"Kenapa kamu malah meminta talak? Apakah kamu takut kebohonganmu akan terbongkar sekarang?" jawab Damar tak kalah berapi-api.
Pria itumerasa tak terima karena Nadine justru meminta talak.Jika pada akhirnya pernikahan mereka harus berakhir, bukan Nadine yang akan meminta talak, Tapi harus dirinya!"Apalagi yang kamu harapkan Damar? Bukankah aku ini hanya wanita yang selalu menjadi beban untukmu? Bahkan kamu tidak memperdulikan anak yang sudah susah payah aku lahirkan ini!" Nadine sejenak menghentikan kata-katanya."Tapi, tidak apa-apa. Jika memang aku harus bertanggungjawab sendiri, aku terima! Demi nyawaku sendiri, aku akan merawat Gibran tanpa uang sepeserpun darimu!"Kesabaran Nadine benar-benar di ambang batas, dia memilih jalan surga yang lain dengan melepaskan jalan surga satu-satunya yang dimilikinya selama ini."Lepaskanlah Aku suka rela Mas! Aku pun tidak akan meminta apapun darimu selain hak asuh anakku saja!"Dalam hati, Nadine meminta maaf pada sang putra karena tak bisa memberikan keluarga utuh. Namun, dia sudah tak sunggup lagi.Diletakkannya Gibran di atas tempat tidur sebelum dirinya tadi melanjutkan perdebatannya dengan sang suami.Di sisi lain, Damar justru menatapnya tajam. "Heleeeh ... sok-sokan minta talak! Memang, kamu bisa apa sih tanpa aku? Selama ini, kamu saja hidup karena uang dan belas kasih dariku," sinis Damar meremehkan istri penyabarnya itu, "palingan juga kamu jadi peminta-minta di jalanan bila berpisah dariku!"Baiklah,,, Tuan Damar agung Prasetyo, tunggu apa lagi? Kamu ingin bukti dari apa yang kamu ucapkan tadi bukan? Maka jatuhkanlah talakmu, maka kamu akan melihat sisi lain dari perempuan yang kamu remehkan ini!" Kata Nadine semakin menantang.Damar yang merasa tertantang oleh ucapan perempuan yang menurut pandangannya pantas disepelekan itu menjatuhkan talaknya kepada istri yang selama ini membersamainya yang sama sekali tak pernah diberikan nafkah yang layak darinya.Oleh karena emosi yang menguasai talak itu pun dijatuhkan sebagai talak 3 sekaligus, dan berakhir dengan ucapan hamdalah yang diucapkan oleh Nadine, dan hal itu cukup membuat Damar kaget menyesali apa yang baru saja diucapkannya kepada sang istri."Tidak dek, aku minta maaf, aku tidak serius mengucapkan talak itu!"Kata Damar gelagapan."Terlambat Mas, ucapan talak itu tidak bisa direvisi, kamu sudah terlanjur mengucapkan talak itu kepadaku, dan aku menerimanya, mulai saat ini gugurlah semua tanggunganmu kepadaku, selain itu haram untukku kau sentuh!"Ucap Nadine dengan tatapan sinis tanpa sedikitpun tergurat penyesalan di sana.Nasib baik memang sedang membersamai Nadine, saat ucapan talak itu terucap di sana ada dua tetangga yang selama ini selalu menemani Nadine turut menyaksikannya. Bahkan salah satu dari mereka telah merekam ucapan talak tersebut."Mbak Sari? Mbak Ine? Alhamdulillah kalian berada di sini dan turut menyaksikan talak yang sudah di jatuhkan oleh suamiku ini! Ralat, mantan suami!"Ucapan syukur diucapkan oleh Nadine atas kehadiran dua orang yang selalu mendukungnya itu."Kalian jangan ikut campur ya? Ini adalah urusan rumah tangga kami! pergi Kalian Kalau tidak mau aku laporkan ke polisi!"Ancam Damar."Atas dasar apa emangnya? Kami