Bisikan Dosa

Bisikan Dosa

last updateLast Updated : 2025-09-16
By:  Lee SizuniiUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
11Chapters
10views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Alana tak pernah menyangka, pindah ke rumah baru berarti menyerahkan dirinya pada dua godaan yang tak termaafkan. Axel, kakak tirinya yang urakan, mengajarinya kenikmatan yang membuatnya candu. Dan Nero, sang kakak sulung yang dingin, justru membuatnya terikat pada pesona yang tak bisa ia lawan. Semua batas seharusnya jelas. Semua larangan seharusnya tak bisa ditembus. Namun semakin ia berusaha menjauh, semakin dalam ia tenggelam dalam bisikan dosa yang memabukkan.

View More

Chapter 1

Bab 1 - Rumah baru

Alana berdiri di depan gerbang besi hitam yang menjulang tinggi. Ukirannya rumit, tampak angkuh sekaligus indah, seperti gerbang istana dalam dongeng.

Bedanya, ini bukan dongeng. Ini kenyataan baru yang harus ia jalani, sebuah rumah megah milik keluarga Graves, tempat ibunya kini tinggal bersama suami barunya.

Mobil berhenti. Supir turun, membukakan pintu untuknya.

Dengan langkah ragu, Alana menapaki jalan setapak menuju rumah utama. Setiap sisi dipenuhi taman yang tertata sempurna, dengan patung-patung marmer putih dan air mancur berkilauan di tengah halaman. Rumah itu begitu besar hingga membuatnya merasa kecil.

"Apa aku benar-benar akan tinggal di sini...?" pikirnya.

Ada kekaguman, tapi juga ketakutan yang merayap. Selama hidup, Alana hanya mengenal rumah sederhana di pinggiran kota, tempat suara ayam tetangga terdengar setiap pagi dan jalanan tanah selalu becek setelah hujan.

Kini, semua tampak asing. Dinding menjulang tinggi, jendela kaca besar, dan kesunyian mewah yang membuatnya gugup.

Di pintu masuk, Edward Graves sudah menunggu. Pria dewasa yang masih sangat tampan itu berdiri tegak dengan jas abu-abu yang rapi. Senyumnya tipis, lebih terlihat sebagai formalitas ketimbang sambutan hangat.

“Selamat datang di rumahmu yang baru, Alana,” kata Edward, nada suaranya datar.

Alana mengangguk, berusaha sopan. “Terima kasih, Tuan Graves.” Dia ingin berkata 'ayah tiri', tapi lidahnya kelu.

Ibunya, Vivienne, segera meraih tangan Alana dan menepuknya lembut. “Kamu pasti capek, sayang. Ayo masuk, Mama tunjukkan kamarmu nanti.” Wajah Vivienne penuh senyum, seolah yakin semua ini akan menjadi awal indah.

Namun sebelum langkah mereka berlanjut, dua sosok muncul dari dalam rumah.

Yang pertama, tinggi dan tegap dengan kemeja hitam pas badan. Rambutnya rapi, wajahnya serius, sorot matanya tajam seperti sedang menilai. Itulah Nero Graves, putra sulung Edward. Tatapannya berhenti lama pada Alana, dingin dan menghitung, seakan hanya dengan sekali pandang dia sudah menentukan Alana tak pantas berada di sini.

“Ini adik barumu, Nero,” ucap Edward.

Nero hanya mengangguk singkat. “Selamat datang,” katanya, nadanya formal, tanpa sedikit pun kehangatan.

Alana menelan ludah, merasa tercekik oleh tatapan itu. Kakak tirinya terlihat mengerikan.

Kemudian, suara langkah santai terdengar dari tangga. Axel Graves turun dengan kemeja putih yang kancing atasnya terbuka, rambut acak-acakan, dan senyum lebar di wajah. Berbanding terbalik dengan Nero, Axel terlihat urakan, seolah tak peduli pada aturan rumah mewah ini.

“Oh, jadi ini yang namanya Alana?” Axel menyipitkan mata, lalu menyeringai nakal. “Wah, lebih manis dari yang kubayangkan.”

Dia menyandarkan tubuh ke pegangan tangga, tatapannya terang-terangan menelusuri Alana dari atas sampai bawah.

Alana terdiam, wajahnya memanas. “Uh… terima kasih?” suaranya terdengar gugup.

Vivienne buru-buru menengahi. “Axel, jangan membuat adikmu tidak nyaman.”

“Tapi aku cuma jujur, Ma,” jawab Axel, terkekeh pelan. Lalu, tanpa rasa bersalah, ia menambahkan, “Kalau begini sih aku jadi nggak keberatan punya adik baru.”

Alana merasa darahnya naik ke wajah. Tangannya meremas tali tas di pundak, berusaha menutupi kegugupan. Dalam hati, ia langsung sadar, rumah baru ini memang megah, tapi orang-orang di dalamnya… tidak semuanya ramah.

"Aku harap kalian bisa akur di rumah ini. Nero, jangan buat Alana merasa tertekan. Axel, jaga sikapmu dan jangan bertingkah," ingat Edward.

"Apa sih Pa, mana mungkin aku bertingkah. Aku suka kok punya adik perempuan." Axel tersenyum ke arah Alana.

Alana menunduk kikuk. Ini sangat tidak nyaman untuknya.

"Ayo sayang, Mama antar kamu ke kamar."

Vivienne menggandeng tangan Alana untuk pergi dari sana. Sementara Axel melompat kecil membuntuti mereka.

"Aku ikut!"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
11 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status