Share

2. Permintaan darinya

***

Maha dan Zayn akhirnya menghabiskan waktu bersama. Biasanya Maha tak pernah bicara sedekat ini dengan pria itu. Di kantor, meski Maha adalah salah satu asisten Zayn, keduanya pasti menjaga jarak. Terutama Zayn, pria itu selalu menjaga dirinya agar tidak terlalu sering berinteraksi dengan wanita yang bukan mahram-nya.

Maha hanya diam saja, dia pun sesekali mencuri pandang ke arah Zayn. Pria matang yang berusia 35 tahun, pria yang masih saja dia kagumi. Maha sadar kalau perasaan yang tumbuh itu adalah perasaan yang terlarang. Bagaimana dia bisa jatuh cinta pada suami orang? Bagaimana bisa Maha lancang menaruh hati pada suami dari wanita yang seperti malaikat untuknya dan juga ibunya? Maha memang selalu mengutuk perasannya yang entah kenapa masih saja tumbuh dengan indah di hatinya. Dia ingin sekali menghapus perasaan ini, tapi kenapa ingatan tentang Zayn semakin mengikat di hati dan pikirannya?

Saat ini... pria itu terlihat sangat dekat dari pandagan matanya dan itu membuat perasaannya campur aduk. Dia jatuh lagi, jatuh pada perasaan yang terlarang. Semakin jelas Maha melihat Zayn, maka hatinya tidak bisa hanya merasakan tenang. Saat ini, hatinya sangat ramai dengan debaran yang mungkin semakin lama akan terdengar oleh pria itu. “Kamu cantik dengan jilbabmu yang sekarang,” ucap Zayn memecahkan keheningan.

Maha hampir saja tersedak karena dengan jelas mendengar pria itu memuji penampilannya. Dia tidak salah dengar! Beberapa detik yang lalu, pria itu memujinya. Debaran di jantung Maha semakin saja tak karuan. Maha tidak menjawab, dia menunduk melihat mangkok bubur ayam di depannya.

“Maha, apa saat ini sudah punya calon?” tanya Zayn. Pria itu berbicara lagi.

Maha otomatis langsung menatap ke arah Zayn, wanita itu sempat terdiam beberapa detik karena terpesona dengan wajah rupawan pria itu. “Maksudnya Pak Zayn itu calon suami?”

Zayn menggelengkan kepalanya. “Iya, calon suami. Apa kamu masih dengan pria itu?"

Maha hanya menggelengkan kepalanya.

“Jadi kamu sudah putus dengan pria yang selalu kasar padamu?” Zayn menekan suaranya. Dia tahu cerita itu dari istrinya. Alysa- lah yang selalu membicarakan masalah Maha sampai pria itu tahu bagaimana sisi lain dari Maha. Dan dia juga pada saat itu lah yang menolong Maha saat mantan kekasih Maha bersikap kasar.

Kening Maha mengernyit. “Bapak kenapa bisa tahu kalau mantan saya itu kasar?”

“Karena saya yang menolongmu saat kamu pingsan karena pria itu menghajarmu. Kamu tidak ingat?”

Maha menggelengkan kepalanya. “Saya hanya ingat Mbak Alysa yang menolong saya.”

“Sudah, itu tidak perlu dibahas. Say senang karena kamu sudah putus dengan pria itu, satu lagi yang membuat saya senang adalah kamu sudah hijrah dan menutup auratmu. Seorang muslimah yang sudah baligh memang wajib menutup aurat. Kamu itu sangat cantik, jadi alangkah baiknya kecantikan kamu itu tertutup rapat dan hanya kamu lihatkan pada suamimu kelak.”

“Iya, Pak. Saya juga jauh lebih tenang saat ini, pakaian yang saya gunakan ini membuat saya lebih percaya diri, dan saya masih dalam tahap belajar untuk memperbaiki iman saya.”

“Apa yang kamu lakukan untuk terus meningkatkan iman kamu?” tanya Zayn penasaran.

“Saya nonton video kajian di sosial media dan juga baca buku keagamaan, dan ada Mbak Alysa yang selalu jadi mentor saya. Saya sangat kagum padanya,” balas Maha.