nggak takut tuh!"kata wanita yang bernama Sari."Segera kamu angkat kaki dari rumah ini, karena kalian bukan suami istri lagi! atau kamu mau aku laporkan kepada Pak RT di sini dan mengerahkan warga untuk mengusirmu jauh dari sini? bukti talak yang sudah kamu jatuhkan kepada istrimu itu sudah cukup untuk kuberikan kepada Pak RT!"Sari mengancam dengan bukti rekaman yang dimilikinya."Langsung upload saja ke sosmed Mbak Sari, agar bukti itu tidak hilang!"Mbak Ine memberikan usul."Tidak, Aku mohon jangan!"Kata Damar."Tapi sayang, sejak tadi yang aku lakukan adalah live streaming bukan sebuah rekaman!"Jawaban dari Sari membuat Damar memucat dan bisa membayangkan apa yang akan terjadi.Ada satu peraturan kantor yang menyatakan bahwa semua pegawainya tidak boleh berpoligami ataupun menjatuhkan talak secara sembarangan kepada istrinya, kecuali alasan yang masuk akal yaitu perselingkuhan."Dari sejak kapan kamu live streaming?"Tanya Damar tergagap."Sejak kamu mengatakan dan menanyakan sisa uang nafkah 600.000 yang selama ini kamu berikan kepada Nadine!"Wajah Damar semakin memucat saat mendengar jawaban dari Sari."Siallllll!"Umpat Damar."Dan kamu tahu? Live streaming tadi sudah disaksikan lebih dari satu juta penonton! tentu kamu sudah tahu dong akibatnya seperti apa? kamu akan jadi artis dadakan Mar! bersiaplah! akan banyak orang meminta tanda tanganmu nanti!"kata Sari serupa ejekan."Pergilah Mas, jangan perpanjang lagi masalah ini, toh antara kamu dan aku sudah tidak ada ikatan apa-apa lagi! pergilah! dan jika tugas terakhirmu untuk mengurus perceraian kita pun kamu abaikan, maka aku akan mengurusnya sendiri!"Kata Nadine dengan sangat tegas."Tidak! kamu tak punya hak untuk mengusirku dari sini, aku yang membayar kontrakan reot ini, jika ada yang harus pergi maka itu adalah dirimu!"Damar berkata demikian dengan maksud ingin membuat istrinya itu berfikir ulang dengan apa yang dipintanya, Bahkan dia mengingkari kata talak yang sudah diucapkan untuk Nadine tadi."Nggak masalah, kalau kamu tidak mau pergi dari sini, maka Aku Yang akan pergi!"jawab Nadin datar kemudian masuk ke kamarnya untuk membereskan semua pakaian miliknya dan juga milik Gibran putranya.Mulanya Damar merasa pongah dengan pemikirannya itu, tapi sikap yang ditunjukkan oleh Nadine justru membuat Damar terperangah kaget, ia tak percaya dengan pendengarannya sendiri karena menyaksikan kesombongan yang ditunjukkan oleh istri yang sudah ditalaknya tadi."Kalau kamu pergi dari sini, memangnya kamu mau menggelandang di mana? Tak kau lihat anakmu itu yang masih bayi? Tak kasihan kamu sama dia? apa susahnya sih kamu menganggapku salah ngomong saja tadi, anggap talak itu Tak pernah terucap olehku, maka dengan itu kita masih suami istri!"Nadine berhenti melangkah saat Damar mengatakan itu.Dia balik badan kemudian memegang kening laki-laki tersebut,"pantas aja! lah wong panas begini!"Ucap Nadine."Kamu itu waras? Kok aku meragukan kewarasanmu! pernah belajar agama nggak sih? talak itu tidak bisa ditarik, itu makanya diatur bahwa talak Tidak boleh diucapkan sembarangan meski dalam candaan sekalipun!"Kata Nadine."Tapi aku tidak berniat demikian!"Damar masih saja membantah."Di dalam sini, Siapa yang