Share

Bisa Tidak Mencintaimu Saja
Bisa Tidak Mencintaimu Saja
Author: Mohini

Bab 1

Author: Mohini
Setelah lebih dari setahun tidak bertemu, Samuel masih bersikap sombong seperti biasa.

Namun, aku tetap menahan emosiku, menatapnya dengan mata berbinar sambil berkata dengan nada lembut.

"Kamu salah menebak semuanya."

Kilat penghinaan di mata Samuel tidak berkurang sedikit pun. Bahkan, tersirat sedikit kebanggaan serta ejekan di matanya itu.

"Aku nggak menyangka sifat burukmu sama sekali nggak berubah. Bagaimana mungkin orang sepertimu bisa menjadi menantu Keluarga Dirja?" ujar Samuel.

Pada saat itu, Fandy yang baru berusia sebulan mulai menangis tanpa henti, memotong ocehan Samuel.

Alis Samuel sedikit berkerut. Di matanya bahkan terlintas rasa kasihan pada anak itu. Samuel hendak mengulurkan tangan untuk menggendong Fandy.

Namun, dari kejauhan terdengar panggilan manja, membuat Samuel menurunkan tangannya kembali. Pandangannya langsung tertuju ke arah suara.

"Kak Samuel."

Shinta melangkah mendekat. Begitu melihatku dan Fandy, wajahnya langsung berubah muram.

Namun, dia langsung merangkul lengan Samuel dengan manja, menunjukkan kedaulatan, serta kepemilikannya atas pria itu.

"Kak Samuel, aku nggak tahu kamu datang ke sini mencari Kak Laura. Apakah kehadiranku di sini mengganggu ...."

Samuel langsung menjelaskan.

"Bagaimana mungkin mengganggu? Dia sudah merenung selama setahun, apa mungkin dia masih suka cemburu seperti dulu?"

Samuel mengangkat kepalanya untuk melihat reaksiku, sementara aku hanya tersenyum dengan tenang.

"Bagaimana mungkin kamu mengganggu? Yang mengganggu tentu saja aku. Aku akan pergi dulu," kataku.

Ketika aku hendak pergi, Samuel langsung menarik pergelangan tanganku, lalu memarahiku dengan penuh amarah.

"Aku baru saja mengatakan kalau kamu nggak akan bersikap cemburu lagi, tapi ternyata kamu masih sama seperti dulu. Aku sudah menilaimu terlalu tinggi!"

Jika ini dulu, aku pasti akan patah hati karena dia membela Shinta. Namun, sekarang aku tidak ingin berdebat sepatah kata pun dengannya.

Aku langsung melepaskan diri dari cengkeramannya dengan keras.

"Aku masih harus mengejar pesawat. Kalian berdua silakan lakukan urusan kalian," kataku.

Aku masih memiliki urusan besar yang harus diselesaikan dengan kepulanganku ke tanah air.

Namun, begitu aku menggendong Fandy menuju bandara, Samuel juga menelepon, memesan tiket pesawat untuk mereka berdua pulang ke tanah air.

Begitu naik pesawat, Fandy langsung menangis karena kelaparan. Aku bergegas ke ruang ibu dan anak untuk menyusuinya.

Namun, Shinta langsung menghalangiku, hendak merebut anakku.

"Kak Laura, kenapa kamu nggak bisa menidurkan anak? Fandy terus menangis, biar aku yang menidurkannya."

Aku menghindar dengan cepat, memeluk Fandy erat-erat dengan waspada, lalu berujar.

"Fandy punya asma, biar aku saja yang mengurusnya."

Tak disangka, Shinta malah menangis tersedu-sedu sambil menyeka air matanya.

"Aku nggak akan bisa punya anak lagi. Aku nggak menyalahkan Kakak yang menyebabkan aku keguguran. Tapi apa aku juga nggak boleh menggendong anakmu sebentar saja?"

Begitu Shinta menangis, semua orang di pesawat memandangku, mengira aku yang mengusik Shinta.

Samuel yang mendengar suara itu pun datang, memandangku dengan tatapan merendahkan.

"Laura, apa yang salah kalau Shinta ingin menggendong anak itu? Apa yang dia lakukan sampai kamu begitu nggak mau mengalah? Kamu benar-benar nggak tahu sopan santun!" ujar Samuel.

Aku benar-benar tidak bisa menahannya. Aku menatap Samuel dengan tegas, nada suaraku mengandung peringatan.

"Fandy adalah anakku. Shinta mengalami keguguran karena kecelakaan, kenapa harus menyalahkan aku?"

Begitu aku selesai bicara, Samuel hendak memarahiku, tetapi wanita-wanita lain di pesawat mulai membelaku.

