Share

Bab 3

Author: Mohini
Melihat aku tidak mengatakan apa pun untuk waktu yang lama, Samuel juga tidak bertanya lagi. Dia hanya menghela napas.

"Karena pernikahannya sudah diputuskan, kita ikuti saja rencanamu. Sekarang, ikutlah denganku untuk mencoba gaun pengantinnya," ujar pria itu.

Aku melirik Samuel yang bersikap aneh, lalu berbalik hendak pergi, tetapi aku ditarik dengan keras olehnya.

Samuel berujar, "Laura, yang ingin menikah itu kamu, tapi yang bersikap dingin juga kamu. Apakah menyiksaku begitu mengasyikkan?"

"Apa kamu masih marah karena Shinta? Kami tumbuh bersama sejak kecil, sementara mantan pacarnya meninggalkannya begitu saja. Apa salahnya kalau aku memperhatikannya?"

Aku tidak ingin terus terlibat dengannya, jadi aku menjawab dengan menekankan kata demi kata.

"Aku rasa kamu salah paham, aku sama sekali nggak marah."

"Benar-benar nggak marah sama sekali."

Begitu aku selesai berbicara, pria itu perlahan menyembunyikan gelombang di matanya, kembali menjadi tenang.

Samuel hendak meraih tanganku, tetapi dengan satu tatapan tajamku, dia menurunkan kembali tangannya dalam diam.

"Aku sudah mengaturnya. Gaun pengantin yang dulu juga sudah aku kembalikan ke ukuran semula. Terserah kamu mau pergi atau nggak," ucap Samuel.

Mataku berbinar, lalu aku pun menyetujuinya.

Gaun pengantin yang dulu diam-diam diubah ukurannya oleh Shinta itu, awalnya dikirim ke dalam negeri oleh Henry lewat perantara.

Dulu itu adalah hadiah pernikahan, tetapi sekarang membawa takdir yang menakjubkan.

Jika aku bisa mengambilnya kembali, itu juga akan menjadi kejutan yang tak terduga.

Namun, baru saja melangkah keluar dari gerbang kediaman Keluarga Dirja, Shinta sudah melompat seperti kelinci kecil, menempel dengan manja di sisi Samuel.

Begitu melihatnya, aku bisa langsung mencium aroma wanita jalang darinya.

"Terakhir kali saat aku mengubah ukuran gaun pengantin Kak Laura, Kak Samuel memarahiku. Pantatku bahkan masih sakit sampai sekarang. Tapi sekarang sudah nggak apa-apa, ukurannya sudah dikembalikan. Kak Laura pasti senang, 'kan?" kata Shinta.

Shinta tampak tersenyum riang, sementara Samuel mengusap hidungnya dengan penuh kasih sayang, tampak sangat lembut.

"Shinta memang paling penurut," ujar Samuel.

Melihat situasi saat ini, Shinta pasti juga akan ikut pergi. Jadi, aku langsung duduk di kursi belakang dengan bijak.

Samuel yang baru membuka pintu mobil tampak terkejut, matanya penuh dengan kebingungan, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa.

Aku tidur sepanjang perjalanan, baru membuka mata saat kami sampai di tempat tujuan.

Setelah memasuki toko gaun pengantin, pelayan langsung menunjukkan gaun pengantinku yang asli. Bisa dibilang, gaun ini sudah dikembalikan dengan sempurna.

Aku memeriksa detailnya dengan teliti. Setelah memastikan semuanya sudah dikembalikan, aku menyuruh pelayan untuk menyimpannya.

Samuel yang awalnya mengharapkan sesuatu, menunjukkan pandangan yang agak muram ketika dia menatap mataku dengan tajam.

"Laura, aku sudah bersusah payah memperbaikinya. Apa kamu nggak mau mencobanya?"

Langkah pelayan yang hendak pergi terhenti. Aku hanya mengangkat tangan tanpa ekspresi, memberi isyarat agar dia menyimpannya.

Kemudian, aku menjawab dengan nada dingin, "Aku masih ada urusan lain."

Melihat diriku yang melangkah pergi, mata Samuel tampak muram. Cahaya di matanya berangsur menghilang.

