Share

Bab 0005

Gozel memaksakan senyumnya, padahal dia sudah tahu kan? Tapi, kenapa hatinya tetap saja sakit, matanya memerah seperti ingin menangis saat mendengar pengakuan Rodez secara langsung seperti ini?

"Dokter mengatakan kalau kemungkinan untuk kau sadar sangat rendah, jadi-" Ucapan Rodez tak bisa dia lanjutkan saat Gozel memotong ucapan Rodez.

"Tentu saja, kau juga harus segera mencari pengganti bukan? Lagi pula Jeceline adalah wanita yang selama ini kau cintai, di banding dengan ku, Jeceline sejuta kali lebih baik. Aku harus jujur kalau aku sedih, tapi aku akan mengucapkan selamat menempuh hidup baru, bahagialah seperti yang kau inginkan."

Rodez tercekat tak bisa mengatakan apapun hingga beberapa saat.

Sejujurnya meminta Gozel datang kesana dia juga sudah menyiapkan segala hal, terutama kotak obat.

Dulu Gozel selalu saja mengancam Rodez hingga tidak segan melukai dirinya sendiri, bahkan pernah mengancam akan membunuh Rodez jika Rodez terbukti selingkuh dan mengungkit kata bercerai. Gozel yang kini duduk bersebrangan meja dengannya benar-benar seperti sosok lain yang tidak bisa di tebak pola pikirnya, juga tindakannya yang amat tenang justru membuat Rodez merasa begitu bersalah.

"Aku pikir aku akan langsung membawa barangku keluar dari rumah ini, tapi tiba-tiba saja aku tersadar bahwa aku tidak memiliki tempat tujuan, jadi berikan aku waktu sekitar satu bulan saja. Aku akan mulai mencari pekerjaan, setelah aku mendapatkan upah bulanan aku akan langsung mencari tempat sewa untuk ku tinggal. Jadi, boleh kah sebentar tunggu satu bulan saja untuk kau mengajukan surat permohonan cerai?"

Rodez mengeryitkan dahinya, entah kenapa membahas soal perceraian di saat Gozel benar-benar belum pulih dia merasa ini terlalu cepat?

Sebentar Rodez mengubah posisinya untuk menyenderkan punggung ke sandaran kursi yang sejak tadi ia duduki. Dia kembali menatap sorot mata Gozel yang kadang terlihat kosong, kadang juga terlihat sedih. Tapi karena tidak bisa mengatakan maksud hatinya, dia hanya bisa memenuhi apa yang di inginkan Gozel.

"Baiklah, kau bisa tinggal selama itu." Gozel memaksakan senyumnya, sungguh sangat menyebalkan karena hatinya masih saja memiliki harapan kalau Rodez akan mencegah perceraian dan mencoba untuk memintanya bertahan seperti kebanyakan para suami yang menolak untuk bercerai.

Yah, ternyata Gozel benar-benar terlalu banyak menonton drama percintaan sehingga dia tidak bisa melihat bagaimana kenyataan sering tak sejalan dengan harapan, nyatanya juga mencintai dan di cintai bukan berarti memiliki jalan untuk bahagia.

Gozel menatap Rodez yang juga menatapnya dengan tatapan datar. Senyum terukir dari bibir Gozel setelah dia menghela nafas panjang.

"Sebenarnya aku masih saja merasa kesal, tapi aku juga merasa tidak apa-apa kalau kau bahagia. Hanya saja, aku kesal karena kenyataannya adalah kau akhirnya bersama dengan wanita yang jauh lebih baik dari pada aku. Tidak, aku bahkan tidak memiliki apapun yang bisa di sebut baik." Setelah mengatakan itu Gozel bangkit dari duduknya, berdiri untuk menjalankan kakinya keluar dari ruang baca. Tapi baru saja dia berbalik badan, dia kembali memutar tubuhnya untuk menatap Rodez. "Sudah tidak ada yang ingin kau bicarakan lagi kan?" Tanya nya.

Rodez menggelengkan kepala tanpa ekspresi.

