Share

Bab 10

Penulis: Bachtiar putri
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-22 19:04:46
Alya memaksakan tawa, meski hatinya mencelos setiap kali harus berbohong pada sahabatnya sendiri. Dengan cepat ia meraih kembali paper bag itu dari tangan Dina.

“Sudah, sini! Jangan kamu utak-atik terus, nanti lecet!” serunya sambil menarik paper bag itu ke dadanya.

Dina mencebikkan bibirnya kesal, tetapi tetap melepaskan kotak ponsel itu. “Pelit banget kamu! Tapi serius, ini keren banget, Al! Buka dong, aku mau lihat isinya!”

"Nanti aja di kosan kamu, ya? udah, ayo.. Keburu kelas mulai," elak Alya sambil mempercepat langkahnya, berharap Dina tak lagi membahas tentang ponsel itu.

Untung saja, perhatian Dina dengan cepat beralih ke hal lain. Ingatannya melayang kembali pada kejadian saat Alya menabrak punggung Ketua BEM beberapa menit lalu.

“Eh, ngomong-ngomong… tadi kamu nabrak Ketua BEM, ya?” bisik Dina, suaranya lirih seolah takut jika ada yang mendengar.

"Gimana rasanya, Al? Deg-degan, nggak. trus kak Bima bilang apa?" tanya Dina tampa jeda, sambil menyenggol bahu Alya menguna
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Bimbingan Malam Dengan Dosenku    bab 31

    Sinar matahari pagi yang menerobos masuk dari celah gorden menyapa mata Alya yang masih terasa berat. Saat kesadarannya terkumpul, ia tertegun mendapati dirinya sudah bergelung di balik selimut tebal di dalam kamarnya sendiri.Ingatannya melayang pada momen semalam, momen yang begitu intens hingga menguras seluruh energinya. Seingatnya, setelah badai gairah itu mereda dan mereka mencapai puncak pelepasan, ia hanya sempat menjatuhkan diri di dada bidang Reihan sebelum akhirnya terlelap karena kelelahan yang luar biasa.Ia mencoba bergerak, namun rintihan kecil lolos dari bibirnya.Tubuhnya terasa remuk, setiap ototnya seolah memprotes aktivitas liar yang mereka lakukan di meja makan dan sofa semalam."Apa Mas Reihan yang membawaku ke kamar ini?" tanya Alya dalam hati.Hatinya mendadak mencelos. Ia menyadari bahwa setelah membawanya ke kamar ini, Reihan tidak memilih untuk tinggal dan mendekapnya hingga pagi. Pria itu justru kembali ke kamarnya sendiri. Meninggalkannya begitu saja setela

  • Bimbingan Malam Dengan Dosenku    bab 30

    Reihan melepaskan tautan bibir mereka dengan napas yang memburu, meninggalkan jejak saliva yang berkilau di bibir bengkak Alya. Tanpa melepaskan tatapan predatornya, ia menyapu piring dan alat makan ke ujung meja dengan satu gerakan kasar hingga berdenting nyaring, lalu membaringkan tubuh mungil istrinya di atas permukaan kayu yang dingin.Dinginnya meja dan panasnya kulit Reihan membuat Alya tersentak. Reihan merunduk, membenamkan wajahnya di ceruk leher Alya, menghisap kulit halus di sana hingga meninggalkan tanda merah yang kontras dengan kulitnya yang putih bersih."Aku menginginkanmu, Alya," bisik Reihan, suaranya serak, rendah, dan penuh getaran yang membuat bulu kuduk Alya berdiri. "Sangat menginginkanmu sampai rasanya aku hampir gila.""Mas Reihan..." desah Alya, tangannya melingkar di leher Reihan, jemarinya meremas pelan rambut hitam suaminya."Sejak pertama kali kita melakukannya, aku tak pernah berhenti memikirkan tubuhmu yang indah ini," lanjut Reihan. Tangannya bergerak

  • Bimbingan Malam Dengan Dosenku    bab 29

    Reihan tidak mengindahkan seruan panik Alya. Gerakannya terlalu cepat, terlalu dominan. Dengan tenang namun pasti, jemari panjangnya menyambar ponsel itu sebelum jemari gemetar Alya menyentuhnya.Mata tajam Reihan terpaku pada layar yang masih berkedip. Nama Bima terpampang di sana, menghancurkan kebohongan yang tadi diucapkan Alya di dalam mobil.Suasana ruang makan mendadak mencekam. Udara seolah tersedot keluar, menyisakan keheningan yang menyesakkan. Reihan tidak langsung meledak marah. Justru ketenangannya yang dingin terasa jauh lebih mengerikan."Bima?" ucap Reihan pelan, suaranya rendah namun penuh penekanan. Ia mengangkat pandangannya, menatap tepat ke manik mata Alya yang mulai berkaca-kaca. "Jadi, ini orang iseng yang kamu maksud?""Mas... aku bisa jelaskan," suara Alya nyaris tak terdengar, tenggorokannya terasa tersumbat.Sedetik kemudian, ponsel itu kembali bergetar hebat. Nama Bima kembali muncul, seolah menantang kesabaran Reihan yang sudah di ujung tanduk.Alya baru s