tahu?"Yang jelas yang terlahir dari bibirmu tadi adalah sebuah kata talak yang sangat jelas, yaitu talak 3? Kamu tahu kan artinya? Haram untuk kita bersama lagi karena talak yang kamu jatuhkan adalah talak 3, kecuali jika nanti aku sudah menikah dengan laki-laki lain kemudian bercerai! baru saat itu kamu halal menikahiku kembali, itupun jika aku mau!" Ucap Nadine."Mulai saat ini aku katakan, Aku tidak akan masuk di lubang yang sama, kesengsaraan yang sama dan dikebodohan yang sama! sampai sini paham?"Dengan sangat panjang lebar lagi-lagi Nadine menjelaskan tentang hukum talak yang sudah diucapkan oleh sang mantan suami tersebut."Berhenti di situ dan nggak usah mengikuti aku sampai ke dalam, aku akan beberes untuk meninggalkan gubuk reot yang kamu jadikan untuk tempat tinggal ku selama ini!"kata Nadine.Damar pun tak bisa berbuat banyak karena Sari dan Ine menghadang tepat di depan pintu kamar, tentu saja Damar tidak akan bisa menerobos masuk apalagi dengan kebar-baran yang dimiliki oleh Sari."Bagaimana ini? Bagaimana jika pihak kantor tahu kalau selama ini aku tidak pernah bersikap adil kepada istriku utama tentang nafkah!"batin Damar dalam hatinya.Gaji pokok yang diterima Damar sebenarnya hanyalah 5 juta, sedangkan tunjangan untuk sang istri adalah 3 juta, selebihnya adalah uang lembur, fihak kantor selalu mewanti-wanti jika uang jatah 3 juta itu tak boleh berkurang untuk sang istri, tapi setelah sekian lama menikah dengan Nadine justru uang itu tak pernah sampai ditangannya.Padahal setiap bulan uang gaji plus tunjangan plus lemburan Damar selalu mendapatkan angka mendekati 10 juta, sungguh miris memang nasibnya si Nadine karena uang yang diterimanya tak sampai 10% dari hasil yang didapatkan oleh Damar."Bagaimana jika uang tunjangan yang ditujukan untuk Nadine harus aku kembalikan? Dengan apa aku harus mengembalikannya?"Batin Damar gusar.Ditengah kegalauannya tiba-tiba saja handphone miliknya berbunyi, dan itu ternyata dari atasannya, Damar sedikit bergetar dan takut untuk mengangkat panggilan tersebut.Ia takut jika urusannya adalah tentang apa yang dilakukannya kepada Nadine."Nadine...! Kamu membuatku dalam masalah!" Geram Damar dalam hatinya.Drrt!Ponselnya terus berbunyi membuat Damar pun mengangkat panggilan telepon tersebut."......""I-iya Bu! Saya segera ke kantor!" jawab Damar terbata."Bawa anak dan istrimu sekalian!" kata seseorang di seberang telepon lagi.Suaranya terdengar tidak ramah sama sekali.Tanpa membantah, Damar pun mengiyakan apa yang diperintahkan oleh atasannya tersebut.Sepertinya, atasannya sudah tahu live streaming yang dibuat tetangganya itu?"Aku harus baik-baikin Nadine, supaya dia tidak berkata yang tidak-tidak tentang yang ku lakukan selama ini!" Pikiran waras Damar kembali bekerja setelah sekian lama.Saat tahu Nadine keluar dengan membawa tas pakaian yang tak terlalu besar, didekatinya wanita itu."Dek!" panggil pria itu."Ada apa? Kalau mau menghalangi langkahku, maaf! Aku lebih takut dengan dosa berdekatan dengan lawan jenis yang bukan muhrimku!" sarkas Nadine.Damar sontak menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Pihak kantor menyuruh kita untuk menghadap. Aku mohon kali ini kamu ikut, ya?
