Share

Kejutan Menyedihkan.

last update Last Updated: 2024-08-24 09:18:39

Membuat lidahku kelu. Lalu aku beralih menatap Ayu. 

‘’I—iya kerja, Bun. Monik pengen belajar mandiri aja,’’ kataku spontan.

‘’Kalau begitu aku mengantarkan Monik dulu ya, Bun. Bilang juga sama Ayah. Assalamua’laikum.’’ Ayu takdzim dengan Bunda Aini. Begitupun denganku. Beliau tampak kebingungan. 

‘’Iya. Kalian hati-hati ya. Wa’alaikumussalam.’’

Kami bergegas melangkah keluar. 

Tak lama, mobil Ayu membelah jalanan raya. Sedari tadi kami hanya hanyut dalam pikiran masing-masing. Terkadang aku juga malu berteman dengan perempuan sebaik dan sesolehah Ayu. Sedangkan aku perempuan banyak dosa dan punya masa lalu yang kelam.

Apa aku pantas berteman dengan dia? Aku memijit kening yang terasa pusing. Banyak sekali beban di pikiranku ini, apalagi aku diusir dari rumah dalam keadaan berbadan dua dan cita-citaku yang selama ini akan aku raih, aku terpaksa menguburnya dalam-dalam.

Aku tak mungkin melanjutkan pendidikanmu dalam keadaan hamil begini, apalagi hamil di luar nikah. Aku mengusap muka dengan kasar. Ini semua karena kebodohanku. Andai saja aku mau menuruti nasihat sahabatku, mungkin kejadiannya tak kan seperti ini. Hidupku saat ini sungguh berantakan.

Seketika aku teringat, apa aku tidak apa-apa menginap untuk sementara di kos? Aku khawatir kalau orang disekitar akan tahu soal aku yang hamil tanpa suami. Terutama pemilik kos, tentu mereka akan mengusirku.

Ya Allah! Lalu aku akan ke mana? Tak mungkin juga aku kembali ke rumahnya Ayu. Aku tak pantas tinggal di sana, apalagi keluarga Ayu itu orang yang begitu paham Agama. Aku tak mau mereka malah ternodai oleh dosaku ini. 

‘’Yu, apa nggak apa-apa kalo aku di kos? Apa nggak ketahuan nanti sama orang-orang di sana, terutama pemilik kos?’’ Aku mengutarakan apa yang tengah mengganjal di pikiranku sedari tadi.

‘’Kamu cuma beberapa hari aja di sana kok. Semoga Tente dan Om bisa menerima kamu lagi di rumah,’’ jelas Ayu yang menoleh sesekali, lalu fokus kembali menyetir. Aku hanya terdiam.

Bingung, entah Mama dan Papa akan mau menerima aku kembali atau tidak sebagai anak kandungnya. Aku juga merasa cemas, bagaimana kalau sampai orang-orang di sekitar mengetahui statusku yang hamil di luar nikah.

Pasti mereka akan mengusirku, terutama pemilik kos. Aku memijit pelipis dan mencoba menyingkirkan prasangka buruk yang datang tiba-tiba.

Di sebelah kiri jalan, tampak mobil bewarna merah berhenti di tepi jalan. Kalau dilihat dari plot mobilnya sepertinya aku kenal. Ah ya, Andre? Aku teringat ketika aku jalan-jalan bersama Andre menggunakan mobil bewarna merah.

‘’Monik, itu kayak Andre deh!’’

Tapi, kenapa dia bersama wanita itu? Wanita yang berpakaian kurang bahan, rambut panjangnya terurai dengan rapi dan mengenakan rok selutut. Diiringi canda tawa sedang memakan bakso.

Dasar lelaki! Lelaki mata keranjang! Menggoda semua wanita. Setelah semuanya didapatkannya dariku, dia berubah seketika dan dia tak lagi menghubungiku

Aku layaknya seperti permen karet, yang habis manis sepahnya dibuang begitu saja. Emosiku benar-benar sudah berada di ubun-ubun. Aku tetap mencoba untuk bersikap tenang. Aku menarik napas pelan agar tetap tenang. 

‘’Nggak mungkin, Yu. Kamu salah lihat kali,’’ kilahku pura-pura tak tahu. Bahkan, aku mencoba memasang wajah seolah sedang baik-baik saja. 

