Home / Romansa / Bidadari tak Sempurna / Awal kisah pertemuan Reno dan Rania

Share

Awal kisah pertemuan Reno dan Rania

last update Last Updated: 2021-09-06 07:15:01

Pov Rania

Awal Kisah Pertemuan Reno dan Rania

Aku Rania, menikah dengan Reno bukan karena terpaksa ataupun dijodohkan. Kami bertemu saat duduk di bangku SMP.

Kami hanya berteman biasa. Tapi rumah kami berdekatan. Sehingga Reno sering mengajakku pulang bersama dengan dibonceng sepedanya. Aku selalu menolak tawaran itu, karena aku malu jika harus berboncengan dengan bukan mahramku.

Maksud Reno sih baik, dia kasihan jika aku harus berjalan kaki yang lumayan jauhnya, sekitar dua kilometer.

Namun, aku tetap pada pendirianku. Lebih baik pulang sendiri berjalan kaki.

Sepulang sekolah dia selalu menemaniku berjalan kaki. Hingga sampai saat kami lulus SMP tidak ada hubungan spesial di antara kami. Tetap hanya teman biasa.

Reno sering main ke rumahku, sejak kami satu sekolah di SMP, ada saja alasannya, tanya tugas sekolah atau sekedar pinjam catatan. Dalihnya tadi telat mencatat karena guru terlalu cepat menjelaskan. Tentunya kedua orang tua kami sudah saling mengenal, karena jarak rumahku dan Reno tidak terlalu jauh, hanya tersekat dua rumah.

Saat SMA kami memilih sekolah yang berbeda. Reno lebih memilih masuk sekolah teknik, untuk mengejar cita-citanya menjadi arsitek. Sedangkan aku memilih SMA Negeri.

Karena cita-citaku tidak terlalu muluk. Aku tidak ingin merepotkan kedua orang tuaku. Kasihan jika mereka harus banting tulang mencari nafkah untuk membiayaiku sekolah.

Dari lahir saja aku sudah menyusahkan mereka. Malahan aku ingin punya kerja sambilan supaya bisa membantu kedua orang tuaku.

Akhirnya aku berjualan kue yang dibawa setiap berangkat sekolah. Malamnya setelah belajar, aku persiapkan semua bahan-bahan, jadi besok pagi tinggal eksekusinya saja.

Aku membuat kue lumpia, risoles dan pastel. Kue - kue itu bisa dipersiapkan malam hari, besok sebelum subuh aku sudah bangun. Menggoreng kue-kueku, sambil menanak nasi. Untuk memasak, aku belum diizinkan oleh ibu, karena beliau tidak ingin aku kelelahan.

Setelah semua selesai, aku mandi, shalat subuh, dan mempersiapkan semuanya sebelum berangkat ke sekolah.

Alhamdulillah dari hasil berjualan, aku bisa sedikit menabung.

Setelah mendapatkan sekitar tiga juta, uang itu aku berikan kepada kedua orang tuaku.

Mereka terharu. Ibu menolak, katanya aku disuruh menyimpan saja uang itu, untuk kebutuhanku nanti kuliah.

Aku bukan anak yang sangat pandai, tapi aku juga tidak terlalu bodoh. Jadi lumayan sejak SD, SMP dan SMA aku selalu mendapatkan beasiswa.

Dengan begitu tidak terlalu memberatkan kedua orang tuaku.

Uang saku yang diberikan ibu, lebih sering aku simpan. Karena aku juga bukan anak yang boros.

Ketika kelas tiga SMA aku bingung, apakah aku harus meneruskan sekolahku? Sedangkan biaya kuliah pasti tidaklah murah, dan ujian UMPTN untuk masuk kuliah negeri juga tidak mudah.

Aku berharap lebih bisa masuk universitas negeri karena kuliah di sana lebih ringan biayanya.

Ternyata ada tes PMDK, jadi kita bisa masuk ke universitas negeri dengan hasil rapor.

Akhirnya guruku mendaftarkan aku ke salah satu universitas negeri di kotaku.

