A divorced billionaire with a personality disorder and a woman who had her engagement called off. Two broken hearts trying to mend each other, fighting to sustain each other. Oliver Harrison seems too broken to be mended, an empty shell who no longer see the colours of the world, will the two find solace in each other? And what if Oliver's hidden and obsessive personality falls in love with this woman, the only woman who had embraced him when everyone shunned him, Will Oliver welcome the love, or will she reject the love his counterpart had chosen even when he doesn't feel the same?
Lihat lebih banyak
“Mas … aku hamil,” ucap Syifa kepada laki-laki yang duduk di sampingnya sambil memberikan alat tes kehamilan kepada Rudi.
“Hah!hamil,” jawab Rudi sambil terlihat kaget.
“Iya, aku hamil anakmu Mas," jawab Syifa sambil meyakinkan Rudi.
"Gawat, jika gadis ini benar-benar hamil habis ‘lah riwayatku, apa kata orang jika aku menikahi gadis kampung dan tidak berpendidikan seperti ini," pikir Rudi sambil melirik ke arah Syifa dengan pandangan bingung.
"Mas! Kenapa diam, kamu mau tanggung jawab kan?" tanya Syifa sambil menyenggol pundak Rudi.
“Apa! kamu yakin itu anakku?” tanya Rudi dengan tatapan kaget dan takut jika Syifa memang sedang mengandung darah dagingnya.
“Apa maksudmu Mas, aku tidak pernah berhubungan badan dengan laki-laki manapun selain kamu!" bentak Syifa sambil menangis.
“Ya mungkin saja itu anak laki-laki lain, kita hanya berhubungan badan sekali jadi tidak mungkin bisa hamil secepat itu,” jawab Rudi dengan nada ketakutan.
"Jangan asal bicara ya Mas! Aku hanya melakukan hubungan itu cuma dengan kamu, pokoknya kamu harus tanggung jawab atas kehamilanku ini!" bentak Syifa kepada Rudi sambil berdiri.
“Jangan harap aku akan bertanggung jawab dan menikahimu," jawab Rudi sambil meninggalkan Syifa yang mulai meneteskan air mata.
Setelah mendengar ucapan Rudi, Syifa langsung berlari sambil menangis. Dia tidak menyangka laki-laki yang dia percaya saat ini tega menyakitinya. Sejenak Syifa terdiam sambil terisak memikirkan kesalahannya karena telah mempercayai Rudi. Syifa memang hanya gadis kampung yang tidak begitu paham tentang indahnya cinta dan kecanggihan dunia luar, tetapi dibalik sifat lugu dan kampungan yang dia miliki membuatnya menjadi seorang gadis yang sangat lembut dan patuh. Syifa yang merasa sakit terhadap sikap Rudi kini memilih duduk di dekat sungai kecil yang tidak jauh dari desanya. Sepanjang hari Syifa menangis sambil memikirkan nasib anak yang dia kandung.
Sesaat Syifa mulai mengingat tentang indahnya hubungan terlarang yang telah dia lakukan dengan Rudi. Sore itu Rudi yang baru selesai mengawasi sebuah Proyek pembangunan di desa itu berniat untuk menemui Syifa dan mengajaknya jalan-jalan dengan menggunakan sebuah motor milik salah satu pekerja. Syifa yang dari awal memang memiliki perasaan lebih terhadap Rudi pun bersedia untuk menerima ajakan sang kekasih.
“Sore ini kamu terlihat begitu cantik,” ucap Rudi sambil mendekat ke telinga Syifa dan membelai rambut panjang Syifa.
“Terima kasih Mas,” jawab Syifa lembut sambil menutup matanya.
Rayuan demi rayuan Rudi ucapkan sambil perlahan-lahan mengecup bibir mungil Syifa, Syifa yang Saat itu sudah terlena dengan rayuan Rudi mulai membalas setiap kecupan yang dilakukan sang kekasih dengan mata masih tertutup. Ciuman dan cumbuan yang mereka lakukan akhirnya membuat mereka melakukan hubungan suami istri di gubuk tersebut. Syifa yang sudah terlena dengan rayuan manis sang kekasih begitu sangat menikmati setiap permainan Rudi terhadap tubuhnya.
“Apa boleh kita melakukan hubungan terlarang ini Mas,” tanya Syifa dengan mata yang masih tertutup.
“Tidak masalah Sayang, aku akan bertanggung jawab jika sesuatu terjadi kepadamu nanti," jawab Rudi sambil menyusuri setiap lekuk tubuh syifa.