Sayangnya, Monik tak peduli. Ia mulai menepikan mobilnya. ‘’Itu pasti dia, Monik. Aku nggak salah lihat kok.’’

Jantungku berdegup lebih kencang lagi. Apa yang akan dilakukan  oleh Ayu? 

‘’Kamu turun! Ikut aku!’’ titahnya sembari mematikan mesin mobil. Lalu bergegas menggandeng tanganku. Jangan-jangan Ayu membawaku ke tempat Andre yang sedang makan bakso di tepi jalan bersama wanita itu.

‘’Yu! Kita mau ke mana sih?’’ Namun Ayu tak menggubris ucapanku, dia terus saja melangkah sembari menggandeng tanganku. Melihat lelaki itu bersama wanita lain, membuat kepala ini terasa memanas. 

‘’Hei! Apa ini pacar kamu? Emangnya kamu mau sama laki-laki yang sudah menghamili sahabatku ini?’’ ucap Ayu lembut tetapi menusuk. Membuat Andre lekas berdiri dan mukanya memerah menatap ke arah Ayu.

‘’Ka—kamu. Apa maksud kamu? Aku nggak kenal dengan wanita itu. Apalagi kamu!’’ bentaknya. Seolah sedang bersandiwara.  Dasar lelaki! Setelah dia merenggut kehormatankv dengan mudahnya dia berkata tidak mengenaliku. Ingin rasanya aku menonjok mulut manisnya itu biar dia tahu rasa. Aku harus tetap sabar dan kuat. Aku kembali menarik napas pelan. Kupandangi wanita yang berpakaian kurang bahan itu terperanjat kaget. 

‘’Sayang, tolong jelaskan!’’ Aku memandangi wanita itu dari bawah hingga ke atas. Kulitnya memang putih mulus. Akan tetapi hambar. Tak ada manisnya wajah perempuan itu, apalagi cantik tak ada sedikit pun. Entah kenapa bisa-bisanya Andre tertarik pada perempuan ini? Apa karena pakaiannya yang kurang bahan itu? Kalau dipikir-dipikir lebih cantikan aku daripada perempuan itu. Rasanya tangan ini gatal sekali ingin melakukan sesuatu pada lelaki yang berhasil merenggut kesucianku. 

‘’Nggak, nggak! Mereka bukan siapa-siapa aku. Aku nggak kenal sama mereka,’’ ucapnya berbohong, keringat dingin di mukanya terus mengalir. 

‘’Kamu harus percaya sama aku, Sayang. Mereka itu penipu dan aku nggak kenal siapa mereka.’’ Tangan kekarnya memegang jemari lentik wanita itu. Membuat aku mvak saja. 

‘’Cukuup! Dasar lelaki nggak tahu diri!’’ bentakku yang sudah hilang kesabaranku, seketika wanita itu melepaskan genggaman tangan Andre dengan kasar.

‘’Dan kamu Mbak, kamu akan merasakan apa yang sudah aku rasakan selama ini. Mungkin sekarang kamu nggak percaya, tapi lihat aja setelah mendapatkan semuanya dari kamu. Lelaki ini akan mencampakkanmu. Camkan itu!’’ teriakku sembari menunjuknya dengan nada suara bergetar. Tukang bakso hanya sebagai penonton saja dan beberapa orang pembeli ternganga memandangi kami. Tapi aku tak peduli itu. Biar saja orang tahu kalau Andre itu adalah lelaki bajingan. 

‘’A—aku nggak kenal sama kamu. Oh, atau jangan-jangan kamu udah ngga waras.’’

Deg!

"Dasar! Kamu yang tidak waras!" teriakku.

Emosiku benar-benar tak bisa dikendalikan. Aku bergegas mengambil air putih yang tergeletak di meja. Lalu aku siramkan ke kepala busuknya itu. 

