Between Revenge and Love

Between Revenge and Love

Oleh:  Channa  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
17 Peringkat
67Bab
4.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Balas dendam menjadi tujuan hidup Andy setelah sang kakak mati dengan kondisi yang mengenaskan. Ia ingin membunuh Adimas dengan cara yang sama dan kondisi mengenaskan yang sama. Akan tetapi, pertahanan Adimas dan kelompoknya membuatnya harus mengatur siasat. Namun, saat pertemuan pertama Andy dengan anak tunggal Adimas, sayup mata Andini begitu meneduhkan Andy. Andini nyatanya memiliki sifat yang berbeda dengan Adimas. Cinta datang tanpa diduga. Alih-alih balas dendam, Andi jatuh cinta dengan pemilik mata teduh tersebut. Mampukah Andy membalaskan dendam kematian sang kakak? Atau justru cinta yang melemahkan dirinya?

Lihat lebih banyak
Between Revenge and Love Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Erika
Ceritanya bikin ketagihan thor. Kapan up lg?
2022-02-10 14:41:42
1
user avatar
Silence
this novel is so gooooooddddd
2021-10-22 20:44:40
0
user avatar
Lucy Ang
Keren euy ceritanya. Mantap. Lanjutkan kak semangat selalu y
2021-07-15 19:55:53
0
user avatar
Joanne Stephanie
Bagus banget si dari awal baca aja udah nagih banget , ga sabar sama cerita berikutnya
2021-07-13 12:06:44
0
user avatar
Rosenorchid
Balas dendam di selingi cinta asik nih nantinya
2021-07-01 21:04:53
0
user avatar
Channa
Makasih ya Kakak2 semua untuk komentarnya ❤❤❤
2021-07-01 18:45:27
0
user avatar
Shawty Ajeng
Baru baja part pertama udh seru, nanti ku lanjut!! Semangat yaa
2021-07-01 13:07:59
0
user avatar
Blue Leviatan
Mantap Jiwaaaakk, buku kayak gini nih yang seru 😍👍👍 lanjut lagi kak ceritanya
2021-07-01 12:45:30
0
user avatar
Elios
Emang sih kalau udah kejebak di situasi yang tisak memungkinkan kek gini bakalan bikin rumit, ayo Andi! Balas dendam aja mwehehe
2021-07-01 12:27:58
0
user avatar
Pinnacullata
Ah sepertinya romantis yang menyakitkan
2021-07-01 12:15:33
0
user avatar
Ken Andra
Ke bawa sama ceritanya..aku ketagihan ini
2021-06-29 20:08:21
0
user avatar
Rosenorchid
Keren ini mah
2021-06-29 20:01:08
0
user avatar
Murninulis
Langsung larut dalam suasananya.. lanjut kak
2021-06-29 19:15:35
0
user avatar
athena_vivian
Nice cover, actionnya banyakin, ya, Thorrrrrr
2021-06-27 10:41:41
0
user avatar
Oryza_Sativa
Bau-bau dendam kesumat, nih. Lanjut thor.
2021-06-27 10:40:19
0
  • 1
  • 2
67 Bab
KEPUTUSAN
Mobil CR-V hitam berhenti di depan gedung tiga lantai berwarna putih keabuan. Tak lama kemudian, seorang pria berusia empat puluh turun dari mobil tersebut. Ia mengenakan kacamata hitam dan berjalan memasuki gedung di hadapannya.Kakinya melangkah tegas. Sepatu pantofelnya berketak-ketuk membentuk sebuah irama. Di arah jam dua belas, terlihat terdapat tangga yang akan membawanya menuju lantai dua.Ia menaiki anak tangga itu. Setibanya di atas, matanya menyisir deretan pintu kamar yang terlihat dari muka koridor, tempatnya berpijak saat ini. Pandangannya tertuju pada kamar yang terdapat di sisi kanan urutan ke tiga.Sejurus kemudian, ia menghampiri kamar itu dan mengetuk pintunya beberapa kali.“Andy, bisa kita bicara?” kata pria itu. Telinganya menyimak, berusaha mendengar suara dari dalam namun ia tak mendengar ada suara yang menyahut di sana.Di dalam, penghuni kamar kos itu tentu jelas mendengar. Dia memang tak berniat membuka pintu.
