sebenarnya? Dia jadi cantik bukan karena sihir Ibu Peri, tapi karena kosmetik ini?" Hanna mengeluarkan beberapa kosmetik dari dalam pouch.

"Pakailah! Malam ini, kamu akan menjadi wanita yang paling cantik di acara reuni sekolah kita," ucap Ricky meyakinkan. Dia menghentikan mobil dan membantu merias wajah Hanna.

"Apa kamu selalu menyimpan kantong ajaib ini di mobilmu?" tanya Hanna penasaran. "Atau benda-benda ini milik istrimu? Kenapa kamu tidak datang ke acara reuni bersamanya?" lanjutnya bertanya penasaran.

Ricky tersenyum tipis dan menggeleng-gelengkan kepala. "Tentu saja aku selalu membawa kantong ajaib ini, karena aku menjualnya. Oh ya, aku memberikan kantong ajaib itu untukmu tidak gratis, ya. Kamu harus membayar!" ujarnya membuat Hanna terkejut.

"Jadi kamu jualan kosmetik? Berapa harganya?" tanya Hanna penasaran. Dia membuka dompet dan tidak menemukan uang sepeser pun di sana. "Seharusnya kamu bilang jika tidak ingin memberikan kosmetik ini secara cuma-cuma. Aku tidak membawa uang untuk membayarnya!" gerutunya.

"Kamu tidak perlu membayarnya dengan uang, Hanna. Kamu bisa membayar kantong ajaib itu dengan berpura-pura menjadi kekasihku di acara reuni sekolah kita."

"Apa? Menjadi kekasihmu?" Hanna membelalakkan mata. "Aku tidak mau," ucapnya enggan.

"Kamu sudah memakai benda-benda di dalam kantong ajaibku, jadi kamu tidak bisa menolak permintaanku, Hanna. Lagi pula, aku bukan memintamu menjadi kekasih sungguhan, hanya berpura-pura saja." Ricky memasukkan kembali kosmetik yang selesai digunakan ke dalam pouch.

"Lihatlah! Sekarang, pasti tidak ada seorang pun yang bisa mengenalimu." Ricky menunjukkan pantulan wajah Hanna di kaca spion.

Hanna melebarkan mata tidak percaya. Dia mengerjapkan mata sambil terus menatap pantulan wajahnya di kaca spion. Wajahnya yang dulu biasa-biasa saja, kini telah berubah menjadi cantik.

"Apakah ini benar-benar diriku?"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
suami kurang ajar..istri tek boleh naik mobil bareng ke acara reuni..untung ada pertolongan dr mantan ketua osis sma
goodnovel comment avatar
Riski Al Madani
seruuuu banget ka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status