Selain itu, jika kita lulus, kita juga akan mendapatkan beasiswa sampai lulus kuliah.

Alhamdulillah, aku diterima kuliah di universitas negeri, jurusan akuntansi. Biaya masuk kuliah gratis, biaya semester juga gratis, biaya ujian juga gratis.

Alhamdulillah, terima kasih ya Allah, betapa besar kasih sayangmu.

Aku hanya perlu memikirkan biaya buku dan praktik. Insyaallah bisa dengan berjualan kue.

Reno ternyata juga diterima di universitas negeri, dia berhasil masuk jurusan arsitektur, tapi lewat jalur UMPTN, bukan PMDK.

Akhirnya kami bertemu lagi di kampus. Walaupun kami beda jurusan, Reno sering main ke gedung kuliahku.

 Aku lihat dia sepertinya belum punya pacar. Kenapa, ya?

Apa dia tipe pemilih ya? Rasanya itu bukan urusanku. Lebih baik aku fokus kuliah, supaya bisa membanggakan kedua orang tuaku.

Reno masih sering menawariku pulang bersama, sekarang dia sudah membawa mobil  Awalnya aku menolak, karena tak mau berduaan dengannya di dalam mobil.

Akhirnya Reno memutuskan, dia akan menjemput adiknya dulu, baru menjemputku, sehingga kami bisa pulang bersama.

Sekolah Reni—adik Reno—dekat dengan kampus kami, jadi aku tidak perlu menunggu lama. Apalagi Reno sudah berpesan, "Jangan pulang dulu ya, tunggu aku.”

Awalnya Reni ramah padaku. Dia mau mengobrol dan cerita tentang kisah kisahnya di sekolah, bahkan menanyakan tentang pelajaran yang tidak dia mengerti. Reni masih kelas 1 SMA.

Tapi lama-kelamaan Reni lebih pendiam ketika di dalam mobil, saat Reno menjemputnya.

"Hai Reni, apa kabar?" sapaku.

Dia tidak menjawab, hanya menunduk, sibuk dengan gawainya.

"Masuk, Rania. Keburu hujan, nih," kata Reno.

"Iya, Ren," jawabku.

Karena Reni diam saja dan sibuk dengan gawainya, aku pun diam, tidak berani lagi berkata sepatah kata pun. Mungkin sesekali melirik ke wajah Reni, untuk mengamati ekspresinya.

Tiba-tiba aku melihat air mata jatuh membasahi pipinya. Cepat dia mengusapnya, sepertinya agar tak nampak olehku ataupun Reno.

Aku segera memalingkan muka, takut ketahuan kalau sedang mengamati Reni.

Apa yang terjadi pada Reni ya?

Semakin hari, perilaku Reni semakin membuatku kurang nyaman. Akhirnya aku memutuskan untuk menolak tawaran dari Reno untuk pulang bersamanya.

---------------------------------

Tak terasa, akhirnya aku bisa menyelesaikan kuliahku, dengan nilai yang memuaskan.

Kudengar juga Reno lulus bersamaan denganku. Aku turut senang mendengar informasi itu.

Sore hari sepulang dari kuliah, kulihat ada Reno duduk di teras rumah ditemani ibuku.

"Tuh, Nak Reno. Rania sudah pulang, ya sudah ibu masuk dulu, ya," kata ibu.

"Baik, Bu," kata mas Reno.

Setelah ibu masuk, aku pun menanyakan ada keperluan apa Reno datang kesini. Dia bilang nanti malam mau mengajakku jalan-jalan keluar, sebagai perayaan kecil atas kelulusan kami.

Awalnya aku menolak, tapi dia bilang, kalau dia mengajak sahabatnya juga. Aku mengangguk mengiyakan.

-----------++++-----------

Malam hari Reno dan sahabatnya menjemputku. Lalu kami menuju sebuah rumah yang tidak jauh dari tempat tinggal kami.

"Tunggu sebentar, ya," kata sahabatnya.

