Home / Romansa / Bisikan Dosa / Bab 32 - Hadiah

Share

Bab 32 - Hadiah

Author: Lee Sizunii
last update Last Updated: 2025-09-26 19:04:41

“Lan, cepet deh, aku udah nyiapin tempat duduk buat kita!” suara Welda terdemgar lantang begitu Alana muncul di depan pintu kelas.

Alana terkekeh kecil, menahan napas yang sedikit tersengal. “Ya ampun, Wel. Sabar dong.”

“Ya biar nggak rebutan kursi. Lagian aku pengen duduk di belakang, biar kalau ngantuk bisa nyender.” Welda berbisik sambil terkekeh, lalu meraih lengan Alana dan menariknya ke bangku kosong.

Alana geleng-geleng kepala, tapi senyumnya tersungging. Dia sudah terbiasa dengan kelakuan sahabatnya yang selalu penuh energi itu. Baru saja ia hendak duduk, matanya menangkap sesuatu di atas mejanya. Sebuah kotak berwarna cokelat dengan pita merah sederhana dan tertulis di sana, untuk Alana.

“Eh, ada hadiah?” Welda langsung mengangkat alis, matanya berbinar-binar penuh gosip. “Cieee, siapa yang ngasih? Ada fans rahasia nih.”

Alana justru mengernyit. “Aku nggak merasa lagi dekat sama siapa pun. Apalagi sampai dikasih hadiah kayak gini.”

“Ya kali. Cantik-cantik gini, pasti ada aja
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Bisikan Dosa   Bab 56 - Musuh bebuyutan

    Kamar inap itu sunyi, hanya terdengar detak jarum jam dan suara sendok beradu dengan piring. Axel duduk di tepi ranjang, menatap Alana yang menunduk dengan wajah kesal. Di depannya, semangkuk bubur yang sudah tinggal separuh.“Habiskan,” perintah Axel datar, menyodorkan sendok ke bibir Alana.“Sudah kenyang,” Alana menolak, menggeleng pelan.“Kau baru makan setengah.”“Lalu? Aku bukan sapi, Kak Axel.”“Kalau aku bilang makan, makan.” Axel menatapnya tajam, ekspresinya seperti komandan pasukan, bukan seseorang yang sedang menjaga pasien.Alana mendengus, menarik selimut hingga menutupi sebagian wajah. “Aku gak bisa kalau terus dipaksa.”Axel menghela napas, tapi tidak menyerah. Ia mengambil sendok lagi, menyuapkan dengan lebih lembut kali ini. “Kalau kau gak makan, kau bakal makin lemah.”Alana melirik sekilas. “Aku lemah bukan karena lapar, tapi karena kamu cerewet.”Axel menahan senyum. “Bagus, berarti kamu masih bisa melawan.”“Kak Axel!” Alana mengerucutkan bibirnya kesal, tapi akh

  • Bisikan Dosa   Bab 55 - Kebencian Reina

    Reina membanting tas besar ke atas meja kafe sampai cangkir kopi di pinggir hampir goyah. “Alana, Alana, Alana terus! Kenapa harus dia?!” teriaknya, suaranya membentur dinding kaca. Dua teman di depannya, Sinta dan Dita, menoleh kaget lalu sengaja menahan tawa, mereka sudah kebal melihat ledakan emosi Reina.“Tarik napas dulu, Rin. Tenang,” Sinta menasihati sambil menaruh ponsel di meja.“Tenang? Tenang? Kau lihat apa yang dia lakukan ke Axel? Dia pura-pura polos terus, muka innocent itu bikin kesel!” Reina mendengus, matanya menyala.Dita mengangkat bahu. “Kita udah sebar fotonya. Itu udah kerja kita semua. Sekarang tinggal liat gimana efeknya.”“Efeknya? Efeknya Axel malah makin protektif! Dia gendong-gendong terus, muka Alana malah lebih dilihat kasihan. Gimana ini?!” Reina menggerutu.Belum selesai dia ngomel, seorang perempuan masuk dari pintu. Tinggi, berambut cokelat keemasan, raut wajahnya biasa tapi ada nada dagang yang jelas di cara dia berjalan.Reina seketika berdiri. “K

