Home / Rumah Tangga / Birahi Liar istri Setia / 21) Arisan Mertua - 1

Share

21) Arisan Mertua - 1

Author: NDRA IRAWAN
last update Last Updated: 2025-04-21 11:19:35

Di depan laptopnya Radit masih tertegun merenungi nasib diri dan rumah tangganya. Hatinya merasa sangat kesal dengan Pak Yanto juga Reza yang seolah menilai Melia sebagai obyek pelampiasan. Radit merasa sudah saatnya melawan dan terbuka pada siapapun, termasuk ibunya. Namun tidak hari ini, karena di rumah orang tuanya sedang ramai oleh ibu-ibu arisan.

Pagi ini rumah Pak Darma memang sedang sangat berbeda. Lebih hidup dari biasanya.

Deretan mobil dan motor memenuhi halaman dan sisi jalan kecil kompleks perumahan. Suara-suara tawa dan obrolan ibu-ibu berbaur dengan denting sendok di gelas teh manis yang baru saja disuguhkan oleh para ibu-ibu anggota arisan lainnya.

Ruangan tamu dipenuhi aroma parfum mahal dan kue-kue kering yang disusun rapi di atas piring saji. Beberapa ibu duduk membentuk lingkaran, dengan wajah cerah dan mata yang menyapu ke sana kemari, mencari topik hangat untuk dibahas.

"Bunda, makin cantik aja nih, setiap hari juga cantik sih, tapi kok sekarang beda banget"

"Iya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Birahi Liar istri Setia   31) Arisan Brondong - 5

    Langkah Bu Maria terasa lebih ringan saat ia melangkah kembali melewati jembatan. Udara malam menyelusup lembut ke balik kerudungnya, membawa aroma kopi dan suara tawa dari anak-anak muda yang masih berkumpul.Tapi jantungnya berdetak lebih cepat. Apalagi saat ia mendengar langkah kaki di belakangnya. Pelan, tapi terasa jelas.‘Jangan-jangan…’ pikirnya. Ia memperlambat langkah, pura-pura memperbaiki ujung kerudung, berharap… siapa tahu. Mungkin saja Akmal bangkit dan menyapanya. Mungkin hanya ingin tahu, ke mana Bu Maria malam-malam begini. Mungkin ingin… mengantar.Deg. Hatinya benar-benar berharap.“Bu Maria…”Langkahnya sontak berhenti. Suara itu membuatnya menoleh cepat.Namun bukan Akmal yang berdiri di sana.Irwan. Sahabat dekat Akmal.Pemuda itu tersenyum malu, tangannya menggaruk tengkuk. “Saya disuruh nganter Ibu. Sama Akmal…” bisiknya, seolah takut terdengar anak-anak lain.Bu Maria memandang ke belakang, ke arah tempat Akmal masih duduk di pinggir jembatan. Jarak mereka cuk

  • Birahi Liar istri Setia   30) Arisan Brondong - 4

    Setelah Bi Iroh pergi, Bu Maria berwudhu. Air dingin meredakan pikirannya. Saat membasuh wajah, ia menatap cermin, merenung. "Apa aku memang makin tua makin cantik?"Selesai wudhu, ia segera mengenakan mukena dan melaksanakan shalat Dzuhur. Namun, sepanjang shalat, pikirannya tetap melayang ke wajah Akmal. Saat sujud terakhir, tanpa sadar bibirnya bergetar dalam doa yang bahkan ia sendiri tak mengerti.Usai shalat, ia melipat mukena dengan rapi, lalu beranjak ke ruang tamu. Badannya rebah di sofa, televisi menyala tapi tidak benar-benar ditontonnya. Yang ada hanya bayangan Akmal dalam benaknya."Ya Allah, kenapa dia makin ganteng aja sih?"“Aku memang sudah bersuami, kalau dia serius kan bisa diam-diam. Banyak kok yang selingkuh, kayak…” Bu Maria seketika teringat pada Bude Nola, yang justru bersikap seperti pacar pada Tony, menantunya.Sore itu langit berwarna jingga tembaga. Angin mengelus dedaunan di halaman kecil samping rumah Bu Maria. Ia seda