"Setelah mendengarkan sekian lama, ternyata ada yang berpura-pura polos dan menyedihkan hanya untuk merebut anak orang lain. Benar-benar nggak tahu malu!"

"Di depan banyak orang, dia nggak hanya ingin merebut anak orang lain, tapi masih berani menangis juga!"

Shinta dimarahi sampai wajahnya menjadi merah padam, Samuel pun maju untuk membelanya.

"Aku adalah Ayah dari anak ini. Ini urusan keluargaku!"

Pada saat itu, seorang penumpang wanita dari tempat duduk tertentu mencibir memarahi.

"Apa kamu masih bisa disebut sebagai Ayah anak ini? Kamu membantu wanita lain merebut anak itu, bagaimana mungkin kamu bisa menjadi Ayah yang baik?"

"Jangan naik pesawat ini lagi nanti. Melihat sepasang bajingan seperti kalian benar-benar sebuah kesialan ...."

Samuel yang tidak pernah diperlakukan seperti ini murka setengah mati. Dadanya naik turun secara berlebihan, tetapi dia tidak bisa berkata apa-apa.

Shinta bahkan lebih marah sampai menggertakkan giginya. Matanya penuh air mata, sebelum akhirnya dia menangis sambil berlari ke toilet.

Ketika aku hendak mendorong pintu ruang ibu dan anak, Samuel mengangkat tangan untuk menghalangi gagang pintu.

Suara pria itu sangat dingin, tampak hampir menggertakkan gigi ketika memerintahkan pramugari yang ada di samping.

"Di pesawat ini ada banyak orang yang membawa anak. Mereka membutuhkan ruang ibu dan anak, tapi Nona Laura, kamu nggak memerlukannya."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bisa Tidak Mencintaimu Saja   Bab 9

    Namun, Shinta masih terus menangis tersedu-sedu. Samuel pun memanggil satpam untuk menyeretnya keluar.Suasana di tempat itu menjadi sangat dingin, tetapi Samuel seakan tidak peduli lagi.Samuel perlahan melangkah ke hadapan Henry, menatapnya dengan pandangan penuh tantangan, lalu mengerutkan kening dengan kejam."Aku benar-benar nggak menyangka, Kakak yang selalu tenang dan terkendali, ternyata akan merebut seorang wanita dariku.""Kalau begitu, aku lebih baik nggak memiliki Kakak sepertimu."Alis Henry sedikit bergerak, tanpa sadar menoleh melirikku, lalu dia pun tersenyum."Lakukan saja apa maumu.""Aku hanya ingin bersama dengan Laura, aku nggak peduli dengan yang lainnya."Henry diam-diam mundur beberapa langkah, berjalan ke hadapanku, menggenggam tanganku, lalu mengecupnya di bibirnya.Kemudian, dia berbalik untuk melihat sekilas pada Samuel yang tampak sangat terpuruk, lalu mengangkat tangan ke arah pengawal.Para pengawal yang menerima sinyal ini langsung berlari mengelilingi S

  • Bisa Tidak Mencintaimu Saja   Bab 8

    "Aku selalu tulus padamu, tapi ternyata kamu memperlakukanku seperti ini!" kata Samuel.Aku langsung mengerutkan kening, meremehkan perkataannya, lalu menjawab dengan nada dingin."Kamu terlalu menganggap tinggi diriku. Ini adalah urusan yang dibicarakan oleh ayahmu dan Henry. Karena kamu memang nggak punya kemampuan menjadi CEO yang baik, juga nggak bisa membawa Grup Dirja berkembang!"Samuel langsung menjadi sangat terpuruk. Dia mundur beberapa langkah, menatap wajahku dengan penuh dendam."Laura, sebenarnya selama kamu bersedia, aku bisa menyerahkan perusahaan. Sekarang juga, kamu bisa bercerai dengannya, lalu aku akan menikahimu. Aku akan memberikan semua yang aku miliki padamu, bagaimana?" ujar Samuel.Aku langsung merasa pusing. Aku berdiri di samping Henry sambil menatap ke arah Samuel."Mulai sekarang jangan memanggil namaku lagi. Ada banyak orang luar di sini, lebih baik panggil aku dengan sebutan Kakak Ipar. Kalau nggak, ini akan merusak martabat Keluarga Dirja."Samuel mengg