Tak lama, keluar seorang wanita muda, cantik, sepertinya usianya sama dengan kami juga. Lalu dia masuk dan duduk di kursi belakang dengan aku.

"Reno, kenalkan dia Disti, calon istriku," kata Bima yang merupakan sahabat Reno.

"Hai Disti, apa kabar?" sapa Reno.

"Alhamdulillah baik, Kak," jawab Disti.

"Disti, kenalkan juga, dia Rania, tetangganya Reno," sambung Bima.

"Salam kenal, Rania," tanganku terulur bersalaman dengan Disti.

"Salam kenal juga, Kak," kata Disti.

"Wah, alhamdulillah ya, semoga dimudahkan menuju pernikahan," doaku untuk Disti.

"Aamiin, terima kasih Kak Rania," kata Disti lagi.

Reno membawa kami ke restoran yang terkenal mahal dan eksklusif di kota kami.

Ternyata Bima tidak duduk satu meja dengan kami, dia duduk di meja sebelah kami, dengan Disti.

"Kenapa mejanya dipisah?" tanyaku pada Reno

"Mereka mau membicarakan pernikahan dengan orang tua mereka, masa kita mau ikutan sih. Malu dong," kata Reno.

"Oke deh," jawabku datar dan agak kecewa. Lalu aku duduk di kursi yang sudah disiapkan oleh Reno.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bidadari tak Sempurna   Bab 22 Siapa pria di ruang ICU?

    Bab 22Siapa di ruang ICU?Gawai Reno berdering ketika sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Nama Rania tertera di layar. Reno segera menerima panggilan teleponnya dan hendak menyampaikan pada Rania bahwa dia belum bertemu dengan suaminya—Mas Alif.Rania berniat menyampaikan Bela sungkawa atas kepergian dokter Dewi, Rania juga menanyakan apakah Reno sudah bertemu dengan Mas Arif dan dia juga meminta maaf belum sempat untuk berangkat ke Bali karena Rania baru membaca informasi bahwa dokter Dewi telah meninggal setelah salat subuh tadi.Reno mengatakan bahwa dia belum bertemu dengan Mas Alif.Rania bertanya apakah sebaiknya dia berangkat ke Bali. Kemudian Reno menjelaskan jika ada waktu sebaiknya Rania berangkat ke Bali. Akhirnya dia memutuskan untuk segera memesan tiket dan menyusul berangkat ke Bali.Setelah sampai di rumah sakit, Reno segera mend

  • Bidadari tak Sempurna   Bab 21 Jasad Siapa?

    Bab 21Jasad siapa?Suster membuka perlahan pintu kamar jenazah. Dia menuntun Reno dan Pak Polisi mengikutinya.“Silahkan diperiksa Pak Reno, apakah anda mengenalinya?” kata suster rumah sakit pada Reno.“Baik, Bu,” jawab Reno dengan perasaan yang was-was.Bismillah, aku harus siap apapun yang terjadi batin Reno.Perlahan suster membuka kain yang menutup jenasah tersebut. Hanya dalam hitungan detik, Reno langsunh terkulai lemas. Sekujur tubuhnya seperti mati rasa. Dia ambruk, terduduk di lantai kamar jenasah. Suster segera menutup kembali kain putih yang tadi dibukanya.‘Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un,” Reno mengucapkannya dengan gemetar.Pak Polisi berusaha membimbing Reno untuk berdiri. Akhirnya Reno bisa bangkit lagi, kemudian suster mengarahkan Reno dan Pak Polisi untuk ber