  • Birahi Liar istri Setia   27) Arisan Brondong - 1

    Waktu terus merambat, kehidupan perlahan kembali ke porosnya. Melia dan Radit memasuki masa pemulihan, saling berjanji untuk menjaga, memperbaiki, dan berjuang bersama demi mendapatkan keturunan. Ketenangan juga mulai hadir dalam rumah tangga mereka, apalagi sejak Bu Maria tampak melupakan obsesinya terhadap cucu.Istri Pak Darma itu kini justru sibuk dengan gairah mudanya yang seperti terlahir kembali, seakan melupakan tahun-tahun panjangnya sebagai istri setia.Pak Darma pun merasa lebih tenang, bisa fokus mengembangkan kariernya di sisa masa kerja, tanpa lagi harus menghadapi keluhan Bu Matria yang selalu menuntut macam-macam. Ia bahkan semakin serius mendorong kemajuan karier Radit, dan mulai menyarankan opsi yang lebih realistis: mengadopsi anak.Meski begitu, Radit masih menahan diri. Ia belum sepenuhnya siap meninggalkan harapan untuk memiliki darah daging sendiri. Baginya, usia mereka masih cukup muda; belum saatnya menyerah. Masih ada waktu, dan ia yakin, selama tekad itu ada

  • Birahi Liar istri Setia   28) Arisan Brondong - 2

    "Eh, Bu Maria… tumben pakai gamis rapi begini. Mau pengajian di mana?" goda Bu Haji Ifah sambil menyerahkan plastik berisi cabai.Bu Maria tersenyum tipis. "Ah, nggak ke mana-mana, Bu Haji. Cuma kepikiran aja pengen pakai ini," jawab Bu Maria sambil menyodorkan uang dua ribu rupiah.Namun, gerak-geriknya tidak seperti biasa. Tangannya menerima kembalian, tapi matanya sibuk mencari seseorang. Rumah Ustadzah Fatimah tampak sepi, tapi motor yang tadi pagi dipake Akmal, sudah terparkir di halaman."Nyari siapa, Bu Maria?" tanya Bu Haji Ifah, memperhatikan tingkah tetangganya yang biasanya malas belanja ke warung kecul tetangganya. "Kayaknya lagi ngawasin rumah Ustadzah Fatimah ya?" godanya.Bu Maria tergagap sejenak, lalu buru-buru tersenyum. "Oh, nggak, Bu Haji. Tadi kayaknya ada pemuda yang nyapa saya, tapi saya nggak yakin siapa dia," jawabnya.Bu Haji Ifah tertawa kecil. "Maksudnya Akmal? Iya, dia baru pulang kemarin sore. Udah gede ya sekarang, beda banget sama dulu."Bu Maria mengan

  • Birahi Liar istri Setia   27) Arisan Brondong - 1

    Waktu terus merambat, kehidupan perlahan kembali ke porosnya. Melia dan Radit memasuki masa pemulihan, saling berjanji untuk menjaga, memperbaiki, dan berjuang bersama demi mendapatkan keturunan. Ketenangan juga mulai hadir dalam rumah tangga mereka, apalagi sejak Bu Maria tampak melupakan obsesinya terhadap cucu.Istri Pak Darma itu kini justru sibuk dengan gairah mudanya yang seperti terlahir kembali, seakan melupakan tahun-tahun panjangnya sebagai istri setia.Pak Darma pun merasa lebih tenang, bisa fokus mengembangkan kariernya di sisa masa kerja, tanpa lagi harus menghadapi keluhan Bu Matria yang selalu menuntut macam-macam. Ia bahkan semakin serius mendorong kemajuan karier Radit, dan mulai menyarankan opsi yang lebih realistis: mengadopsi anak.Meski begitu, Radit masih menahan diri. Ia belum sepenuhnya siap meninggalkan harapan untuk memiliki darah daging sendiri. Baginya, usia mereka masih cukup muda; belum saatnya menyerah. Masih ada waktu, dan ia yakin, selama tekad itu ada

  • Birahi Liar istri Setia   26) Arisan Mertua - 6

    Sore menjelang dengan langit yang dilapisi jingga lembut. Di teras rumah yang diteduhi pohon mangga tua, dua perempuan duduk menghadap taman kecil yang mulai merekah setelah disiram hujan semalam.Bu Maria mengenakan daster biru dengan motif bunga-bunga halus. Wajahnya tampak lebih segar dari bisanya. Senyumnya lebih ringan, dan tatapan matanya punya sorot yang sulit dijelaskan, seolah ada percikan kehidupan yang sudah makin menyala dalam dirinya.Bude Yati memperhatikan adik iparnya diam-diam, lalu menaruh cangkir tehnya sambil menghela napas kecil.“Kamu sekarang lain, Mar,” katanya pelan, “Langkahmu terlihat lebih enteng, suaramu juga nggak berat kayak biasanya.”Bu Maria tertawa kecil. Lirih, tapi hangat. “Bude bisa aja. Mungkin karena aku sudah mulai belajar menerima hidup seperti yang disarankan Gus Bokis.”“Dari Gus Bokis?” Bude Yati menaikkan alisnya sambil menyeringai nakal. “Atau... dari Kelvin?”Nama Kelvin disebut dengan nada menggoda, membuat Bu Maria mengangkat alis, lal