Langit senja hari itu menjadi saksi bisu hubungan terlarang antara Rudi dan Syifa, ciuman dan kecupan liar pun Rudi lakukan hampir di seluruh tubuh Syifa. Syifa yang mulai menikmati perlakuan Rudi terhadapnya mulai membalas setiap ciuman Rudi. Sehingga terjadilah hubungan terlarang atas dasar cinta antara Rudi dan Syifa di sebuah gubuk tua.
Terlihat sebuah noda darah segar yang keluar dari area sensitif Syifa karena robeknya sebuah mahkota kewanitaan Syifa. Setelah puas melakukan hubungan layaknya suami istri, Rudi pun mengantar Syifa pulang ke rumahnya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Syifa yang saat itu merasakan sakit di bagian sensitifnya berusaha untuk tetap berjalan tegak di hadapan orang tuanya.
Pertemuan yang tidak disengaja antara Rudi dan Syifa terjadi saat Syifa diminta oleh Ibu Sari untuk mengantar makanan yang dipesan Rudi kepada Sang ibu. Rudi yang saat itu bekerja sebagai kontraktor di perusahaan sang ayah mulai jatuh cinta saat melihat wajah manis Syifa yang hanya bekerja sebagai buruh tani di sawah milik Pak Kades . Selain sebagai seorang buruh tani Syifa juga bekerja sebagai karyawan di sebuah toko sembako kecil di pasar. Syifa yang sedang melamun akhirnya tersadar setelah mendengar suara adzan magrib dari salah satu masjid.
“Seandainya aku mendengarkan kata-kata Ibu untuk tidak terlalu percaya dengan ucapan laki-laki semua ini pasti tidak akan terjadi, apa yang harus aku lakukan sekarang, tidak mungkin aku bicara kepada Bapak dan Ibu tentang kehamilanku, ya mungkin lebih baik aku sembunyikan saja kehamilanku ini, lagi pula perutku juga tidak terlihat besar,” pikir Syifa yang saat itu belum terlalu paham tentang masa kehamilan.
Menurut Syifa yang saat itu masih berusia 19 tahun hamil adalah sebuah masa di mana ada seorang bayi di dalam perut seorang perempuan yang akan keluar setelah berusia 9 bulan. Dia tidak tahu bagaimana perjuangan serta tahapan-tahapan yang dialami seorang perempuan selama masa kehamilan. Setelah mengetahui kehamilan Syifa, Rudi yang awalnya sering berkunjung bahkan mengajak Syifa jalan-jalan keliling kampung setiap sore kini justru menjauhi Syifa.
Syifa yang saat itu hanya bekerja di sebuah toko kecil di sebuah pasar tradisional yang tak jauh dari rumahnya, kini harus berjuang mengumpulkan uang lebih banyak lagi untuk kehidupan keluarganya dan anak dalam kandungannya. Setelah uang yang dikumpulkan dirasa cukup Syifa pun berangkat ke sebuah Bidan yang bernama Indri, Bidan Indri adalah seorang bidan yang terkenal di desanya. Informasi itu pun dia dapat dari percakapan seorang Ibu-Ibu saat berbelanja di toko tempat dia bekerja.
"Selamat Sore, Bu Bidan," sapa Syifa sambil masuk ke ruangan Bidan.
"Selamat sore Mbak, ada yang bisa saya bantu Mbak," tanya Bidan Indri saat Syifa sudah duduk di kursi.
"Saya … saya mau memeriksakan kehamilan saya Bu," jawab Syifa ragu-ragu.
"Oh … silahkan tidur disini, Mbak," perintah Bidan Indri kepada Syifa sambil menunjuk ke arah sebuah kasur kecil di pojok ruangan.
Syifa yang masih awam dengan kehamilan hanya bisa menurut dengan apapun yang diperintahkan sang Bidan desa kepadanya. Tahap demi tahap pemeriksaan telah dilakukan oleh sang Bidan, Terlihat rasa takut di wajah Syifa saat Bidan Indri mulai melakukan pemeriksaan terhadap dirinya. Setelah Bidan Indri selesai beliau meminta syifa untuk kembali duduk di kursi.
"Bagaimana hasilnya Bu Bidan?" tanya Syifa dengan sedikit ragu.