  • Bidadari tak Sempurna   Bab 20 Reno menyelidiki kasus sampai ke rumah sakit

    Bab 20Reno menyelidiki kasus sampai ke rumah sakitReno menuju resepsionis dan menjelaskan semua kejadiannya, setelah sampai di Rumah Sakit.Pihak Rumah Sakit meminta identitas Reno dan mengambil fotonya kemudian dikirim pada polisi yang bertugas menyelidiki tentang kecelakaan ini.Pihak rumah sakit menjelaskan bahwa korban sopir taxi selamat namun sedang dirawat di ruang ICU karena kondisinya yang parah. Dua korban penumpang, yang satu tidak dapat diselamatkan dalam perjalanan menuju rumah sakit, sedangkan satu korban penumpang di ruang ICU juga.Reno berhasil mendapatkan informasi dimana korban ditempatkan.“Anda hendak melihat korban yang di ICU atau yang meninggal? Tanya Pak Polisi pada Reno.“Sebaiknya korban meninggal duluan, Pak,” ujar Reno.Seorang suster dan Pak polisi membawa Reno ke sebua

  • Bidadari tak Sempurna   Bab 19 Satu persatu fakta terungkap

    Bab 19Satu per satu fakta terungkapReno segera meninggalkan rumah setelah ojek yang dipesan datang menghampiri dan segera menuju losmen terdekat, karena dia tak mau boros jika harus menginap di hotel. Sungguh kekecewaan yang muncul di hatinya. Reno tak menyangka ini semua bisa terjadi.Satu-satunya orang yang telah memberinya kepercayaan penuh untuk menjalin hubungan pernikahan, tetapi mengapa malah menyakiti hatinya.Kecewa sudah pasti. Sekarang dia bingung harus bagaimana membuat keputusan. Apakah memberi kesempatan untuk Dokter Dewi memberikan penjelasan dan memaafkan semuanya asal mereka berjanji tidak akan melanjutkan hubungan terlarang mereka, atau berhenti disini saja?Rasanya tak sanggup Reno harus menjalani semuanya. Rania, tiba-tiba dia teringat akan Rania. Apa yang harus dijelaskan padanya? Atau sebaiknya diam saja dan berpura-pura tidak mengetahui peristiwa tragis yang barusan te

  • Bidadari tak Sempurna   Bab 18 Akhirnya bertemu dengan Dokter Dewi dan Mas Alif

    Bab 18Akhirnya bertemu dengan Dokter Dewi dan Mas AlifReno melajukan kendaraannya ke arah bandara. Setelah sampai di parkiran mobil, dia segera menuju ke maskapai penerbangan yang digunakan istrinya dan Mas Alif.“Selamat siang, Pak, ada yang bisa kami bantu?” tanya pegawai maskapai penerbangan tersebut.“Selamat siang, ada beberapa yang ingin saya tanyakan masalah penerbangan pagi ini,” jawab Reno.“Mari, Pak silahkan duduk dulu,” ujar pegawai itu.“Baik, Pak, perkenalkan nama saya Weni, silahkan dijelaskan lagi,” ujarnya.“Jadi begini, tadi pagi istri saya dan kakak saya pergi dengan tujuan ke Bali menggunakan maskapai penerbangan ini. Namun sampai siang ini, mereka tidak bisa saya hubungi. Nomer ponselnya masih belum aktif,” jelas Reno pada Bu weni.&ldq

  • Bidadari tak Sempurna   Bab 17 Rania kebingungan mencari Mas Alif

    Bab 17Rania kebingungan mencari Mas AlifAkhirnya dia berpikiran untuk menghubungi Rania, ketika mencari nama Rania di kontak teleponnya, ternyata ada panggilan masuk pada ponselnya dari Rania maka Reno langsung menggeser tombol hijau yang bergoyang-goyang.[Assalamu’alaikum, Reno, maaf sebelumnya apa saya bisa meminta tolong?]Belum sempat Reno berbicara, rania sudah menyapanya terlebih dahulu.[Wa’alaikumsalam iya, Rania apa yang bisa kubantu?]Reno terdiam sejenak, tidak langsung menceritakan bahwa Dokter Dewi dan Mas Alif tidak bisa dihubungi.[Kamu sekarang berada dimana?][Aku masih di kantor, baru selesai sholat][Maaf sebelumnya, apa Dokter Dewi sudah sampai Bali?]Aku tersentak mendengar pertanyaannya, belum satu pertanyaan aku jawab, dia sudah bertanya lagi.&n

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status