Share

6

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-15 06:50:36

"Apa?"

"Iya ... aku tidak akan mengulang perkataan dua kali. Aku sudah kirim rekaman video perselingkuhan itu ke ayah mertua."

Resikonya jelas, ayah mertua akan kumat sakit jantung, masuk rumah sakit dan kritis, selain itu belajar akan  murka, dan boleh jadi membatalkan warisannya untuk Mas Alvin.

Ya, mertuaku cukup kaya dan punya banyak aset, dia telah berencana membagikan setengah harta untuk kedua anaknya, yakni Mas Alvin dan adiknya Disha. Tapi, jika suamiku membuat skandal, aku tak yakin semua harapannya tak  akan berjalan mulus.

"Tunggu Indira ..!" Baru saja hendak melangkahkan kaki meninggalkan pria yang kemejanya sudah berantakan akibat bercinta itu, ponsel suamiku berdering. 

Ketika meraih gawainya ayah anak anakku terlihat gemetar dan syok. Dia melihatku dan pacarnya itu bergantian, tentu dengan ekspresi pucat sekali.

"Apakah itu dari ayah mertua."

"I-iya."

"Bagus," ujarku sambil membalikkan badan.

"Tunggu, kau harus katakan pada ayah bahwa ini salah paham, kita bisa celaka!" Teriaknya.

"Itu urusanmu!" jawabku sambil berjalan dan menjauh, di ujung koridor aku tak mampu menahan tawa bahagia. Aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya 

Tring ....!

Ponselku berdering saat aku tiba di lokasi parkir. 

"Halo."

"Apa yang kau tunjukkan pada ayah mertuamu?" tanya Ibu mertua. Wanita setengah tua yang cukup tegas dan sedikit sombong itu. Aku bisa bertahan jadi menantunya karena aku tinggal berjauhan, andai kami serumah, entah apa yang akan terjadi padaku.

"Aku mengirimkan kenyataan."

"Kau tidak perlu serendah itu untuk mempermalukan suamimu! Sekarang ayah mertuamu  pingsan! Apa kau mau bertanggung jawab jika terjadi sesuatu. Jika sampai terjadi hal yang tidak diinginkan, aku bersumpah akan membuatmu mendapatkan akibatnya."

"Mami, tolong jangan menelpon dulu, ayo bawa ayah ke rumah sakit," ujar adik Mas Alvin dari seberang sana. Pasti sudah terjadi kekacauan seperti yang kubayangkan.

"Lihat akibat perbuatanmu ...."

"Bukan ibu saja yang menanggung resiko perbuatan Mas Alvin, tapi aku juga menderita."

Telepon berakhir tanpa ada percakapan lagi di antara kami berdua mungkin karena situasinya darurat jadi panggilan diakhiri tanpa mengucapkan kata pamit. Lagi pula ibu mertua terdengar sangat marah.

*

Aku kembali ke hotel dan sesampainya di sana aku langsung menuju ke kamar, meletakkan tas dan jaket lalu duduk di depan kaca rias menghapus riasan.

Tring ...

Pesan dan pesan lagi. Tentu saja, mulai sekarang aku tidak akan berhenti menerima pesan, karena terjadi situasi kacau yang cukup gawat.

(Papi belum sadarkan diri hingga sekarang. Ini semua akibat pesan yang kau kirimkan!)

(Kenapa malah menyalahkanku, bukankah itu akibat perbuatanmu sendiri. Jadi tanggung saja!)

(Kau keterlaluan sekali.)

(Apa bedanya denganmu.) Kujawab seperti itu dan langsung mematikan paket data, agar aku tak perlu menerima kabar yang tidak terlalu dibutuhkan.

Keesokan hari, aku dan anak anak kembali  ke rumah. Kami nikmati sarapan prasmanan lalu meluncur pulang.

"Kenapa tadi malam papa tidak kembali Bunda?"

"Karena sibuk sekali."

"Besok kita sekolah kan Bund?"

"Iya, besok kan Senin, Sayang," jawabku sambil membelai pelan rambut putriku lalu kami segera meluncur pulang.

Kuparkirkan mobil di garasi lalu naik pelataran rumah beriringan dengan kedua anakku, kubuka pintu lalu masuk ke dalam dan berencana langsung membereskan rumah agar pikiranku teralihkan dari kejadian menyakitkan semalam. Kubereskan tas anak anak, lalu mengambil vakum cleaner dan menyapu, mengepel, dan mengelap kaca.

Aku turun ke dapur setelah membersihkan lantai dua, mencuci piring bekas makan kemarin lalu menyikat kompor dan memberikan meja dapur. Selagi melakukan semua tugas itu aku kembali teringat tentang kejadian yang sukses meremukkan hati ini. Bagaimana Mas Alvin menyentuh punggung  wanita itu dengan gairah, memeluk tubuh sintalnya, menggendongnya, mencium dan mencurahkan segala kerinduan terlarang mereka. Tiba tiba kesesakan hatiku membuncah dan membuatku tak sanggup menahan air mata. Aku duduk di posisi menyender ke lemari dapur, lalu menangis sejadi jadinya dengan kepedihan hati yang tak sanggup kutahan lagi.