‘’Ayo kita pergi, Yu! Bajingan seperti dia  harus dipermalukan.’’ Aku bergegas melangkah menuju parkiran mobil, Andre tampak mengusap mukanya dengan kasar, semua orang terpenganga memandangi kami, dan wanita itu bergegas meninggalkan Andre tanpa sepatah kata pun. Rasakan! Semoga saja dia putus dengan perempuan itu. Enak saja, setelah dia mendapatkan semuanya dariku lalu dengan mudahnya dia pacaran dengan perempuan lain. Semua wanita dipacarinya, lalu dia mengajak ke hotel untuk melakukan aksinya? Dasar lelaki bajingan! 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Biar Kutanggung Dosa Malam Itu   Biar kutanggung dosa malam itu.

    Aku merasa hina dan tak pantas jika dia bersahabat denganku, tetapi di luar dugaanku. Ayu bahkan orang satu-satunya yang selalu mensupport, di saat aku terpuruk sekalipun. Betapa beruntungnya aku punya sahabat seperti Ayu, dulu aku acuhkan ketika aku jadi kekasihnya almarhum Andre.Ya, kini Ayu sudah kuliah di Universitas ternama dan tentu itu kampus impiannya selama ini. Aku tahu soal itu, karena aku yang bertanya pada sahabatku. Aku yakin dia enggan memberitahuku karena tak mau jika aku nanti malah bersedih hati. Ayu dan teman-teman pada kuliah, sementara aku menggendong anak. Aku punya anak bukan pada waktunya. Seusia aku masih berkecimpung di pendidikan. Itu semua karena kesalahanku, karena kebodohanku.Akibatnya aku yang menanggung, membuat aku putus sekolah dan tak bisa melanjutkan pendidikan seperti temanku yang lain. Banyak juga yang menjauhiku karena tahu bahwa aku hamil di luar nikah. Hingga kini, orang masih mengatakan hal yang sama. Pandangan orang padaku tetap tak kan be

  • Biar Kutanggung Dosa Malam Itu   Sudah Tertangkap?

    Aku bukan ilfeel dengan pekerjaannya. Prinsipku apapun pekerjaan asalkan halal. Aku orangnya tak memandang jabatan. Tapi, rasa trauma itu masih membekas. Aku hanya ingin membesarkan dan mendidik anakku untuk saat ini.‘’Assalamualaikum.’’‘’Waalaikumsalam. Eh, cucu Nenek udah datang ya, Sayang.’’ Seketika Mama Karni bergegas menghampiri kami dan langsung menggendong cucunya. Membuat Rafi tertawa kecil dan memegang pipi neneknya.‘’Tadi Mama beliin mainan buat si Dedek,’’ kata wanita separuh baya itu sambil memandang ke arahku.‘’Ya Allah, Ma. Kan mainannya udah banyak,’’ keluhku kemudian. Ya, neneknya selalu saja membelikan mainan yang begitu banyak untuk cucunya. Padahal mainan yang dibelikan kemarin-kemarin masih layak dipakai, masih bagus. Di rumahku pun banyak mainan juga, itu oma dan opanya yang beli.‘’Nggak apa-apa, Nak. Itu mainan yang baru kok dan belum pernah dimainkan sama si Dedek.’’**‘’Assalamualaikum.’’ Aku yang tengah memberikan ASI pada si kecil seketika Mama mengan

  • Biar Kutanggung Dosa Malam Itu   Dua Tahun Kemudian

    ‘’Sayang, mandi dulu ya. Nanti kita tempat Nenek,’’ kataku pada Rafi yang sedang asyik bermain. Dia berhenti bermain lalu menoleh ke arahku. Ya, sudah setahun lebih kini usia anak semata wayangku. Alhamdulillah dia sehat dan sangat aktif. Sudah dua tahun juga kepergian mantan suamiku, Papanya Rafi. Tak berselang lama, aku telah selesai memandikan anakku. Dia kugendong dengan berbalut handuk. Lalu langsung kubawa ke tempat tidur, membaringkannya. Dia tampak tertawa kecil, membuat aku makin gemas saja.‘’Ma,’’ katanya yang membuat aku bergegas mengecup pipi tembem si kecil.‘’Ih, anak sayang Mama ini.’’ Dia tertawa kecil hingga nampak giginya yang baru tumbuh. Kuambil minyak kayu putih, lalu mengoleskan ke perut, punggung, tangan, dan kakinya. Dia tampak enteng sekali sambil bertepuk riang.‘’Bi, nanti kalo Ibu nanya bilang aku ke rumah Neneknya Rafi,’’ kataku pada wanita separuh baya yang berkerudung itu. Ya, dia adalah ART di rumahku. Namanya Bibi Aida, dia sudah setahun bekerja di s