Tepat saat dia hendak melangkah maju untuk mengejarku, Shinta sudah cemberut, menggoyangkan lengan Samuel sambil berujar manja.

"Kak Samuel, aku juga ingin mencoba gaun pengantin. Tolong temani aku, ya ...."

Setelah masuk ke dalam taksi, aku masih bisa melihat wajah Samuel yang seperti patung melalui kaca toko gaun pengantin. Dia menatap keluar jendela dengan wajah pucat.

Setelah mobil berjalan, aku baru menutup mata dengan perasaan lega, lalu memerintahkan sopir.

"Tolong pergi ke toko perhiasan terbesar di kota ini."

Untuk mempersiapkan pernikahan, Henry sudah bekerja siang dan malam tanpa henti. Jadi, aku berencana memilih cincin kawin untuk meringankan bebannya.

Begitu aku masuk ke dalam toko, aku langsung tertarik pada sebuah berlian biru dari wilayah selatan. Benda ini tampak berkilau memesona ketika aku memakainya.

"Nona, kamu benar-benar memiliki penglihatan yang bagus. Cincin ini sangat cocok dipakai di tanganmu."

Aku memandanginya dengan perasaan puas sejenak, lalu menyuruh pelayan mengambilkan dua buah cincin untuk dibungkus.

Ketika aku hendak memilih liontin panjang umur untuk Fandy, dua orang melangkah masuk dari pintu toko.

"Bagaimana bisa Kak Laura tahu kalau aku dan Kak Samuel ingin melihat cincin? Apakah dia mengikuti kita?"

Aku tidak mengangkat kepalaku, terus sibuk memilih.

Pada saat itu, pelayan baru saja selesai membungkus cincin dan memberikannya padaku. Aku mengulurkan tangan untuk mengambilnya, tetapi ditepis oleh Samuel sampai cincin itu jatuh ke lantai.

Pria itu tertawa meremehkan. "Kenapa kamu begitu terburu-buru? Tadi kamu berpura-pura nggak peduli dengan gaun pengantinnya, tapi sekarang kamu langsung memilih cincin berlian. Munafik sekali ...."

"Apa kamu takut kita nggak akan menikah?"

Ketika melihat semua ini, Shinta malah membungkuk untuk mengambil kantong itu. Dia membuka kotak cincin di dalamnya, lalu berseru kagum.

"Kak Samuel, cincin ini cantik sekali. Kamu dan Kak Laura pasti akan cocok memakainya, tapi aku nggak akan pantas ...."

Samuel dengan penuh rasa kasihan memeluk Shinta sambil menepuk-nepuknya. Kemudian, dia mengambil sebuah cincin, lalu memakaikannya di jari Shinta dengan terburu-buru.

"Itu hanya sebuah cincin. Tentu saja kamu akan pantas," ujar Samuel.

Aku mengepalkan tanganku, hendak merebutnya kembali.

"Ini cincinku. Siapa yang mengizinkan kalian memakainya?" tanyaku.

Wajah Samuel langsung berubah. Dia menepis tanganku dengan keras, tampak tidak sabaran.

"Aku nggak menyalahkanmu yang memutuskan membeli cincin kawin ini sendirian. Memang kenapa kalau Shinta memakainya sebentar saja? Kamu sungguh picik," balas Samuel.

Shinta berpura-pura bijaksana. Setelah memakainya sebentar, dia seakan hendak melepasnya, tetapi diam-diam membengkokkan cincin itu.

"Aku hanya menginginkan cincin yang akan dibelikan Kak Samuel. Aku nggak menginginkan yang ini," ucap Shinta.

Setelah berkata demikian, Shinta melemparkan cincin itu ke lantai, lalu dengan manja meminta Samuel membelikannya yang baru.

Aku tidak peduli lagi dengan mereka. Setelah memilih kalung, aku langsung membayar dan pergi.

Dalam sekejap mata, hari pernikahan pun akhirnya tiba. Aku sudah selesai bersiap, sudah mengenakan gaun pengantin.

Namun, Samuel tiba-tiba menerobos masuk ke belakang panggung. Tampak jelas bahwa dia tidak bisa menyembunyikan kemarahan dan kebingungan di hatinya.

"Laura! Apakah hanya karena masalah cincin kemarin, sekarang kamu terang-terangan memaksaku untuk menikah?"

