Langit melepaskan ciumannya dan menangkupkan wajah Senja. Menatap lekat-lekat wajah sang istri. Napas Senja masih bergemuruh. Tampak amarah terpendam di sana. Langit terus menatap Senja, meski wanita itu berusaha menghindar."Saya lakukan semua untukmu bukan karena mengasihanimu. Akan tetapi, karena saya tulus mencintaimu. Walau awalnya, semua itu hanya sandiwara demi menuruti ego dan ambisiku. Namun, setelah saya bersamamu, semua berubah. Saya semakin jatuh hati dan tidak ingin kehilanganmu, Senja." Langit berkata sambil terus menatap wajah Senja. Pria itu ingin membuktikan jika dirinya benar-benar tulus mencintai sang istri. "Senja, tolong percaya saya. Tatap dan lihat kedua mata saya, apakah ada kebohongan di sana?" ucap Langit kembali dengan wajah serius tanpa melepaskan tatapannya.Senja yang masih tersulut emosi hanya diam. Lidahnya enggan mengeluarkan kata-kata. Senja berusaha memalingkan wajahnya dari Langit. Namun, pemuda itu terus memegangi wajah Senja agar tetap menatapnya.
Hubungan Langit dan Senja semakin hari semakin membaik. Mereka sudah tidak lagi bertengkar. Bahkan, kini Senja sudah bisa berjalan seperti sedia kala. Laskar sang putra pun sudah kembali bersama. Bayi kecil itu kini sudah tumbuh besar. Usianya sudah menginjak satu tahun enam bulan.Baby La semakin aktif dan mulai pandai bicara. Banyak kata-kata lucu terlontar dari mulut mungilnya. Senja dan Langit begitu memanjakan buah hati terkasih mereka. Kebahagiaan kembali terpancar dalam biduk rumah tangga keduanya. Zack pun merasa senang melihat Langit dan Senja sudah tidak lagi berseteru. Pria hitam manis itu berharap ini akan selamanya. Sudah cukup kesedihan yang ada dalam mahligai rumah tangga mereka. Saatnya bahagia digapai. Meskipun masih harus waspada. Sebab, Barman, Niken, dan Violeta belum tertangkap dan masih dalam pencarian."Zack, bagaimana? Apa kau sudah berhasil menemukan mereka?" tanya Langit saat Zack baru saja tiba di kantor. Kebiasaan Langit yang selalu begitu tanpa memberi wa
Mereka menyekap Niken dan Barman di sebuah gedung tua, di mana keduanya pernah di sekap sebelumnya. Mengikat Barman dan Niken pada kursi kayu yang berbeda dengan mulut di tutup lakban. Penjagaan pun di lakukan dengan ketat.Sementara Langit, pria itu pulang ke apartemen menemui anak dan istri tercintanya. Langit belum membahas tentang Barman dan Niken. Menunggu suasana hati Senja benar-benar tenang. Pasalnya, sang istri tampak lelah mengurus Baby La yang sudah semakin aktif dan tidak bisa diam. Meskipun ada pengasuh yang menjaga. Namun, Senja tetap menyempatkan diri ikut mengurusnya.Langit melangkahkan kaki mendekati anak dan istrinya yang tengah sibuk bermain. Berkejaran saling bercanda. Senyum indah terukir di kedua sudut bibirnya, melihat Senja yang tampak kewalahan mengikuti langkah Baby La yang menggemaskan."Ups, ketangkap. Anak Dady sudah besar. Sudah pandai menggoda Mommy, ya." Langit menangkap Baby La saat berlari ke arahnya. Kemudian menggendong dan mencium lembut buah hati
Hari berganti pagi. Matahari sudah mulai menampakkan diri. Langit terbangun karena kulit pipinya tersentuh pancaran sinar mentari yang menyusup masuk lewat celah gorden. Pria itu menyipitkan kedua matanya karena silau dan bergerak perlahan agar tak membangunkan Senja.Senja menggeliat saat suaminya melakukan pergerakan. Langit mengusap-usap lembut punggung Senja agar tetap terlelap. Perlahan, Langit membenarkan posisi tidur Senja agar nyaman. Kemudian, sedikit menggerakkan tangan yang terasa pegal karena semalaman menyangga tubuh Senja. Setelah itu, ia memiringkan sedikit tubuhnya sambil mengamati wajah sang istri. Tampak menggemaskan ketika sedang tidur seperti itu. Langit merapikan rambut Senja yang menutupi wajah. Lalu, mendekatkan wajahnya dan mencium kening serta bibir mungil milik Senja.Senja yang diperlakukan seperti itu membuka matanya perlahan. Saat dirasa ada sentuhan di wajah cantiknya. Langit tersenyum saat menatap Senja yang baru saja terbangun dari tidurnya."Morning,