Setelah cukup puas berbincang, akhirnya rumah kontrakan itu ditempati bertiga.Tak lupa, Nadine meminta izin kepada sang pemilik kontrakan untuk menyewa sebuah kamar lagi untuk ditempati oleh Sari dan Ine."Untuk kontrakannya kita bayar bertiga saja, dan untuk makan setiap hari nanti kita juga akumulasikan berapa pengeluarannya kemudian di bagi bertiga, setiap struk pembelanjaan harus kita simpan menghindari percekcokan diantara kita!" kata Sari yang disetujui oleh Nadine Dan juga Ine."Mulai hari ini kita harus saling bergandeng tangan saling melindungi dan saling berbagi, kita adalah saudara tanpa KK dan Semoga persaudaraan kita ini sampai ke surganya, amin!" Nadine menimpali perkataan dari Sari."Untuk sementara biarkan kami yang menanggung hidupmu dulu Nadine, meskipun kamu di sini statusnya adalah seorang ibu sendiri, tapi usiamu jauh di bawah kami. Jadi anggap saja semua ini merupakan tugas kami sebagai kakakmu!" kata ine yang menyadari kalau Nadine tidak memiliki pekerjaan."Ti
"Nggak, nggak bisa!" tolak Ibunya Damar seketika. Padahal dia belum mendengar alasan dari Damar untuk meminjam sertifikat tersebut."Asal kamu tahu sertifikat sudah Ibu gadaikan ke bank 3 hari yang lalu dan itu untuk membayar hutang ibu dan juga Sarah!"Mendengar jawaban sang Ibu, seketika Damar menjadi lemas. Yang Damar tak habis pikir adalah tentang kakaknya yang ikut meminjam uang hasil Pegadaian sertifikat tersebut."Mbak Sarah? Berapa banyak sih Bu hutang Mbak Sarah sebenarnya? Kemarin uang tabunganku juga ludes dikuras sama Mbak Sarah katanya juga untuk bayar hutang! terus Ibu bilang Ibu juga menggadaikan sertifikat untuk bayar hutangnya Mbak Sarah dan ibu!"tanya Damar tak habis pikir."Apaaa? Sarah juga pinjam uang tabunganmu? Berapa? Kok Sarah tidak ada bilang sama Ibu?"Tanya Bu Pratiwi kepada anak lelakinya."Semua tabungan damar Bu ada 75 juta!"jawab Damar yang membuat Ibu Pratiwi syok kaget."Seharusnya kalau dia sudah meminjam uang kepadamu, dia tak perlu meminta ibu untu
"Kenapa jadi Damar yang harus membayar? uang ini bahkan hanya setengahnya saja dari yang Ibu sebutkan tadi?" Kata Damar kembali memprotes dengan apa yang dikatakan oleh ibunya."Mau bagaimana lagi? Takkan Ibu yang membayar semuanya? Ibu bahkan hanya mendapat uang darimu saja!" kata Bu Pratiwi."Bu aku ini terancam akan dipecat dari pekerjaanku kalau aku tidak bisa mengembalikan uang jatah dari perusahaan untuk Nadine! tidak main-main lho Bu jumlahnya 3 juta dikali 3 tahun." Damar mencoba menjelaskan yang menjadi kegundahannya.Bu Pratiwi tak mau tahu dengan apa yang menjadi kesusahan anaknya tersebut, dia tetap pada pendiriannya yang mengatakan bahwa Damar harus membayar semua uang pinjaman yang ada."Jangan begini dong mbak, tolong kasihani aku sedikit saja! selama ini kan aku selalu membantu mbak sarah dan juga Ibu, tak kan kali ini kalian tidak bisa membantuku?" Fikiran Damar semakin gusar.Damar teringat dengan rumah yang ditempati oleh kakaknya, rumah tersebut adalah rumah berser
