Chapter: EPILOGLima Tahun Kemudian ....Di markas Il Leone d'Ombra, seorang gadis kecil duduk di samping seorang pria bertubuh kekar. Suasana ruangan itu penuh dengan aroma logam dan minyak senjata, namun gadis kecil itu tampak tidak terganggu sedikit pun.Antonio, pria yang tengah merapikan senjata, berkali-kali menarik napas panjang. Di sebelahnya, Elettra—gadis kecil berusia lima tahun dengan rambut ikal kecokelatan dan mata secerah musim semi—terus berbicara tanpa jeda."Uncle Antonio, kenapa peluru ini warnanya beda? Apa senjatanya juga beda? Kalau senjata ini bisa buat tembak monster nggak? Kenapa di sini gelap banget? Uncle nggak takut hantu?"Antonio menghela napas, berusaha tetap fokus membersihkan senjatanya. "Elettra, bukankah kau seharusnya menggambar atau bermain boneka? Anak seusiamu biasanya tidak tertarik pada senjata.""Aku bukan anak kecil biasa, Uncle. Aku Elettra Marino! Aku harus tahu semuanya supaya bisa melindungi Mommy dan Daddy. Kalau Uncle nggak mau jawab, aku tanya sama Da
Last Updated: 2025-03-07
Chapter: Bab 210Elena menangis tak henti-henti di pelukan Lorenzo. Tubuhnya bergetar, wajahnya penuh kekhawatiran."Tuhan, jangan ambil putriku ..., jangan ambil cucuku ...," isaknya berulang kali.Lorenzo mencoba menenangkan istrinya, meski dalam hatinya sendiri ada badai yang tak kalah hebat. "Tenanglah, sayang. Valeria perempuan yang kuat. Dia akan baik-baik saja." Meski suaranya terdengar tenang, genggaman tangannya pada bahu Elena menunjukkan betapa kerasnya dia menahan diri untuk tidak ikut larut dalam kepanikan.Sementara itu, Anna mondar-mandir di koridor rumah sakit. Setiap detik terasa seperti menit, setiap menit terasa seperti jam."Kenapa lama sekali? Kenapa belum ada kabar?" Anna bergumam, tatapannya kosong.Di tengah semua kegaduhan itu, Salvatore justru terdiam. Dia berdiri di sudut ruangan, tubuhnya kaku seperti patung. Matanya tertuju pada pintu ruang operasi, seolah menunggu keajaiban. Namun, dalam keheningannya, tubuhnya gemetar. Keringat dingin membasahi pelipisnya."Valeria ...,
Last Updated: 2025-03-07
Chapter: Bab 209Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Kini perut Valeria sudah semakin membesar, hampir memasuki usia delapan bulan.Musim semi menghiasi kota dengan udara hangat dan bunga bermekaran. Valeria duduk di bangku kayu di tepi jalan, menikmati es krim stroberi yang mencair perlahan di tangannya.Wajahnya berseri-seri, matanya berbinar penuh kebahagiaan. Di sampingnya, Salvatore duduk santai, sesekali menyeka tetesan es krim yang hampir jatuh ke gaun Valeria."Kau tahu, Salvatore," ucap Valeria sambil menjilati sendok es krimnya. "Aku berharap anak kita nanti suka es krim sepertiku. Bagaimana menurutmu?"Salvatore tertawa kecil. "Kalau begitu, aku harus siap-siap mengisi freezer penuh es krim. Anak kita akan jadi pecinta es krim garis keras sepertimu."Valeria tertawa terbahak. Suara tawanya menggema lembut di tengah keramaian jalan. Beberapa orang yang lewat ikut tersenyum melihat pasangan itu, seolah kebahagiaan mereka menular.Tas belanja di kaki mereka penuh dengan perlengkapan ba
Last Updated: 2025-03-07
Chapter: Bab 208Matahari mulai tenggelam, menciptakan gradasi oranye dan ungu di langit senja. Salvatore duduk di kursi balkon kamar Valeria, memandangi langit dengan tatapan kosong.Angin sore berhembus lembut, namun tidak mampu mendinginkan pikirannya yang berkecamuk. Kata-kata Julian terus terngiang di kepalanya, mengalun seperti nada minor yang menghantui."Lepaskan Sofia .... Hentikan penyiksaannya ...."Salvatore memijit pelipisnya. Rasa pusing itu kembali datang, semakin tajam seiring bayangan-bayangan samar yang muncul. Wajah Sofia, jeruji penjara, dan suara erangan kesakitan yang entah berasal dari mana. Apa benar semua itu ulahnya?Dia mendesah panjang, rasa bersalah mulai merayapi hatinya. Bagaimana mungkin dia mencintai Valeria namun di saat yang sama menyakiti orang lain? Apakah ini sisi gelapnya yang tersembunyi?"Salvatore?"Suara lembut Valeria membuyarkan lamunannya. Salvatore menoleh, melihat Valeria berdiri di sampingnya dengan segelas jus segar di tangannya. Senyum perempuan itu t