"Sehat kok Mbak … ngomong-ngomong suaminya kenapa tidak ikut, soalnya saya mau menjelaskan tentang kehamilan Mbak Syifa, apalagi ini kehamilan pertama dan dengan usia Mbak Syifa yang masih terlalu muda," ucap Bidan Indri.
"Suami saya … ehm … itu dia sedang bekerja di kota Bu," jawab Syifa ragu-ragu.
"Baik kalau begitu saya jelaskan sekarang ya Mbak, kehamilan Mbak Syifa sehat dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi, saya harap Mbak Syifa jangan terlalu capek dan mengangkat yang berat -berat karena kandungan Mbak Syifa masih terlalu muda, ini saya berikan beberapa Vitamin untuk Mbak Syifa dan janin yang di dalam kandungan," jelas Bidan Indri sambil menyerahkan sebuah kantong berisi beberapa vitamin.
"Terima kasih Bu Bidan, kalau begitu saya permisi dulu Bu," ucap Syifa sambil menerima kantong plastik, kemudian berdiri dan meninggalkan ruangan Bidan Indri.
Setelah keluar dari ruangan Bidan, Syifa langsung melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah. Ditengah perjalanan Syifa bertemu dengan Rudi yang sedang berjalan dengan 2 orang sahabatnya yang sekaligus salah satu pekerja di proyek yang sama dengan Rudi ke arah balai Desa. Karena saat ini di Balai Desa memang sedang ada acara bersih Desa jadi banyak warga yang sudah hadir di balai Desa sejak sore, untuk menyaksikan rangkaian acara yang diadakan oleh Kepala Desa.
"Assalamualaikum Mas Rudi," ucap Syifa sambil berhenti dan melihat ke arah Rudi.
Rudi yang saat itu sedang bercanda dengan karyawannya sama sekali tidak menjawab salam yang diucapkan Syifa, bahkan dia tetap berjalan tanpa melihat ke arah Syifa. Hal ini membuat kedua sahabat Rudi sedikit curiga dengan sikap Rudi kepada Syifa. Hingga membuat salah satu teman yang bernama Reno mulai memberanikan diri untuk bertanya kepada Rudi.
"Tumben, Bos kita yang tampan ini cuek kepada sang pujaan hati," ledek Reno sambil memegang pundak Rudi.
"Iya nih … memang kalian sedang bertengkar ya Rud?” tanya Anjas.
“Kan hubunganku hanya sekedar taruhan saja … dan sekarang kalian harus membayar aku ya," jawab Rudi sambil terus berjalan dan tertawa.
“Gila kamu … anak orang hanya dijadikan bahan taruhan saja,” ledek Reno dan Anjas sambil tertawa.
***
Kehamilan Syifa saat ini sudah menginjak usia 3 bulan, rata-rata Ibu hamil mulai merasakan mual, muntah dan kelelahan. Suatu pagi saat Syifa baru saja bangun dari tidur, tiba-tiba dia merasakan mual yang luar biasa hingga dia harus berlari ke kamar mandi selama beberapa kali. Kejadian itu berlangsung selama satu bulan, hingga membuat sang Ibu curiga, dan mulai bertanya kepada Syifa.
"Kamu kenapa toh Nduk, Ibu lihat kamu sering muntah-muntah hampir sebulan ini, kamu baik-baik saja kan?" tanya sang Ibu sambil duduk di samping Syifa yang sedang berbaring ditempat tidur.
Syifa yang mendengar ucapan sang Ibu langsung terkejut dan terdiam. Saat itu yang ada di pikirannya adalah bagaimana caranya menyembunyikan kehamilannya yang sudah memasuki usia 3 bulan. Bagaimana cara menyampaikan kepada orang tuanya tentang apa yang sudah terjadi kepadanya.
"Ya Allah, apa yang harus aku lakukan sekarang," batin Syifa sambil membalikkan badan.