Senja dan Langit bisa sedikit lega karena Violeta dan kekasihnya itu sudah tertangkap. Meskipun perempuan itu tengah mengandung. Namun, tak menggentarkan hati Langit untuk tetap memenjarakannya. Kini, mereka masih harus menghadapi Barman dan Niken yang sampai saat ini masih di sekap.Langit mengajak Senja menemui dua orang itu, meski awalnya ia keberatan. Namun, Senja kukuh ingin ikut. Gadis cantik tersebut ingin melihat bagaimana kondisi Paman dan bibinya tersebut. "Akhirnya kamu datang juga, Senja. Tolong bebaskan kami. Suamimu telah menangkap dan menyekap kami di sini," ucap Niken dengan tidak tahu malunya saat ia tiba di gedung tua tempat Barman dan Niken di sekap.Senja menatap tajam ke arah Paman dan bibinya. Kemudian, ia tersenyum miring. "Apa kalian pikir aku datang ke sini untuk membebaskan kalian? Aku hanya ingin memastikan apakah benar kalian sudah tertangkap atau belum. Ternyata benar, kalian sudah tertangkap. Kau hebat suamiku," ucapnya sambil memuji Langit. Tidak ada s
Senja berjalan di trotoar dengan pikiran bimbang. Terik matahari menembus kulit tidak ia hiraukan. Gadis cantik bermanik mata kecokelatan itu memikirkan kemelut yang terjadi dalam keluarganya. "Bapak, ibu. Maafkan aku belum bisa membantu kalian. Aku janji akan mendapatkan uang itu segera." Senja terus berjalan tanpa memperhatikan langkah. Rasanya ingin sekali menjerit sekencang mungkin untuk bisa mengurangi beban yang kini tengah menggelayuti pikirannya. Langkah Senja terhenti ketika tiba-tiba ada seorang pria menghadang dan berkata yang membuat Senja terkejut bukan kepalang. Membuyarkan semua lamunan. Menerbangkannya jauh ke awang-awang. "Menikahlah dengan saya, maka saya akan membantu menyelesaikan masalah keluarga Anda." Pria asing yang entah dari mana datangnya itu tiba-tiba saja berkata seperti itu. Tanpa basa-basi, bahkan menyapa pun tidak. Kedua bola mata Senja membulat. Bagaimana tidak, ia sama sekali tidak mengenal pria tersebut, tiba-tiba saja mengajak menikah. Aneh seka
Hari yang di nanti pun tiba, di mana Senja dan Langit akan menggelar pernikahan mereka pada sebuah aula masjid tidak jauh dari tempat tinggal wanita itu. Suasana pun tidak terlalu ramai dan hanya sebentar saja.Pernikahan digelar secara sederhana. Hanya dihadiri kedua orang tua mereka dan empat orang saksi saja. Meski demikian, semua berjalan dengan lancar. Keluarga Senja yang termasuk golongan orang biasa juga tidak mempermasalahkan hal itu. Melihat putri satu-satunya menikah saja mereka sudah bahagia. Begitupun Mami dan papinya Langit yang tidak kalah bahagianya."Setelah menikah, Senja akan tinggal bersama saya di apartemen." Lelaki yang bernama Langit itu berkata di hadapan kedua orang tua mereka usai acara ijab kabul dan sungkeman selesai. "Terserah Nak Langit saja. Bapak sama Ibu tidak menghalangi." Safroni, Ayah Senja berkata dengan pelan dan sedikit gugup sambil menatap lembut ke arah kedua pembelai.Binar bahagia tidak dapat terlukiskan di balik kedua bola mata pria tua itu.
Senja melalui hari-hari seperti biasa, meski kini ia sudah menjadi istri seorang CEO yang sangat tersohor di antreo negeri. Namun, tetap saja itu hanya di atas kertas dan untuk sementara. Jika bukan karena demi menyelamatkan kedua orang tua, wanita cantik itu tidak akan pernah mau menikah apalagi dengan pria asing yang tidak dikenal sebelumnya. Meskipun terlihat dingin dan acuh. Namun, Langit memenuhi janjinya dengan memberikan kebebasan pada Senja untuk menjalankan hari-hari seperti biasa ia lakukan. Begitupun dengan Senja, ia tidak pernah mau mencampuri urusan Langit. Mau ke mana pun pria tersebut pergi dan melakukan apa saja. Malam ini, Langit pulang larut dalam keadaan mabuk berat. Usai ke bar bersama asisten pribadinya. Lelaki itu tampak berantakan sekali. Rambut dan pakaian sudah tidak tertata dengan rapi, ia pun tidak berhenti merancau. Senja membukakan pintu saat Langit tiba dipapah oleh Zack, asisten pribadinya. Dengan cepat Senja meraih tubuh Langit yang terkulai membantu