  • Biar Kutanggung Dosa Malam Itu   Kabur? (POV Mami Nina)

    Aku tak mau membusuk di penjara. Aku tak mau jika orang suruhanku itu mengaku bahwa aku-lah dibalik semua ini.‘’Ya udah deh, Mi. Kalo gitu bersiap-siaplah,’’ sahutnya yang membuat aku melukiskan senyuman di bibir, bernapas lega.‘’Kita pergi sekarang kan, Pi?’’ ulangku kembali menatap mata elangnya.‘’Iya, Mi. Kita pergi sekarang. Kalo bukan demi Mami, Papi nggak akan mau liburan. Apalagi kerja Papi akan ditinggal begitu saja,’’ jelasnya sambil menghela napas berat.‘’Mami minta maaf deh, Pi. Tapi kan bisa Papi suruh orang kepercayaan Papi untuk menggantikan tugas Papi untuk sementara waktu.’’‘’Nggak semudah itu, Mi.’’ Lelaki yang menemaniku selama dua puluh tahun itu bergegas berlalu meninggalkanku. Begitulah si Papi, jika diajak pergi liburan di luar waktu libur, maka dia akan enggan untuk pergi dan malah menjadi bahan perdebatan antara aku dan suami. Ya, tapi aku tak punya cara lain untuk menghindar. Ini satu-satunya cara supaya keberadaanku tak ditemukan oleh pihak kepolisian.

  • Biar Kutanggung Dosa Malam Itu   POV Mami Nina

    ‘’Bu, saya takut kalo penyamaran saya terbongkar. Sa...saya nggak mau masuk penjara.’’Membuat darahku mendidih dibuatnya mendengar ucapan wanita di seberang sana, orang suruhanku untuk melenyapkan Andre seminggu nan lalu. Sengaja aku bayar orang lain untuk membantu Andre agar nyawanya lenyap, tentunya dengan harga yang sangat mahal. Seperti ancamanku pada mamanya, kalau nyawa harus dibalas dengan nyawa. Anak semata wayangku, Nina.Anak yang sangat kusayangi kecelakaan dan merenggut nyawa. Gara-gara lelaki itu yang membawa anakku jalan-jalan ke luar pakai motor sportnya. Sejak awal aku tak pernah merestui hubungan mereka, namun suamiku bersikeukeh untuk menjodohkan lelaki itu dengan anakku. Dengan terpaksa aku menyetujuinya ketika itu, hingga Nina sering membawa lelaki itu ke rumah. Bahkan hingga larut malam, lelaki itu masih di rumahku.Aku yakin Nina hamil darah dagingnya Andre, atas perbuatan lelaki terkutuk itu. Sungguh miris, anakku meninggal dalam keadaan berbadan dua dan itu d

  • Biar Kutanggung Dosa Malam Itu   Kita Harus Ikhlas

    Mata Alisya melotot ke arahku. Sejak pertama kali dia tahu kalau aku ada hubungan spesial dengan Andre, sejak itu pula dia sering berkata ketus padaku, apa dia membenciku? Dan apa rasa benci itu masih membekas sampai saat ini?Buktinya dia menatap tajam ke arahku.‘’Terima kasih kalian udah datang ke pemakaman Andre. Hati-hati di jalan,’’ sahut Mama. Namun, mereka tak menoleh sedikit pun. Aneh! Tadinya begitu ramah dan sopan perlakuannya terhadap Mama Karni. Kini kenapa jadi begini? Apa karena Mama yang mengatakan aku masih berstatus sebagai istrinya Andre? Tapi apa hubungannya? Kan Andre sudah meninggal. Ah, sudahlah! Sepertinya pikiranku butuh istirahat sejenak.Mataku tertuju pada Mama yang tengah memeluk batu nisan anaknya dengan deraian air mata.‘’Semoga kamu tenang di sana ya, Nak. Maafkan Mama belum bisa jadi Mama yang baik untuk kamu.’’Membuat hatiku terenyuh memandangi wanita yang telah kuanggap sebagai orangtuaku itu. Entah kenapa, aku ikut merasakan apa yang dirasakan ole

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status