Baca selengkapnya
PULANG KE INDONESIA
“Om, saya tidak mau pulang!” tegas Andini kepada lelaki dewasa yang tengah berdiri di hadapannya. Ia benci sekali dengan kedatangan lelaki itu.“Kamu harus pulang, Andini.” Lelaki berkacamata persegi tak kalah tegas memberikan jawaban. Tak ada gamang di matanya.Tidak ada lagi hal yang bisa menahan kepulangan Andini ke Indonesia. Selama ini, setelah kematian sang ibu, Andini menetap di Singapura bersama tante Eka, adik ibunya. Sebulan yang lalu, tante Eka meninggal tiba-tiba. Kepergiannya itu meninggalkan duka kedua yang amat mendalam. Tante Eka mengasihi Andini tanpa syarat, seperti anak kandungnya sendiri.“Harusnya, Adimas Hartanto yang mati waktu itu. Hidup saya tidak akan rusak seperti ini kalau ia mati 8 tahun yang lalu!“Jaga bicaramu, Andini. Dia adalah ayah kandungmu!”“Saya tidak pernah minta orang seperti dia menjadi ayah saya!”“Dasar anak tidak tahu diri. Kalau bukan ka
Baca selengkapnya
WILLIAM
Tepat pukul sebelas, di mana matahari mulai bergerak ke atas, Pak Leo datang tanpa seragam kebesarannya. Ia mengenakan topi baseball, zipper polos, dan celana jins. Pakaiannya tersebut tentu bukan gaya sehari-harinya. Ia langsung menduduki meja paling pojok yang menghadap ke jalan raya. Teriknya mentari hari ini mampu menembus kaca gelap yang berada di sebelah Pak Leo. Kedatangan Pak Leo disadari oleh pemilik cafe. “Halo, Kapten.” Max menghampiri dan menyapa Pak Leo dengan wajah sumringah. Max adalah pemilik Barry Cafe. Barry sendiri diambil dari nama belakangnya, Maximus Barry. “Halo, Max. Tumben cafemu belum ramai.” Pak Leo menyisir seluruh ruangan dan melihat bahwa hanya ada beberapa meja yang digunakan pengunjung, termasuk dirinya. Max tersenyum. Dari senyumnya itu, ia menduga kalau Pak Leo memang belum mengerti jam ramai dan jam santai di cafenya. “Masih jam 11, Kapten. Mungkin sebentar lagi, cafe ini akan penuh.” Pak Leo menggangguk. “In
Baca selengkapnya
A&B Guard
Pukul empat pagi.Andy berkemas. Segala benda keperluannya dimasukkan ke dalam ransel berukuran sedang. Barang-barang yang tak berguna, ditinggalkannya begitu saja. Sebelum benar-benar pergi, Andy menyisir pandangannya ke segala sisi di kamarnya. Kamar ini sudah menjadi rumah baginya selama beberapa tahun terakhir.Ada sesuatu yang tertinggal dalam batinnya saat ia benar-benar sadar bahwa hari ini adalah hari terakhirnya berada di sini.Ponsel di sakunya bergetar. Ada sebuah panggilan masuk dari Pak Leo.“Sudah siap?” tanyanya di seberang sana.“Hmm.”“Kalau gitu, kamu bisa turun sekarang. Saya sudah ada di bawah.”Ia bergegas mengunci pintu kamar dan meletakkannya di bawah serta menuliskan surat kepada pengurus kos.Barang-barang yang ada di dalam, bisa digunakan penyewa selanjutnya.               
Baca selengkapnya
MENJEMPUT DI BANDARA
Bandara Soekarno-Hatta tidak pernah sepi. Orang-orang berlalu lalang serta sibuk mencari apa yang sebenarnya tidak perlu dicari. Dari kacamata Liam, mayoritas mereka yang ada di sini berniat untuk bepergian. Mulutnya tak sengaja berdesis pelan, hidup memang tak adil. Yang punya keluarga justru menjauh, yang tak punya keluarga justru mencari yang telah pergi.Tapi, bukankah memang hidup ini tidak adil? Ada banyak orang yang kehilangan justru tak memiliki siapa-siapa. Sementara itu, mereka yang dikelilingi orang-orang tersayang malah ingin pergi karena merasa perlu punya waktu sendiri.“Ingat, ketika Nona Andini tiba, perketat pengamanan!” kata Sardi, kepala pengawal keluarga Adimas. Ucapan Sardi sontak menyadarkan Liam dari lamunannya.“Baik.” jawab seluruh bawahannya serempak.Bersama dengan enam orang lainnya, Liam menunggu kedatangan Andini beserta rombongan di muka bandara. Mata Liam terus mengamati mereka yang keluar masuk band
Baca selengkapnya
ADIMAS HARTANTO
Adimas menerima kabar dari Lukman kalau Andini melarikan diri sewaktu baru tiba di bandara. Ada rasa takut yang mencuat, setelah delapan tahun tidak bertemu dengan anak semata wayangnya, Lukman berpikir kalau Adimas pasti akan marah besar. Kelalaiannya dalam menjalankan tugas, tak akan bisa menghindarinya dari masalah.“Hahaha,” di ujung telepon, Adimas tertawa. Muncul seutas senyum pada bibirnya saat mendengar penjelasan Lukman tentang apa yang terjadi. “Ibu dan anak sama aja. Karena sifat mereka sama, kupikir sesekali kau harus membiarkannya.”“Tapi, Bang,” potong Lukman. “Kurasa kita tidak bisa membiarkannya. Pasti Andini akan bertindak lebih dari ini selanjutnya. Dengan polah tingkahnya itu, sesekali ia harus didisplinkan. Abang tahu bukan kalau Eka memanjakannya selama di Singapura. Kuliahnya pun tak selesai.”Adimas menghela napas. Ingatannya akan anak semata wayangnya itu kembali bermain-main di kepala. Hidu