"Aku beri tahu padamu Laura, hari ini aku nggak akan menghadiri pernikahan ini. Aku akan menunggu sampai kamu menyesali sikapmu, baru aku akan menikah. Aku nggak percaya kamu akan terus bertindak nggak masuk akal seperti ini!"

Begitu dia selesai bicara, pembawa acara yang tadi sedang membahas susunan acara denganku berdecak. Dia mengecek kartu acara sekali lagi, lalu mengingatkan.

"Pak Samuel, mempelai prianya bukan kamu, tapi Pak Henry."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bisa Tidak Mencintaimu Saja   Bab 9

    Namun, Shinta masih terus menangis tersedu-sedu. Samuel pun memanggil satpam untuk menyeretnya keluar.Suasana di tempat itu menjadi sangat dingin, tetapi Samuel seakan tidak peduli lagi.Samuel perlahan melangkah ke hadapan Henry, menatapnya dengan pandangan penuh tantangan, lalu mengerutkan kening dengan kejam."Aku benar-benar nggak menyangka, Kakak yang selalu tenang dan terkendali, ternyata akan merebut seorang wanita dariku.""Kalau begitu, aku lebih baik nggak memiliki Kakak sepertimu."Alis Henry sedikit bergerak, tanpa sadar menoleh melirikku, lalu dia pun tersenyum."Lakukan saja apa maumu.""Aku hanya ingin bersama dengan Laura, aku nggak peduli dengan yang lainnya."Henry diam-diam mundur beberapa langkah, berjalan ke hadapanku, menggenggam tanganku, lalu mengecupnya di bibirnya.Kemudian, dia berbalik untuk melihat sekilas pada Samuel yang tampak sangat terpuruk, lalu mengangkat tangan ke arah pengawal.Para pengawal yang menerima sinyal ini langsung berlari mengelilingi S

  • Bisa Tidak Mencintaimu Saja   Bab 8

    "Aku selalu tulus padamu, tapi ternyata kamu memperlakukanku seperti ini!" kata Samuel.Aku langsung mengerutkan kening, meremehkan perkataannya, lalu menjawab dengan nada dingin."Kamu terlalu menganggap tinggi diriku. Ini adalah urusan yang dibicarakan oleh ayahmu dan Henry. Karena kamu memang nggak punya kemampuan menjadi CEO yang baik, juga nggak bisa membawa Grup Dirja berkembang!"Samuel langsung menjadi sangat terpuruk. Dia mundur beberapa langkah, menatap wajahku dengan penuh dendam."Laura, sebenarnya selama kamu bersedia, aku bisa menyerahkan perusahaan. Sekarang juga, kamu bisa bercerai dengannya, lalu aku akan menikahimu. Aku akan memberikan semua yang aku miliki padamu, bagaimana?" ujar Samuel.Aku langsung merasa pusing. Aku berdiri di samping Henry sambil menatap ke arah Samuel."Mulai sekarang jangan memanggil namaku lagi. Ada banyak orang luar di sini, lebih baik panggil aku dengan sebutan Kakak Ipar. Kalau nggak, ini akan merusak martabat Keluarga Dirja."Samuel mengg

  • Bisa Tidak Mencintaimu Saja   Bab 7

    Henry sama sekali tidak menunjukkan belas kasihan, langsung mendorong Shinta hingga terjatuh ke tanah, lalu menjawab dengan nada dingin."Dia menanggung akibat perbuatannya sendiri. Kalau nggak, aku juga nggak mungkin akan berkelahi di hari bahagiaku."Mata Shinta berkilat senang, tampak sangat bersemangat:"Jadi, Laura benar-benar sudah menikah denganmu? Berarti Kak Samuel bisa menikah denganku, 'kan?" tanya wanita itu.Henry hanya tertawa dingin tanpa daya, lalu menyuruh orang untuk menutup pintu.Pada saat itu, ponselku berdering. Ada telepon dari pimpinan senior di anak perusahaan.Dia mengatakan bahwa mereka sudah melihat laporan beritanya. Perilaku Samuel yang ingin merebut pengantin kakaknya sudah memengaruhi saham anak perusahaan."Nona Laura, dengan memanfaatkan momentum ini, urusan yang kamu katakan akan jadi lebih mudah diselesaikan."Aku berdiri di tepi jendela sambil melihat ambulans yang perlahan menjauh, merasakan perasaan lega di hatiku.Aku menjawab, "Kalau begitu, aku