  • Bimbingan Malam Dengan Dosenku    bab 28

    Reihan menatap Alya beberapa saat, seolah memastikan setiap kata yang baru saja diucapkan gadis itu benar-benar tulus. Setelah itu, ia mengangguk pelan.“Bagus,” ucapnya singkat.Ia kembali memfokuskan pandangan ke jalan dan mulai menjalankan mobil. Suasana di dalam kabin terasa lebih tenang, hingga tiba-tiba keheningan itu pecah oleh bunyi dering ponsel.Alya refleks merogoh tasnya dan mengambil ponsel. Namun begitu layar menyala, tubuhnya seketika menegang. Bima.Nama itu terpampang jelas di layar, membuat darah Alya seolah membeku. Jarinya yang menggenggam ponsel gemetar halus, napasnya tertahan tanpa sadar. Rasa takut yang sempat mereda kini kembali mencuat, menyesakkan dada.Kenapa dia meneleponku? batin Alya panik.Belum sempat ia berpikir lebih jauh, Reihan sudah menyadari perubahan ekspresi di wajahnya. “Siapa?” tanyanya, melirik singkat kearah Alya. “Kenapa tidak kamu angkat?”Pertanyaan itu membuat Alya tersentak. Dengan gerakan panik, ia buru-buru menekan tombol merah untuk

  • Bimbingan Malam Dengan Dosenku    bab 27

    "Al? Kamu kenapa? Wajahmu pucat banget," tanya Dina khawatir, menyentuh bahu sahabatnya.Alya menggeleng cepat, mencoba mengusir bayangan tatapan lapar Bayu dan ajakan manipulatif Bima. "Enggak... aku cuma kaget. Ternyata orang yang kita anggap berprestasi bisa sebusuk itu.""Tapi yang paling bikin geger satu kampus itu bukan cuma kasusnya, Al," bisik Dina, suaranya makin merendah, nyaris tak terdengar. "Kamu tahu siapa yang membongkar semuanya ke pihak Rektorat? Pak Reihan."Jantung Alya berdegup kencang. "Pak Reihan?""Iya! Katanya Pak Reihan datang membawa bukti-bukti kuat soal transaksi ilegal mereka. Nggak ada yang tahu dari mana dia dapat datanya, tapi Pak Reihan benar-benar menghancurkan karier Bayu dan Bima dalam satu malam. Dingin banget kan? Dia kalau sudah marah ternyata ngeri juga."Alya terdiam, meremas ujung bajunya. Di kampus ini, tidak ada satu pun orang yang tahu bahwa Bima sempat mencoba menjebaknya dengan tawaran menjadi model majalah kampus itu, bahkan Dina sekalip

  • Bimbingan Malam Dengan Dosenku    bab 26

    Pagi datang dengan cahaya pucat yang menyelinap masuk lewat celah gorden kamar Alya. Udara masih dingin ketika gadis itu menggeliat pelan, alisnya mengernyit saat kesadarannya perlahan kembali. Ia mengangkat tangan kanannya, berniat mengucek mata, namun gerakannya terhenti.Ada aroma samar obat yang menempel di kulitnya. Alya menatap pergelangan tangannya, melihat lapisan salep tipis yang mengilap di atas bekas memar keunguan itu.Semalam, Ia tidak mengingat apa pun setelah air matanya tumpah dan tubuhnya ambruk ke kasur. Namun bekas sentuhan itu terlalu nyata untuk diabaikan. Salep ini bukan miliknya. Dan tidak ada orang lain di rumah itu selain dirinya dan Reihan."Pak Raihan?" gumamnya lirih. Nama itu membuat jantungnya berdegup tak keruan.Ia baru saja hendak bangkit ketika pandangannya tertuju pada jam digital di atas nakas. Angkanya menyala terang: 10.30.“Astaga!” Alya tersentak. Ia langsung duduk tegak. “Aku bangun kesiangan!”Panik seketika menyerbu. Itu berarti ia tidak meny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status