Damar semakin menunduk dengan apa yang diucapkan oleh atasannya tersebut, ia merasa telah dikuliti habis-habisan oleh sang atasan atas kesalahan yang seharusnya tak ada sangkut pautnya dengan perusahaan, itu menurut Damar.Karena merasa sudah terpojok Damar pun memberanikan diri untuk membela dirinya sendiri."Tapi maaf Bu bukankah seharusnya apa yang saya lakukan di luar jam kantor tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan? Apalagi kinerja saya pun Tidak diragukan lagi di perusahaan ini! tolong toleransinya Bu!" kata Damar meskipun dengan takut-takut, tapi dia memaksa memberanikan dirinya untuk menatap langsung kepada atasannya tersebut."Anda lupa dengan peraturan perusahaan milik saya? anda tahu sejarah perusahaan ini berdiri? Kalau Anda lupa mari saya peringatkan!" kata Bu Indra yang merasa geram dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Damar."Hal pertama yang perlu kamu ketahui, perusahaan yang saya dirikan ini bukanlah merupakan perusahaan company, semua murni dari us
Tatapan nanar Sarah tertuju kepada Damar, Sarah jengkel kepada adiknya itu karena berani-beraninya membongkar rahasianya di depan sang suami."Tidak usah melihat ke arah Damar, kewajibanmu hanya menjawab apa yang aku tanyakan kepadamu!" hardik Budi."Emmm itu, anuu..!"bingung Sarah mau menjawab apa, bahkan kata-katanya hanya terhenti kepada itu dan anu saja.Mulutnya bergerak ke sana kemari tapi tak jual mengeluarkan kata-kata yang bisa didengar."Jawab Sarah...!"kata Budi lebih tegas dari tadi."Kamu itu apaan sih Budi? Kalau menanyai istrinya itu yang baik-baik, jangan dengan nada yang tinggi seperti itu!" protes Pratiwi tak terima anaknya diintimidasi seperti itu."Budi mohon Bu, kali ini saja jangan ikut campur urusan rumah tangga kami! cukup selama ini Ibu terlalu memanjakan anak Ibu ini!" kata Budi yang tak mengalihkan pandangannya ke arah Sarah menuntut jawaban.Sarah pun menunduk sedangkan Bu Pratiwi tak bisa berkata apa-apa lagi, selama ini menantunya tersebut selalu diam mes
Keesokan harinya saat sudah sampai di kantor, dengan polanya Damar menuju ke ruangan atasannya."Selamat pagi Bu!"sapa Damar saat dia memasuki ruangan bosnya tersebut setelah sebelumnya mengetuk pintu."Selamat pagi, silakan duduk pak Damar, ada perlu apa-apa pagi-pagi ke sini?"tanya Bu Indra.Damar pun mengeluarkan uang yang sudah disiapkannya dari tadi, uang sejumlah 75 juta tanpa kurang tanpa lebih ia letakkan di depan Bu Indra atasannya."Ini uang club 75 juta yang Ibu minta! Saya tidak jadi diturunkan jabatan kan Bu? tanggungan saya sudah lunas!" tanya Damar dengan sedikit takut-takut."Saya tidak akan ingkar dengan apa yang sudah saya janjikan, mengingat kinerja anda yang cukup baik di perusahaan ini saya berniat untuk membiarkan anda tetap di jabatan anda yang sekarang, tapi satu minggu terakhir kinerja anda benar-benar buruk, semua laporan yang anda buat benar-benar kacau!"kata Bu Indra panjang lebar, dan sukses membuat Damar panas dingin."Jadi mohon maaf, anda akan dipindah
"Nanti setelah bosnya Damar itu pergi, kita minta saja uang yang diserahkan kepada Nadin tadi, amplopnya tebal banget ya Bu, pasti itu isinya adalah 100 juta seperti yang diungkapkan oleh Damar!" kata Sarah."Rezeki nomplok Kalau seumpama kita bisa mengambil alih uang tersebut, enak bener perempuan miskin itu menerima uang sebanyak itu, nggak pantes banget!" kata Bu Pratiwi menimpali perkataan putrinya.Sarah rupanya mengingkari surat perjanjian yang sudah ditandatanganinya kemarin, dia kembali mendatangi ibunya dan melakukan hal-hal yang sangat dilarang oleh suaminya tersebut.Sarah benar-benar menyepelekan tentang perjanjian yang sudah ditandatanganinya yang terkait dengan talak yang disebut di dalamnya.Kesalahan fatal Sarah akan memicu retaknya rumah tangganya bersama Budi, hanya Ivanka lah yang menjadi pertimbangan seorang Budi untuk memberi satu kesempatan kepada Sarah, Budi sudah berjanji dalam hatinya sendiri jika Sarah sampai tidak bisa memanfaatkan kesempatan yang diberikann