Share

Tiga puluh delapan

Kami dikejutkan dengan Mbak Sindi yang tiba-tiba tertawa lebar. "Syifa, Sayang. Sejak kapan kamu bisa berbohong seperti ini? Aduh, Asty mana mungkin aku meminta ibu mencucikan baju kami. Anak kecil memang selalu pandai berbohong, bukan?"

Mas Gani salah tingkah, ia menggaruk tengkuknya lalu nyengir. "Iya, As. Nanti aku akan lihat anakku ini suka nonton apa sehingga bisa berbohong seperti ini."

Gadis itu bingung dan memandang ayah ibunya secara bergantian, "kok bohong, sih? Bukankah di rumah sudah ada pakaian kotor satu ember besar dan ibu bilang akan dicuci sama Nenek, tetapi nanti setelah Bi Asty nggak ada?"

Mbak Sinfti melotot lalu menarik tangan anaknya, tetapi tiba-tiba Syafa menjerit. "Aduh, Bu. Kenapa Syafa dicubit, sih? Sakit, tahu?"

Mbak Sindi nyengir. "Sekarang kamu pulang, ya, Sayang. Jangan bikin ibu pusing di sini. Ibu sudah masakin makanan kesukaan kamu. Buruan makan, nanti nggak enak kalau keburu dingin!"

Dahi anak itu mengernyit, "makan? Aku, kan, puasa, Bu? Lagi pula s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status