"Ya, Tuhan, tolong biarkan aku melupakan semua perbuatan bejat itu. Semakin teringat, semakin sakit hati ini." 

Segera kuhapus air mata dan  melepas sarung tangan  yang  kugunakan untuk mengerjakan tugas  dapur itu. Aku tak boleh terlihat menangis di depan anakku, agar mereka tak perlu menyadari apa yang terjadi.

Tring... tring ...

Ponsel rupanya berdering dari tadi namun aku tak menyadarinya. Kupikir itu pasti dari suamiku hingga kurasa aku tak perlu menjawabnya. Aku tak peduli.

Ternyata setelah diperiksa itu telpon dari Disha adik iparku.

(Ada apa yang Disha?)

(Papi udah gawat, apa mbak gak mau datang ke rumah sakit.)

(Aku akan datang.) Tentu saja aku akan datang untuk melihat penderitaan mereka.

Teringat dulu, ayah mertua adalah orang yang paling menentang hubungan kami. Dia melarang Mas Alvin mendekatiku yang berasal dari keluarga menengah, dia bahkan tidak Sudi menghadiri pernikahan kami karena merasa ia tak selevel dengan keluargaku. Sekarang sekeluarga sombong itu akan mendapatkan akibat perbuatan mereka.

*

Aku telah sampai di ambang pintu ICU ketika terdengar pecah suara tangis yang begitu memilukan. Ibu mertua terdengar histeris dan memanggil suaminya dengan ucapan.

"Mas Hendro, bangun Mas. Jangan tinggalkan aku sendiri....!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Biar Kubayar Cincin Untuk Jalangmu   98

    Sebulan kemudian setelah pertemuan mengharu biru itu. Mas Alvin tiba tiba menghubungiku. Secara mengejutkan aku yang sedang sibuk di toko melayani pembeli tiba-tiba mendapatkan panggilan dari nomor ponselnya.Agak heran juga mengingat sudah lama dia tidak menghubungiku. Terakhir kali kami bertemu, di saat aku dan dia mengunjungi Mona dan Elena di lapak jagung. Setelah pertemuan yang penuh dengan perasaan sedih itu, Mas Alvin kemudian mengantarkan mantan istri dan anaknya pulang ke rumah, melihat kondisi kos-kosan yang dihuni oleh Mona rasanya miris memang, Mas Alvin nampak sedih, tapi dia tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya memberi uang kepada ibu dari putrinya itu, kemudian kami kembali ke ibukota."Halo, selamat pagi.""Pagi, gimana kabarnya?""Baik," jawabku."Gimana anak anak dan keluargamu?""Kami baik," jawabku lagi."Apa kau sibuk hari ini?""Ya, seperti biasa.""Sebenarnya aku ingin mengajakmu untuk mengunjungi elena."Untuk apa dia selalu mengajakku, Apakah canggung rasanya j

  • Biar Kubayar Cincin Untuk Jalangmu   97

    "Kupikir kau senang aku bercerai dengan Mona," ucapnya yang sukses menahan langkahku saat hampir saja menarik gagang pintu."Musibah dan ketidaknyamanan yang terjadi di antara kalian memang cukup menghibur untuk dilihat, tapi melibatkan bocah kecil dan membuat dia berada dalam situasi yang malang bukanlah hal yang bagus. Tolonglah sebagai ayahnya bertanggung jawablah, kasihan anak itu. Dia sudah sakit dan menderita dengan berbagai kekurangan yang dia miliki, mempertahankan rumah tanggamu dan tidak boleh menyerah sedikitpun atas anakmu.""Sudah ya, mendengarmu mengatakan ini saja sudah membuatku sangat tersinggung dan sakit hati, sudah cukup menceramahiku.""Kalau tidak demi Elena tentulah Aku tidak mau susah payah datang ke sini," jawabku sambil menjauh."Tunggu, baik ... baik, aku akan ikut denganmu," ucapnya sambil membereskan beberapa tumpukan kertas yang tadinya berserakan di atas meja kerjanya."Ada apa?" tanyaku heran. Sepertinya dia mulai terpengaruh dengan tingkahku yang ing

