Share

Rencana Raka

Rencana Raka

"Ngelunjak banget ya kamu Mbak..! Baru penghasilan segitu aja udah sombong!" desis Gita kesal dan nafasnya memburu. 

"Begitukah menurutmu? Terserah apa anggapanmu. Terserah kalian mau beli apa saja, tapi jangan meminta yang dariku!" 

Aku berlalu meninggalkan mereka di ruang tamu,  Sedikitpun aku tidak akan sudi lagi memberikan uang pada keluarga Bang Raka.

Bang Raka menghampiriku yang kini ada di kamar.

"Cepat beritahu aku, di mana kamu sembunyikan uangmu itu? Bagaimana bisa uang ratusan juta itu sudah tidak ada di m-banking mu?" ujar Bang Raka padaku.

"Itu bukan urusanmu Bang, kamu tahu bukan jika uang istri adalah milik istri, uang suami adalah milik suami dan istri. Jadi kamu tidak berhak mempertanyakan ke mana uangku itu," 

"Farah kamu mulai melawan ya denganku..!" bentak nya. 

"Kenapa Bang? Kamu ingin aku terus diinjak oleh keluargamu dan semena-mena di mana kamu?,Apakah kamu pernah membela ku disaat aku disudutkan, diperlakukan tidak adil selama ini. Buka matamu Bang yang lebar buka mata hatimu jika kamu bisa merasakan menjadi diriku!" 

"Kamu tahu  bukan, jika suami menikah dengan seorang wanita dia tetap milik keluarganya, aku berhak menafkahi Ibuku,"

"Oh ya begitu kah, kamu berhak menafkahi ibumu jika istrimu sudah dicukupkan mengerti Bang? Makanya Bang kalau mendengar ceramah jangan setengah-setengah dan membenarkan prinsipmu yanv ngawur!" tandasku. 

Ia terdiam, karena ucapan telakku. 

"Sudahlah pergi sana tanggapi saja adikmu itu!" ucapku kembali.

Bang Raka berlalu keluar, lebih baik sekarang aku meneruskan novel untuk menghasilkan dan tidak mengurusi mereka yang tidak penting. 

**

Setelah menulis novel tadi, aku ketiduran.

Di saat aku keluar kamar, aku tidak mendapati Bang Raka pada ruang tamu. Mungkin dia pergi ke rumah ibunya.

"Assalamualaikum Farah, Far...," terdengar suara ketukan pintu dari luar itu seperti suara Dara.  Ada apa dia datang kemari?

"Dara? Silahkan masuk, aku membuka pintu dan mempersilahkan Dara untuk masuk.

"Kamu ada masalah keuangan Far? Kenapa sampai Raka mau menjaminkan sertifikat rumah ini pada Bank?" tanya Dara.

Dia memang tetanggaku, dan kami cukup dekat. Dara juga orang yang baik dan peduli, setiap ada masalah pasti dia mau menjadi orang pertama ku mintai pertolongan.

"Iya kami sedang ada masalah keluarga, bukan masalah keuangan. Kamu tahu dari mana jika Bang Raka mau menjaminkan sertifikat rumah ini?" pertanyaan Dara barusan membuatku sedikit terkejut, sudah pasti ini ulah keluarganya yang ingin mendapatkan uang dengan cara lain. Gita keterlaluan, segitu inginkan dia mendapatkan pernikahan impian tapi mengorbankan segala cara. 

Rumah ini dibangun diatas tanah yang dibeli oleh Bang Raka dulu saat dia bekerja.

Sedangkan rumah dibangun dari tabungan kami masing-masing, saat bekerja dulu dan separuhnya dibantu oleh orang tuaku.

Ya begitulah awal pernikahan kami orang tuaku kadang pun masih membantu, saat membangun rumah ini. Sedangkan orangtua Bang Raka sama sekali tak mau membantu.

 Aku juga tidak berharap karena kami sudah menikah harus mandiri tak boleh menyusahkan begitulah prinsipku. Aku sempat menolak bantuan dari orangtuaku tapi mereka kekeh membantu bahkan membelikan bahan bangunan tanpa sepengetahuanku, aku bersyukur mempunyai orangtua yang sangat peduli.  