  • Birahi Liar istri Setia   25) Arisan Mertua - 5

    Kelvin sedikit membungkukkan tubuh, mensejajarkan selangkangannya dengan pantat mertuanya. Tangan kanannya memegangi batang rudal yang keras, sementara tangan kirinya menahan pantat Bu Maria dan menariknya.Setelah meyakini seluruh batangnya tembus pada lobang vagina, Kelvin segera mencengkram dua bongkahan pantat itu, lalu mendorong serta memajukan selangkangannya hingga rudalnya yang hitam dan mengkilat terlihat nyata keluar masuk lobang yang dirimbuni rambut-rambut halus menggelikan.Kelvin megap megap. Doggy style di depan cermin yang besar baru kali ini dia rasakan. Wajahnya berkali kali menunduk melihat keluar masuk batang kejantannya dalam vagina mertuanya. Sekali dia juga beradu pandang di balik cermin dengan wanita yang wajahnya mulai basah dengan bulir-bulir keringat.Kelvin menjilati jemari kirinya, lalu menekan dan mengusap-usapkan pada bibir anus Bu Maria. “Oooooh…” Bu Maria melenguh, angan dan fantasinya melayang di awang-awang b

  • Birahi Liar istri Setia   24) Arisan Mertua - 4

    Bu Maria menghentikan langkahnya, lalu tersenyum kecil."Ibu tahu, Vin," jawabnya lembut. "Itu yang membuatmu semakin menarik."Kelvin makin tercekat. Kata-kata Bu Maria seperti pisau tajam yang menusuk hatinya. Dia merasa terjebak dalam jebakan yang tak terlihat. Sebuah ruangan yang seolah menutup semua pintu keluar. Wangi aromaterapi semakin menusuk, melingkupi pikirannya yang sedikit kalut.Bu Maria mendekat hingga jarak mereka tak lebih dari satu lengan. Dia mengulurkan tangan, jemarinya nyaris menyentuh bahu menantunya. Tapi, tepat sebelum jemari itu benar-benar menyentuh, Kelvin berusha mundur selangkah."Tolong, Bu," katanya, dengan suara yang sedikit gemetar. "Saya nggak bisa."Seketika senyum Bu Maria berubah menjadi tawa kecil. "Oh, sayang... kamu jangan terlalu tegang, ibu hanya ingin bersenang-senang."Ucapan itu membuat dada Kelvin semakin sesak dan segalanya terasa lebih ringan."Ibu... cantik," kata Kelvin akhirnya, nya

  • Birahi Liar istri Setia   23) Arisan Mertua -3

    Usai arisan, rumah Bu Maria kembali tenang. Riuh ibu-ibu kompleks yang tadi memenuhi ruang tamu kini tinggal kenangan samar, tak ada yang tersisa, bahkan semua piring dan gelas pun sudah kembali rapi.Malam pun tiba.Di lantai bawah, suasana jauh lebih senyap. Arin, bersama Kenzi, bayinya dan Kelvin, suaminya, telah terlelap di kamar karena kelelahan. Awalnya Arin mau pulang namun Kelvin memintanya untuk menginap karena merasa kelelahan.Bu Maria duduk seorang diri di kamarnya. Kursi rotan tempatnya berayun pelan, seirama dengan waktu yang terasa malas. Tatapannya kosong menembus langit malam yang menghitam lewat jendela terbuka.Angin dari taman depan masuk perlahan, tapi tak cukup mengusir sepi yang menyelinap ke dada. Hening ini bukan ketenangan, tapi kehampaan yang menariknya tenggelam dalam pikiran sendiri.Sejak Kelvin datang tadi, ada sesuatu yang mengusik batinnya. Ia tak ingin mengaku, bahkan pada diri sendiri. Tapi semakin lama, perasaan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status