“Belajar agama itu harus ada gurunya, Maha. Jangan ngasal karena ilmu juga ada adabnya. Untuk kamu yang baru hijrah perlu bimbingan.”

“Guru? Itu kayak ustadz?”

“Salah satunya itu.”

“Saya merasa Mbak Alysa pun sudah cukup karena pengetahuan agamanya Mbak Alysa itu sangat luar biasa.”

“Mungkin kamu perlu menikah dengan pia yang akan membimbing kamu.” Zayn langsung berbicara ke intinya.

 “M-menikah?” tanya Maha terkejut.

“Iya. Kenapa? Kamu tidak mau menikah?”

“Bukan begitu, Pak. Tapi untuk menikah juga nggak mudah karena saya juga belum bertemu dan berkenalan dengan orang-orang yang paham agama, jadi saya masih belum punya chanel,” balas Maha. “Dan juga... apa wanita seperti saya akan mendapat jodoh yang baik? Para pria sholeh pasti tidak akan mau memilih wanita sembarangan.”

“Tidak perlu. Kamu tidak perlu berkenalan dengan siapapun karena ada pria yang akan menikahimu dan sanggup membimbingmu. Dan juga kamu itu wanita baik, Maha. Jangan merasa kamu itu tidak pantas,” tukas Zayn.

 “S-siapa pria itu?” tanya Maha tak percaya. “Apa saya kenal dengannya?”

Zayn mengangguk. “Iya. Kamu kenal dengan pria itu.”

“Siapa?” tanya Maha semakin penasaran.

“Pria itu adalah saya,” balas Zayn dengan tenang. Pria itu berbicara tanpa melihat ke arah Maha.

“A-apa? P-pria yang mau menikahi saya dan mau membimbing saya itu adalah Pak Zayn?” pekik Maha terkejut. “Bapak nggak bercanda sama saya?”

“Iya. Saya adalah pria yang ingin mengajakmu menikah dan saya juga tidak bercanda untuk meminang wanita,” balas Zayn. 

“Bapak nggak salah bicara, kan?” tanya Maha. Suaranya mulai bergetar.

“Tidak, Maha. Saya sangat sadar mengatakannya, dan saya memang ingin menikah denganmu.”

“Tapi Pak Zayn sudah menikah, saya tidak mau merebut suami orang. Dan juga tidak ada wanita yang ingin diduakan ataupun menjadi yang kedua di dunia ini.” Maha mengatakannya dengan suara pelan.

“Kamu tidak merebut saya dari istri pertama saya, dan dia tahu niat saya yang ingin meminangmu. Alysa... dia bahkan sangat mendukungku untuk melamar kamu dan Alysa lah yang mendoakan agar kamu mau menerima lamaranku ini.” Zayn meyakinkan wanita itu dengan suara pelan.

Zayn menghela napas berat. "Jadi, kamu bukan perebut. Jangan menganggap seperti itu."

“Jadi, saya jadi istri kedua Bapak?” tanya Maha terkejut. Wanita itu mendadak hatinya berdebar tidak karuan.

"Iya. Maaf, mungkin permintaanku ini memang membuat kamu terkejut dan juga mungkin kamu tidak akan menyangka kalau saya yang memintanya. Saya harap kamu tidak langsung menolak permintaan ini dan juga dari Alysa. Kami berdua berharap kamu berpikir dulu dan kalau perlu, kami akan meminta izin pada ibumu, Maha." Zayn mengatakannnya dengan nada suara yang serius.

"Kenapa Pak Zayn mendadak mengatakan ini dan ingin saya jadi yang kedua. Apa ada pertimbangan yang lain? Maksudnya... jadi istri kedua itu. Saya hanya tidak tahu alasannya dan juga kenapa juga Mbak Alysa menginginkannya. Saya... " Maha mendadak linglung. Jelas permintaan Zayn itu aneh dan kenapa bisa pria itu menduakan cinta dari istrinya yang sempurna.

Jadi, istri kedua? Apa Maha sedang bermimpi saat ini?  Dia masih dalam keadaan linglung, dan melihat Zayn hanya menatap padanya dengan tatapan ambigu. Pria itu hanya tersenyum tipis padanya.

Saat ini dia sedang bermimpi, kan?

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status