Karena itu tanah ini sertifikatnya atas nama Bang Raka.

"Tadi Raka bilang pada suamiku, aku mendengarnya di ruang tamu jika dia mau menjaminkan tanah rumah ini kepada pihak bank. Kamu kan tahu Mas Roni biasa mengurus orang-orang yang akan mengambil pinjaman ke bank," jelas Dara.

"Memangnya, dia mau meminjam berapa?" tanyaku penasaran.

"Katanya dia mau meminjam bank sebanyak 50 juta!"

Memang rumah kami ini cukup besar dan lumayan bagus, tentu saja dengan jaminan ini, pengajuannya akan di permudah. 

Segitu niatnya Bang Raka mau membantu keluarganya dengan mengorbankan

rumah ini sebagai jaminan meminjam bank.

Kemudian aku menceritakan semuanya pada Dara, apa yang terjadi sedetail mungkin agar dia mengerti.

"Sebenarnya kami tidak pernah terdesak uang kamu tahu sendiri kan jika Ibu Bang Raka seperti itu, belum lagi adiknya mereka memaksaku memberikan uang dan setelah tidak dapat dariku mereka mau rumah ini menjadi jaminan aku tidak terima dengan perlakuan ini!" ujarku. 

"Sudah Far, kamu cari sertifikatnya sekarang lebih baik kamu balik nama sertifikat itu, jangan sampai ditemukan oleh Raka. Setidaknya kamu sembunyikan saja dulu!" ucap Dara. 

"Bantu aku untuk mencarinya," pintaku pada Dara. Beruntung Dara adalah orang yang bisa kupercaya dan baik. 

Aku menuju lemari yang biasanya tempat menyimpan surat-surat penting, setelah mencari dan membuka semua lacinya, akhirnya aku menemukan sertifikat itu.

"Ketemu Dar," ucapku, syukurlah aku bisa menemukannya setidaknya untuk sekarang Bang Raka tidak bisa mendapatkan sertifikat ini sebagai jaminan.

"Lebih baik kamu sembunyikan ini di rumah orang tuamu, pasti aman." saran Dara. 

"Benar, aku harus menyembunyikannya di rumah orang tuaku, tapi kamu diam aja ya Dar. Ini Rahasia kita," 

"Tenang saja, aku bisa kamu percaya jika aku tidak berniat menolongmu pasti aku tidak akan kesini dan menjelaskan semuanya padamu," jelas Dara.

Aku mengangguk. Dengan di temani Dara,

kami berdua akhirnya oergi menuju rumah orang tuaku.

**

Saat masih di rumah Ibu, Bang Raka menelponku.

"Far, kamu di mana? Cepat sekarang kerumah Ibu!" ujarnya dari ujung telepon.

"Ada apa Bang?" tanyaku.

"Sudahlah cepat kemari, dan bawa KTP mu, aku akan balik kerumah sebentar ada sesuatu yang akan ku ambil," 

"Iya Bang!" hanya itu jawabanku, dan dengan cepat mematikan panggilan.

Bang Raka menuju rumah, pasti mencari sertifikat ini. 

"Ada apa?" tanya Dara menghampiri.

"Bang Raka seperti nya mau mengambil sertifikat ini. Dan dia menyuruhku datang ke rumah ibunya membawa KTP," jawabku.

"Pasti untuk mengurus pengajuan, dia juga membutuhkan identitasmu Far. Karena pengajuan harus du setujui suami istri, untung saja kita gerak cepat jika aku telat datang pasti Raka sudah memberikan sertifikat itu Pada Ibunya," ucap Dara. 

"Benar, terima kasih ya Dar. Aku selamat kali ini," aku tidak peduli jika Bang Raka akan mengamuk saat mendapati sesuatu yang ia cari sudah tidak ada.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Isabella
gercep ....untung tetangganya baik
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Keterlaluan banget Raka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status