  • Bisa Tidak Mencintaimu Saja   Bab 7

    Henry sama sekali tidak menunjukkan belas kasihan, langsung mendorong Shinta hingga terjatuh ke tanah, lalu menjawab dengan nada dingin."Dia menanggung akibat perbuatannya sendiri. Kalau nggak, aku juga nggak mungkin akan berkelahi di hari bahagiaku."Mata Shinta berkilat senang, tampak sangat bersemangat:"Jadi, Laura benar-benar sudah menikah denganmu? Berarti Kak Samuel bisa menikah denganku, 'kan?" tanya wanita itu.Henry hanya tertawa dingin tanpa daya, lalu menyuruh orang untuk menutup pintu.Pada saat itu, ponselku berdering. Ada telepon dari pimpinan senior di anak perusahaan.Dia mengatakan bahwa mereka sudah melihat laporan beritanya. Perilaku Samuel yang ingin merebut pengantin kakaknya sudah memengaruhi saham anak perusahaan."Nona Laura, dengan memanfaatkan momentum ini, urusan yang kamu katakan akan jadi lebih mudah diselesaikan."Aku berdiri di tepi jendela sambil melihat ambulans yang perlahan menjauh, merasakan perasaan lega di hatiku.Aku menjawab, "Kalau begitu, aku

  • Bisa Tidak Mencintaimu Saja   Bab 6

    Samuel memancarkan aura penuh amarah dari seluruh tubuhnya. Lidahnya menjilat pipi bagian dalam, meremehkan perkataan Bianto."Kakak Ipar?""Laura adalah tunanganku. Mengapa aku harus memanggilnya Kakak Ipar? Kalian bercanda!"Henry yang tadinya tidak ingin ambil pusing dengan Samuel, tiba-tiba berubah muram, seperti akan ada badai yang datang.Henry berujar, "Samuel, aku dan Laura menikah karena saling mencintai. Itu adalah faktanya. Sekarang kamu membuat keributan di hadapan semua orang, sikap macam apa ini?""Aku nggak peduli apakah kamu bisa menerima hal ini atau nggak, tapi mulai sekarang, kamu harus memanggil Laura Kakak Ipar dengan hormat kalau bertemu dengannya."Pada saat ini, sudah tidak bisa dibedakan lagi apakah ekspresi wajah Samuel itu sedang menangis atau tertawa. Namun, seluruh tubuhnya memancarkan hawa dingin.Henry khawatir aku akan berada dalam bahaya, jadi dia menghalangiku dengan rapat di belakangnya. Namun, aku menepuk bahunya, tetap berdiri di depan."Samuel, oh

  • Bisa Tidak Mencintaimu Saja   Bab 5

    Suasana yang baru saja mereda tiba-tiba menjadi lebih tegang dari sebelumnya. Tekanan udara begitu rendah, hingga terasa menyesakkan.Melihat Samuel yang begitu emosional, Henry langsung menempatkan tubuhnya di hadapanku, lalu memberi peringatan dengan nada tegas."Aku sarankan padamu untuk segera turun. Jangan memaksaku."Namun, Samuel sepertinya sudah tidak peduli pada siapa pun. Dia mengabaikan perkataan Henry, lalu menatapku dengan tatapan tajam."Laura, aku akan memberimu kesempatan terakhir. Cepat ikutlah denganku!" ujar Samuel.Suasana hatiku yang tadinya baik langsung hancur. Aku mengerutkan kening, menatapnya dengan tidak sabaran."Kalau otakmu sakit, pergilah berobat. Aku dan Henry sedang melangsungkan pernikahan!" teriakku.Samuel seperti sedang mendengar sebuah lelucon. Dia langsung tertawa dengan kencang. Kemudian, dia hendak mengumumkan sesuatu dengan mikrofon.Tindakan ini langsung memicu kemarahan besar Bianto. Seluruh tubuhnya bahkan gemetaran karena amarah."Samuel!"

  • Bisa Tidak Mencintaimu Saja   Bab 4

    Mata Samuel tiba-tiba menyipit. Dia mengangkat kepala dengan cepat, menatapku dengan mata yang terbelalak kaget, lalu bertanya."Ini …. Apa artinya? Laura, jelaskan padaku ….""Apa maksudnya mempelai prianya bukan aku, tapi kakakku?"Aku merapikan riasan di depan cermin rias, lalu menjawabnya dengan nada datar."Sejak pulang ke tanah air, aku nggak pernah sekali pun mengatakan ingin menikah denganmu. Selama ini, kamu saja yang berangan-angan sendiri."Aku menarik napas dalam, bangkit berdiri untuk memeriksa penampilanku, lalu menoleh sekilas melihat Samuel yang tampak terpukul dan terkejut."Kamu tadi mengatakan nggak akan hadir, tentu saja boleh. Aku dan Henry sama sekali nggak pernah mengirimkan undangan untukmu.""Kalau kamu nggak bisa memberkati kami, kamu boleh pergi sekarang juga."Aku mengangkat gaun pengantinku sedikit, hendak melangkah. Namun, Samuel menarik lenganku dengan keras, yang langsung meninggalkan bekas merah dalam sekejap.Dia menatap penampilanku yang dingin dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status