Baca selengkapnya
Mempersiapkan Diri
“Bagaimana hari pertamamu, Liam?” Warna suara yang renyah terdengar di ujung telepon. Tak perlu ditanya pun seharusnya Pak Leo sudah tahu dengan melacak GPS yang terdapat di ponsel Liam.“Cukup menghibur, Kapten.” Liam menjawab sekenanya. Dia belum mau banyak berbicara atau pun menyimpulkan sesuatu untuk seseorang bermata teduh itu.“Cukup jauh juga ya, aksi kejar-kejarannya? Jika saya melihat jarak dari bandara, lebih dari 6 kilometer.”“Kamu di mana sekarang?” Pak Leo mengalihkan percakapannya. Sebab, ia tahu, kalau Liam tak akan bisa bicara lebih jauh lagi mengenai topik tersebut.“Kapten bukannya bisa melacak saya?” Liam bertanya balik.“Max sedang pergi berkencan. Jadi, saya tidak bisa memantaumu saat ini.” Max adalah seorang peretas dan juga sebagai peretas andalan tim dari Pak Leo. Jadi selain makanan Barry Cafe yang rasanya mantap, Pak Leo dan tim memiliki agenda lain t
Baca selengkapnya
GARASI
Pukul lima pagi, alarm di ponsel Liam berdering. Dengan raut setengah mengantuk, ia beranjak dari kasur tanpa aba-aba atau melemaskan tubuhnya. Ia meraih segelas air yang telah dipersiapkan sebelum ia tidur semalam. Tak sampai sepuluh detik, air itu habis diteguknya.Ia bergegas. Tangannya meraih zipper polos berwarna abu yang tergantung di kap stok belakang pintunya. Setelahnya, ia membuat simpul yang cukup kencang pada sepatunya. Pagi ini adalah awal baginya untuk mengumpulkan kekuatan.Napasnya tersengal-sengal, nyawanya seolah berada di ujung. Setelahnya menyelesaikan target hariannya untuk berlari, ia mengitari daerah tempat tinggalnya dengan berjalan santai seraya mengatur napas yang baru saja membuatnya nyaris mati karena sudah lama tak berlari.Ia melirik jam tangan yang berada di pergelangan tangannya. Waktu hampir menunjukkan pukul enam. Pendar kota yang tadi pagi ia lihat, perlahan mulai hilang. Mentari mulai muncul di ufuk Timur. Tanda baginya untuk
Baca selengkapnya
PENYERANGAN
Di tengah perjalanan, dari spion, Pak Ramlan melihat sekelompok pemotor berusaha mengejar mereka. Seratus meter lagi, para pemotor tersebut akan berhasil menyamakan posisi.“Pak Adimas, sepertinya ada orang yang ingin menghalangi pertemuan hari ini,” sambil berkata, Pak Ramlan terus melirik para pemotor tersebut dari spion yang berada di atas samping kirinya.Adimas melihat ke belakang. Para pemotor tersebut berseragam serba hitam, serta menggunakan helm fullface hitam yang berkaca gelap. “Pak Ramlan,  saya minta naikkan kecepatan. Saya ingin bermain-main.”Pak Ramlan mengangguk, sejurus kemudian, mobil yang ditumpangi Adimas meningkatkan kecepatan hingga 120km/jam.“Rencana biasa, Bang?” Lukman memandang Adimas serius.“Tentu saja. Mari kita bersenang-senang.”Di perempatan, empat mobil beriringan itu berpisah. Pak Ramlan membanting stir mobilnya dan langsung berbalik arah. Dari kaca mobi
Baca selengkapnya
BERSAMA
Dari jendela kamar, Andini melihat Liam sudah berdiri di halaman. Tampilannya nampak biasa bagi Andini. Ya biasa, sebab semua yang bekerja sebagai pengawal di rumahnya selalu berpenampilan serba hitam. Sang ayah, seolah-olah berambisi menjadikan para pengawalnya terlihat sangar seperti film action kebanyakan.Marcedez Bens S-Class telah terpakir di bibir jalan. Sementara itu, di atas, Andini sama sekali belum membersihkan diri. Ia bimbang. Sebab belum setengah jam riasannya itu menempel dan menutupi wajah berminyaknya setelah bangun tidur tadi.“Mandi.. Tidak.. Mandi.. Tidak.. Mandi..” Andini menghitung kancing baju pada kemeja yang dikenakannya saat ini.“Arrrggggh!” Ia bangkit dari posisinya yang sedari tadi mengamati Liam. Kakinya melangkah menuju kamar mandi dengan langkah enggan.Andini mulai melucuti pakaiannya. Punggungnya nampak lurus, lingkar pinggangnya kecil bak model yang sering berjalan di catwalk s menampilkan design
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status