  • Biar Kubayar Cincin Untuk Jalangmu   96

    Sewaktu mobil meluncur Pergi aku kembali memikirkan bagaimana keadaan balita yang tadi masih dalam pelukan ibunya itu. Bagaimanapun dia tidak bersalah sehingga harus menanggung keadaan sepahit itu. Aku heran kenapa Mas ALvin tidak berusaha menahan anaknya tetap berada di sisinya dibandingkan mempercayakan bocah itu kepada Mona.Dia tahu sendiri bahwa keadaan mental dan emosional Mona tidak stabil juga dia tidak punya penghasilan tetap, Jadi bagaimana mungkin Mona bisa menjamin kehidupan Elena dengan benar."Kenapa diam sayang," tanya Mas Eko sambil mengendarai mobil dia menggenggam tanganku yang saat itu sedang menerawang memikirkan bocah tadi."Aku hanya memikirkan nasib bocah tadi dia ter batuk-batuk dalam keadaan kedinginan Mas Mana warung itu hanya ditutupi dengan terpal jadi sebagian air hujan tempias ke arah tempat tidurnya dan itu pasti membuatnya lembab," gumamku."Kau bahkan memperhatikan detail sekecil itu?""Iya.""Aku tidak bisa memaksamu untuk tidak memperhatikan orang la

  • Biar Kubayar Cincin Untuk Jalangmu   95

    Ada pemandangan yang mengejutkan ketika aku dan Mas Eko juga anak-anak kami tengah berlibur keluar daerah.Kami tiba di sebuah kota wisata yang cukup sejuk dengan perbukitan dan kebun teh yang membentang. Kuminta suami untuk menghentikan mobilnya di lapas seorang penjual jagung bakar. Terbit seleraku ingin mencicipi setelah dua jam perjalanan di tengah hujan dan cuaca dingin.Kubuka jendela mobil dan meminta pada si penjual agar memberiku jagung bakar dua puluh ribu."Baik, Bu, sebentar ya," jawab wanita itu sambil mendudukkan anak yang tadinya dia pangku seraya mengipasi jagung bakar."Turun aja Bund, pilih yang besar besar," ujar Mas Eko."Iya deh, aku turun," balasku yang segera merapatkan jaket dan turun dari mobil. "Ini jagungnya masih segar ya Bu, baru dipetik ya?" tanyaku pada wanita yang terus sibuk mengipasi dan membolak balikkan jagung di atas bara api."Iya Bu."Secara kebetulan aku dan dia saling berpandangan, aku terkejut, dia juga, entah kenapa begitu. Aku sekarang fam

  • Biar Kubayar Cincin Untuk Jalangmu   94

    "Tidak usah, Mas, aku rasa istrinya Mas ALvin akan mengatasi semuanya dan aku percaya bahwa itu tidak akan terjadi untuk berulang-ulang kali.""Aku sadar betul bahwa mantan suamimu tidak rela begitu saja kau berbahagia denganku tapi aku tidak menyangka bahwa manuvernya akan seserius ini, kupikir setelah menyadari bahwa kau ada yang punya, maka dia akan berhenti tapi ternyata dia semakin gigih saja.""Bukan aku saja yang mengalami setiap pengalaman seperti itu Mas, banyak orang yang menjalani perceraian tapi pasangannya belum benar-benar move on jadi mereka terganggu.""Aku pun tahu ... tapi aku tidak ingin kau termasuk dalam golongan itu. Aku ingin kita hidup tentram dan bahagia tanpa ada gangguan dari siapapun, dan ya, mantan suamimu yang mau gemar mencari gara-gara itu, dia benar-benar menguji kesabaranku.""Aku sudah tahu sejauh apa kesabaranmu Mas. Karena itu juga aku memilihmu sebagai suami," jawabku sambil mencoba menetramkan perasaannya."Katakan pada Alvin, jika dia masih tid

  • Biar Kubayar Cincin Untuk Jalangmu   93

    Melihat bahwa anak tiriku dan tentu saja anggota keluargaku yang lain merasa tidak nyaman dengan kedatangan Mas ALvin aku pun berjanji kepada mereka akan mengatasi situasi itu.Selesai makan dan beristirahat aku kemudian mandi dan mengganti pakaian sambil mengeringkan rambutku di balkon Aku kemudian mengirimkan pesan kepada ayahnya Rina dan gema.(Kenapa kau mencariku ke rumah suamiku Apa ada yang kau perlukan dariku? Kupikir hubungan kita sudah berakhir, jadi aku tidak akan pernah mendapatkan gangguan darimu, tapi nyatanya aku tidak pernah lepas dengan masalah itu!)Tak berselang lama pesan itu segera terbalas dan bunyinya.(Sejujurnya aku hanya rindu ingin melihatmu dan menyapamu.)(Kau sudah gila?)(Aku ingin melihat anak anak juga, mengapa setelah pernikahanmu rasanya sulit sekali untuk menemui anak-anak.)(Setelah mendapatkan sekolah baru dan tempat bimbingan belajar terbaik tentu saja intensitas kesibukan anak-anak meningkat belum lagi jadwal mengaji dan olahraga mereka jadi, h

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status