Share

Gaji Suami

Setelah mendapat telepon dari Bang Raka, aku pamit pulang pada Ibu. 

"Far, setelah urusanmu selesai kembalilah kerumah ini." ujar Ibu, saat aku akan pamit untuk kembali. 

"Ibu tenang saja, Farah akan kembali..," 

Aku dan Dara kembali menuju rumah, bagaimana pun aku harus bisa membalik nama sertifikat atas namaku. Agar Bang Raka tidak mempunyai apapun lagi, sebelum semua di kuasai oleh keluarganya. 

"Far, kamu tenang aja jika Raka mencari sertifikat nya bilang saja tidak tahu," ujar Dara saat kami di perjalanan pulang.

"Siap, aku tidak akan mengalah kali ini dan merasa kasihan!" jawabku.

**

"Farah..! Kamu dari mana saja?" tanya Bang Raka, saat aku baru saja masuk dan lewat di hadapannya. 

"Beli pulsa Bang," jawabku sekenanya. 

"Kamu tahu tidak di mana letak sertifikat rumah kita?" pertanyaan Bang Raka kali ini, membuatku meneguk saliva dan menghampirinya. 

"Sertifikat rumah? Untuk apa Bang?" cercaku.

"Emmhh.. Abang mau jamin kan sertifikat rumah kita pada Bank. Kamu kan tidak mau memberikan 100 juta itu, jadi biar Abang saja yang mencari duit itu," 

"Kenapa kamu kekeh banget sih Bang, mendukung keluargamu untuk punya hajatan mewah, padahal tidak mampu!" ucapku ketus.

"Kamu harus tahu dong Far, calon suami Gita itu pengusaha banyak rekan bisnisnya. Jadi malu jika kita mengadakan resepsi biasa," 

"Jika pengusaha berarti kaya, kenapa tidak dia saja yang membiayai semuanya. Pengusaha abal-abal kali!" ledekku.

"Udah diam kamu Far, bikin aku tambah pusing. Dia kan juga mau kasih 50 juta, karena dia janji setelah menikahi Gita, dia akan memberi pekerjaan yang bagus pada Bang Julian dan Nando du perusahaannya nanti." 

"Oh begitu, dan kamu dapat pekerjaan juga Bang?" 

"Pastilah! Bawel banget sih kamu. Makanya nurut biar aku dapat kerjaan bagus nanti, ini juga kan tuntutan keluarga calon suami Gita, kita harus mengadakan resepsi mewah agar tak malu pada tamu mereka!" 

"Kenapa Ibu kemarin tidak berkata seperti itu," 

"Banyak nanya! Aku makin pusing kamu gak bisa bantu..!" aku sengaja membuat Bang Raka kesal, untunglah dia tidak mencurigaiku.

**

Terdengar suara Ibu dan Gita datang, aku menguping dan mengintip mereka. 

"Raka, kenapa kamu lama Ibu sudah menunggu sertifikat itu," ujar Ibu.

"Raka lagi cariin gak ada Bu," 

"Sini Gita bantu cariin, jangan sampai hilang!" Gita pun ikut serta mencari. 

Kalian cari sampai malam juga tidak akan ketemu. 

"Pasti mbak Farah yang udah ambil jadi tidak ada di sini!" ujar Gita.

"Gak mungkin, Farah aja belum tau rencana Abang kok. Baru tahu tadi!" jawab Bang Raka dam masih memeriksa lemari. 

"Bisa kacau kalau tidak ketemu!" Ibu menggerutu.

"Besok saja Bu, kita cari lagi." ucap Bang Raka, dia memijit pelipisnya. 

"Besok harus ada Bang, jangan sampai hilang!" ucap Gita setengah membentak, padahal pada Abangnya sendiri. Awas kau Gita.

**

 *Pagi Hari*

Bang Raka sedang mandi, dia hari ini akan bekerja. 

Tring...! Ponselnya berbunyi, ada notifikasi yang masuk. Aku dengan cepat mengambil dan membukanya, kebetulan Bang Raka tak pernah mengganti PIN ponsel ini.

Ternyata notifikasi dari M-Banking, jika gaji Bang Raka bulan ini sudah masuk ke dalam rekeningnya. 

Tring..! Kembali notifikasi pesan dari Gita.

[Hari ini kan Abang gajian, transfer aku 4 juta untuk foto prewedding hari ini. Aku tunggu ini udah mau berangkat untuk persiapan foto!] begitulah isi pesannya.

Aku mencebik membaca pesan itu, hapal sekali dia waktu gajian Bang Raka. Kebetulan Bang Raka gajian 5 juta perbulan, dan saldonya kini ada 6 juta dari sisa gajian bulan kemarin.  Semenjak aku berpenghasilan Bang Raka hanya memberiku 1 juta perbulan, harusnya 1 juta ini adalah hakku yang tertinggal.

Tanpa pikir panjang, aku mentransfer semua saldo pada rekeningku yang dia tahu. Tersisa 50 ribu, enak saja Gita ingin prewedding, nikah semua di modalin. Tidak akan ku biarkan! 

Aku kembali duduk di tepian ranjang, Bang Raka keluar dari kamar mandi menggunakan handuk. 

Aku berjalan keluar, meninggalkan dia di kamar. 

Setelah rapi Bang Raka menghampiriku. 

"Kamu gak masak?" 

"Enggak Bang, aku udah pesan bubur ayam!" 

"Buat aku juga kan?" tanya Bang Raka.

"Cuma satu sih, kalau Abang mau makan beli aja sendiri!" ucapku. 

"Keterlaluan kamu Far!" Bang Raka berlalu pergi. 

Bang Raka pergi dengan kesal, aku puas melihatnya belum lagi semua gajinya masuk kedalam rekeningku. Malu kamu Gita tidak bisa membayar.

*Satu jam kemudian*

Bang Raka menelfonku.

Belum aku sempat bertanya Bang Raka sudah mengeluarkan kata-katanya.

"Farah! Apa kamu yang menghabiskan saldo di rekeningku haa...! Gita mau prewedding hari ini, dia butuh biaya. Kamu tidak usah mencampuri uangku!" tuttt.... Malas sekali aku menjawab, dan mematikan sambungan telepon dari Bang Raka. Biar saja dia mengomel, aku tidak peduli.

Sepertinya malam ini aku tak akan membukakan pintu untuk Bang Raka masuk, biar saja dia pulang pada keluarganya itu, ini kan rumahku.

Pesan dari Gita

[Mbak, transfer uang Bang Raka sekarang! Kenapa di ambil kamu..!] 

[Hahaha.... Tak akan ku transfer! Mau gaya modal sendiri!] dan terkirim. Rasakan kamu Gita, dia akan malu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Farah gerak cepat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status