Tidak! Sebenarnya masih banyak yang ingin dia bicarakan. Dia ingin membahas soal apa saja yang akan di dapatkan Gozel begitu mereka resmi bercerai nanti. Dia sudah menyiapkan rumah untuk Gozel, investasi, dan juga uang yang jelas tidak akan membuat Gozel kelaparan asalkan Gozel bisa mengelolanya dengan baik. Tapi entah mengapa lidahnya begitu kelu, dia tidak sanggup melanjutkan apa yang ingin di katakan. Mungkin saja itu karena perasaan kasihan, bagaimanapun Gozel memang tidak mudah kembali ke pada keluarga yang sudah enggan mengurus Gozel dengan segala sifat arogannya selama ini.

"Baiklah, aku akan segera keluar, tapi biarkan aku melakukan sesuatu sebelum kita akan benar-benar berpisah." Gozel berjalan mendekati Rodez yang masih duduk di kursinya, menyentuh wajah Rodez dengan satu tangannya, lalu mendekatkan dirinya untuk mencium bibir Rodez.

Tak menolak, Rodez benar-benar membiarkan Gozel melakukannya, memang aneh pada awalnya karena Gozel hanya menempelkan saja bibir mereka, tapi begitu Rodez merasakan setetes air hangat di wajahnya, dia tahu benar bahwa Gozel pasti sedang mengucapkan kata perpisahan di dalam hatinya bukan?

"Aku keluar sekarang." Ucap Gozel setelah selesai melakukan apa yang ingin dia lakukan.

Gozel berjalan keluar dari ruang baca Rodez dengan air matanya yang begitu banyak berjatuhan membasahi pipinya. Tangis itu luruh, tapi dia tak mengeluarkan suara tangis dari bibirnya.

Biarlah dia akan banyak menangis, biarlah dia akan menderita karena harus merelakan yang terkasih untuk hidup dengan bahagia. Jika mencintai dengan sangat adalah kesalahan, maka dia hanya bisa meminta maaf di dalam hati, menyaksikan kebahagiaan Rodez sebagai hukuman untuknya. Penderitaan yang dia berikan kepada Rodez dan Jeceline jelas adalah penderitaan yang sulit untuk di terima dan menyakiti sekali, jadi sekarang biarlah Gozel saja yang merasakan sakit hati tidak dengan mereka berdua.

Melihat Gozel keluar dengan air mata yang begitu banyak, Jeceline benar-benar merasa lega dan bahagia. Dia mengira kalau Rodez pasti mengatakan hal yang menyakitkan sehingga Gozel begitu bersedih bukan? Selama ini Jeceline sudah cukup memaklumi sifat jahat Gozel yang begitu senang menindasnya, mengancam bahkan pernah menampar Jeceline saat dia kedapatan mengirimkan pesan kepada Rodez.

"Kau memang seharusnya terluka, kau memang sudah seharusnya menderita, kau sudah begitu keterlaluan memperlakukanku, dan keluargaku. Kau bahkan tidak segan untuk memutuskan hubungan dengan kami semua karena obsesi dan juga Sifat jahat mu. Sekarang rasakan bagaimana kau akan di buang, sudah tidak akan ada yang menginginkan mu lagi, baik Rodez apalagi keluarga mu. Kau hanyalah sampah menjijikan bagi kami semua, kau pantas untuk menderita." Gumam Jeceline sembari menatap Gozel dengan senyum puas yang terbit di bibirnya.

Dulu dia sering sekali menangis karena Gozel, tapi mulai sekarang dia lah yang akan terus tersenyum dan menikmati benar bagaimana bahagianya menyaksikan penderitaan seorang Gozel.

Rodez mengeluarkan ponselnya, dia menghubungi sekretarisnya untuk membelikan ponsel baru yang akan dia berikan kepada Gozel, juga beberapa lembar Pakaian yang ukuranya lebih besar dari Gozel agar Gozel bisa lebih leluasa dan nyaman.

Beberapa jam kemudian.

Sekretaris Rodez datang ke rumah, dan Rodez juga sudah menunggunya di ruang baca.

"Tuan, maafkan saya bertanya soal ini, tapi apakah tidak masalah tidak memberikan kabar tentang Nona Gozel yang sudah sadar kepada keluarga Nona Gozel sendiri?"

Rodez membuang nafas kasarnya.

"Gozel yang sekarang tidak sama seperti Gozel yang dulu, masalah ini biarkan saja dia yang putuskan."

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status