  • Bisa Tidak Mencintaimu Saja   Bab 6

    Samuel memancarkan aura penuh amarah dari seluruh tubuhnya. Lidahnya menjilat pipi bagian dalam, meremehkan perkataan Bianto."Kakak Ipar?""Laura adalah tunanganku. Mengapa aku harus memanggilnya Kakak Ipar? Kalian bercanda!"Henry yang tadinya tidak ingin ambil pusing dengan Samuel, tiba-tiba berubah muram, seperti akan ada badai yang datang.Henry berujar, "Samuel, aku dan Laura menikah karena saling mencintai. Itu adalah faktanya. Sekarang kamu membuat keributan di hadapan semua orang, sikap macam apa ini?""Aku nggak peduli apakah kamu bisa menerima hal ini atau nggak, tapi mulai sekarang, kamu harus memanggil Laura Kakak Ipar dengan hormat kalau bertemu dengannya."Pada saat ini, sudah tidak bisa dibedakan lagi apakah ekspresi wajah Samuel itu sedang menangis atau tertawa. Namun, seluruh tubuhnya memancarkan hawa dingin.Henry khawatir aku akan berada dalam bahaya, jadi dia menghalangiku dengan rapat di belakangnya. Namun, aku menepuk bahunya, tetap berdiri di depan."Samuel, oh

  • Bisa Tidak Mencintaimu Saja   Bab 5

    Suasana yang baru saja mereda tiba-tiba menjadi lebih tegang dari sebelumnya. Tekanan udara begitu rendah, hingga terasa menyesakkan.Melihat Samuel yang begitu emosional, Henry langsung menempatkan tubuhnya di hadapanku, lalu memberi peringatan dengan nada tegas."Aku sarankan padamu untuk segera turun. Jangan memaksaku."Namun, Samuel sepertinya sudah tidak peduli pada siapa pun. Dia mengabaikan perkataan Henry, lalu menatapku dengan tatapan tajam."Laura, aku akan memberimu kesempatan terakhir. Cepat ikutlah denganku!" ujar Samuel.Suasana hatiku yang tadinya baik langsung hancur. Aku mengerutkan kening, menatapnya dengan tidak sabaran."Kalau otakmu sakit, pergilah berobat. Aku dan Henry sedang melangsungkan pernikahan!" teriakku.Samuel seperti sedang mendengar sebuah lelucon. Dia langsung tertawa dengan kencang. Kemudian, dia hendak mengumumkan sesuatu dengan mikrofon.Tindakan ini langsung memicu kemarahan besar Bianto. Seluruh tubuhnya bahkan gemetaran karena amarah."Samuel!"

  • Bisa Tidak Mencintaimu Saja   Bab 4

    Mata Samuel tiba-tiba menyipit. Dia mengangkat kepala dengan cepat, menatapku dengan mata yang terbelalak kaget, lalu bertanya."Ini …. Apa artinya? Laura, jelaskan padaku ….""Apa maksudnya mempelai prianya bukan aku, tapi kakakku?"Aku merapikan riasan di depan cermin rias, lalu menjawabnya dengan nada datar."Sejak pulang ke tanah air, aku nggak pernah sekali pun mengatakan ingin menikah denganmu. Selama ini, kamu saja yang berangan-angan sendiri."Aku menarik napas dalam, bangkit berdiri untuk memeriksa penampilanku, lalu menoleh sekilas melihat Samuel yang tampak terpukul dan terkejut."Kamu tadi mengatakan nggak akan hadir, tentu saja boleh. Aku dan Henry sama sekali nggak pernah mengirimkan undangan untukmu.""Kalau kamu nggak bisa memberkati kami, kamu boleh pergi sekarang juga."Aku mengangkat gaun pengantinku sedikit, hendak melangkah. Namun, Samuel menarik lenganku dengan keras, yang langsung meninggalkan bekas merah dalam sekejap.Dia menatap penampilanku yang dingin dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status