  • Bisikan Dosa   Bab 54 - Dasar cabul

    “Tidak ada yang serius, hanya asam lambungnya naik karena tekanan pikiran,” ucap dokter sambil menulis catatan. “Istirahat beberapa hari, jangan stres, dan jaga pola makan. Kalau dilakukan, dia akan cepat membaik.”Axel berdiri dari duduknya, tangan terlipat di dada. Tatapannya fokus ke dokter, tapi wajahnya tetap datar.“Baik, Dok,” jawabnya singkat.Dokter mengangguk, lalu menepuk bahu Axel. Setelah itu, Axel langsung keluar dari ruangan itu.Di ruang inap, Alana membuka matanya perlahan. Ia sempat tertidur setelah diberi obat penenang ringan. Saat pandangannya mulai jelas, ia melihat seseorang membuka pintu dan masuk.Axel.Dengan wajah yang datar, tapi sorot matanya menyimpan sesuatu yang sulit dijelaskan, campuran marah dan khawatir.Dia berjalan tanpa suara, meletakkan satu kantong plastik hitam-putih di atas meja kecil di dekat tempat tidur.“Istirahat yang benar,” katanya pelan tapi tajam. “Jangan mikir yang aneh-aneh.”Alana diam, hanya menatap. Suaranya belum keluar, tapi dal

  • Bisikan Dosa   Bab 53 - UKS

    Ruangan UKS kampus terasa begitu sunyi. Hanya suara detak jam dinding dan bunyi napas lirih yang terdengar dari tubuh Alana yang terbaring di atas brankar putih.Wajahnya pucat pasi, rambutnya sedikit berantakan menutupi pipinya. Di sisi tempat tidur itu, Welda duduk sambil menatap temannya cemas.Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar dari luar. Pintu terbuka dengan kasar.“Pergi dulu, Welda,” suara dalam itu membuat Welda menoleh.“Axel…”“Aku yang jaga,” potong Axel datar. Tatapannya tajam, tapi nada suaranya menahan banyak emosi.Welda ragu sejenak, tapi akhirnya berdiri. “Kalau Alana bangun, kabari aku, ya.”Axel hanya mengangguk tanpa menatapnya. Begitu pintu tertutup, ruangan itu kembali hening. Ia menatap wajah Alana lama sekali — terlalu lama, hingga terasa waktu berhenti.Wajah pucat itu membuat dadanya sesak. Dia tahu apa yang terjadi. Semua orang di kampus tahu. Foto-foto masa lalu Alana tersebar di forum kampus, disebar oleh orang yang jelas ingin mempermalukanny

  • Bisikan Dosa   Bab 52 - Mading sekolah

    Bruk.Suara benturan keras ketika bahu Reina menghantam tembok halaman belakang kampus membuat beberapa orang di sekitarnya menoleh.“Aw!” Reina memekik, memegangi bahunya sambil meringis.Axel berdiri di depannya dengan napas terengah, dada naik-turun. Matanya menyala tajam. Ia menatap Reina seperti menatap sesuatu yang menjengkelkan sampai ke tulang.“Dengar, aku sudah bersabar,” suara Axel menggelegar, menahan kemarahan yang menggelembung. “Sebenarnya kamu mau apa? Kita sudah putus, bukankah itu sudah jelas?”Reina menoleh, bibirnya gemetar tapi ekspresinya cepat berubah jadi manja. “Axel… ayo dong, jangan gitu. Jangan serius amat. Kita bisa baikan, kan? Kamu tahu aku sayang kamu.”Axel mengernyit, hela napasnya panjang. “Reina, cukup. Aku udah bilang, aku nggak ada perasaan apa-apa lagi. Hubungan kita selesai.” Ia melangkah mendekat, suaranya jadi lebih dingin. “Dan satu lagi, jangan rusuhin rumahku. Buat orang-orang rumah nggak nyaman. Di rumah itu, nggak ada yang benar-benar te

  • Bisikan Dosa   Bab 51 - Seperti tuan rumah

    Cahaya matahari pagi menembus tirai ruang makan, membuat aroma roti panggang dan kopi menguar di udara. Suara sendok beradu dengan piring terdengar pelan, menciptakan suasana khas pagi keluarga yang tampak damai, setidaknya di permukaan.Langkah kaki Alana terdengar menuruni tangga. Ia mengenakan kemeja putih dan celana jeans biru muda. Rambutnya yang masih sedikit basah terurai ke bahu.Begitu sampai di bawah, matanya langsung menangkap pemandangan yang membuat langkahnya sempat terhenti.Ayah dan ibunya sudah duduk rapi di meja makan, dengan Reina di antara mereka, tertawa kecil sambil membantu Vivianne menuang jus jeruk. Sementara Nero duduk di sisi kanan meja, tampak tenang seperti biasa, tapi pandangannya langsung beralih begitu melihat Alana.Wajah dingin itu, untuk sesaat, melunak.“Pagi, Sayang.” Suara Vivianne memecah keheningan kecil. “Cepat duduk, sayang. Mama udah siapkan sarapan.”Alana menelan ludah. Ia berusaha tersenyum, tapi entah kenapa perutnya terasa menolak. Melih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status