Andrea could feel something was wrong from Rio’s touch, it was gentle yet harsh, desperate yet calm. She couldn’t wrap her head around his sudden change of demeanour and at one point, he looked mad…spiteful, thrusting into her until pain was mixed with the pleasure. Was he still mad? She couldn’t help but wonder and when she woke up to him sleeping right next to her, she could stare. Andrea knew it was now Oliver that was right next to her, Rio was probably asleep again, but she couldn’t help herself as she leaned in and plant on his lips a soft kiss before getting off from bed.And while the heavy downpour from the shower washed down the scent of their union and the mixed sweats from her body. She could only think of his actions the previous night. How every action of his was inexplicable. His hot touch that was full of longing and desperation, begging for he so desperately. ‘I don’t understand’ Andrea mumbled under the water of the hot shower.After several minutes of rubbing her sk
The billionaire 45Andrea woke up with a hazy head, opening her eyes was difficult and for a minute she wondered if she was coming down with something.“Holy shit!” She screamed after her eyes caught the bold figures of the time on her phone screen. Daisy’s gonna kill me” She declared shooting up from bed at once. “Hold on a minute, where the hell is Oliver?” She wondered for a minute before deciding to check him in his room. While she wished she could just head back to work, she still needed to at least thank him for helping her. “Maybe I could convince him to drop me off at work too, I hate that I couldn’t bring my car” Andrea thought aloud while walking towards Oliver’s room were Oliver and Laura's banter could be heard. Andrea didn’t mean to eavesdrop but she ended up overhearing most of their conversation including how Oliver had gotten back at Laura for showing up at her place of work to mentally torment her, pretending to be oblivious of their heated conversation, she slid open
The billionaire 45Andrea woke up with a hazy head, opening her eyes was difficult and for a minute she wondered if she was coming down with something.“Holy shit!” She screamed after her eyes caught the bold figures of the time on her phone screen. Daisy’s gonna kill me” She declared shooting up from bed at once. “Hold on a minute, where the hell is Oliver?” She wondered for a minute before deciding to check him in his room. While she wished she could just head back to work, she still needed to at least thank him for helping her. “Maybe I could convince him to drop me off at work too, I hate that I couldn’t bring my car” Andrea thought aloud while walking towards Oliver’s room were Oliver and Laura's banter could be heard. Andrea didn’t mean to eavesdrop but she ended up overhearing most of their conversation including how Oliver had gotten back at Laura for showing up at her place of work to mentally torment her, pretending to be oblivious of their heated conversation, she slid ope
Oliver wasn’t expecting Andrea’s reaction to Jasmine’s presence. He had somehow managed to remember Jasmine after he walked up to him. Jasmine was one of the few friends that stuck with him during high school, though they eventually lost contact after he got into college, he didn’t t think exchanging contacts with an old friend was such a big deal until Andrea walked up to them, surprising them both. “That was your fiancee? She seem a bit different from what I heard” Jasmine who had her golden blonde hair tied up commented after Andrea walked off. “Really? How different exactly?” Oliver still couldn’t keep his eyes off Andrea who was walking away with a flushed look on his face. “Everyone was convinced what you two had was business somehow but judging from her reaction, I don’t see it that way” Oliver was forced to glance back at Jasmine who had a gentle smile on her face. “Contrary to the rumours you both seem to care about each other very much. I’m happy for you Oliver, and you ca
“What are you doing here?” Andrea asked after she settled into the car with Oliver who was also pondering on the question. He had rushed over thinking perhaps Andrea needed him, was he wrong?“I heard the guy’s been caught. I just wanted to check up on you to make sure you were okay” Oliver answered a little too honestly since Andrea was now staring at him for his response.“Um, yeah I’m fine. Well except for being unable to handle the reporters. I think I’m good…more than I thought I’ll be” Andrea mumbled the last part under her breath before heaving a heavy sigh.“I’m on my way to the hospital he is in. I wanna see for myself . I wanna see if he was really captured and if he is…I wanna ask him why he did it-“Do you need to do that? I mean that could be dangerous” Oliver stated and Andrea smiled.“I know, which is why I won’t be getting close and he’ll be in cuffs, I think it should be alright to hold a proper conversation” Andrea replied and Oliver sighed. “I need to go get my car”
“There has to be something you can do” Oliver pressed Raynold further after he insisted that he was still working on the changes happening in his body. Oliver couldn’t hold back from feeling uncomfortable, anxious and uneasy after he was made to watch everything that transpired between Rio and Andrea the night before. He felt he was going mad when he was holding her in his arm, embracing and kissing her but all she had on the tip of her tongue was another’s name. Oliver couldn’t believe they both really agreed to go out with each other in this situation.Andrea was right, the situation is rather too complicated for them to date but Rio saw no issues with that. ‘That selfish son of a bitch’ Oliver thought enraged at how Rio had only thought for himself. ‘Does he not know of the awkward situation he put me in, is he outta his mind?’ Oliver internally raged but something inside him told him he wasn’t mad because Rio and Andrea would put him in a complicated situation. Rather he was mad a
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Komen