Last Updated: 2025-03-07
Chapter: Bab 207Setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit, Salvatore dan Valeria keluar dengan senyum lega. Hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi mereka baik-baik saja. Kaki Salvatore hanya memerlukan sedikit terapi, dan kehamilan Valeria dalam keadaan sehat. Beban yang sempat menggantung di benak mereka pun perlahan terangkat."Ayo, kita makan siang. Aku sudah lapar," ujar Valeria ceria, menggenggam tangan Salvatore dengan erat."Aku juga," Salvatore tersenyum hangat. "Ada restoran di sekitar sini yang katanya enak. Mau coba?""Tahu darimana?""Tadi aku sempat mendengar percakapan orang di rumah sakit. Mau coba makan di sana?"Valeria mengangguk antusias. Mereka berjalan bergandengan tangan menuju restoran kecil berdesain klasik yang tak jauh dari rumah sakit. Suasananya tenang dengan dekorasi kayu dan jendela besar yang menghadap ke taman kota.Mereka memilih meja di dekat jendela, menikmati pemandangan hijau di luar sembari menunggu pesanan datang. Percakapan ringan mengalir, sesekali diiringi
Last Updated: 2025-03-07
Chapter: Bab 206Sinar matahari pagi menerobos jendela ruang makan, menciptakan pola-pola cahaya yang menari di atas meja kayu panjang yang telah dipenuhi oleh berbagai hidangan sarapan. Aroma roti panggang yang baru matang, telur dadar lembut, dan kopi hitam pekat menguar di udara, memberikan suasana hangat di rumah keluarga Valeria.Di ujung meja, Salvatore duduk dengan rapi dalam setelan kasual, mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku dan celana panjang gelap. Di sebelahnya, Valeria tampak anggun dalam gaun sederhana berwarna pastel yang lembut membungkus tubuhnya yang kini tengah mengandung. Tangannya sesekali mengusap perutnya yang mulai membuncit, seolah secara naluriah melindungi kehidupan kecil di dalamnya.Elena meletakkan cangkir kopi di depannya, kemudian duduk di samping Lorenzo. Giulia dan Roberto juga telah mengambil tempat, memulai sarapan dengan senda gurau kecil."Kalian tampak rapi pagi ini." Elena membuka percakapan dengan senyum keibuan. "Ada acara khusus?"Valeria dan Sa
Last Updated: 2025-03-07
Chapter: Bab 51 - Seperti tuan rumahCahaya matahari pagi menembus tirai ruang makan, membuat aroma roti panggang dan kopi menguar di udara. Suara sendok beradu dengan piring terdengar pelan, menciptakan suasana khas pagi keluarga yang tampak damai, setidaknya di permukaan.Langkah kaki Alana terdengar menuruni tangga. Ia mengenakan kemeja putih dan celana jeans biru muda. Rambutnya yang masih sedikit basah terurai ke bahu.Begitu sampai di bawah, matanya langsung menangkap pemandangan yang membuat langkahnya sempat terhenti.Ayah dan ibunya sudah duduk rapi di meja makan, dengan Reina di antara mereka, tertawa kecil sambil membantu Vivianne menuang jus jeruk. Sementara Nero duduk di sisi kanan meja, tampak tenang seperti biasa, tapi pandangannya langsung beralih begitu melihat Alana.Wajah dingin itu, untuk sesaat, melunak.“Pagi, Sayang.” Suara Vivianne memecah keheningan kecil. “Cepat duduk, sayang. Mama udah siapkan sarapan.”Alana menelan ludah. Ia berusaha tersenyum, tapi entah kenapa perutnya terasa menolak. Melih
Last Updated: 2025-10-14
Chapter: Bab 50 - Katakan yang kau mauDengan tubuh mereka yang basah dan bersentuhan di bawah aliran air hangat, Axel merasa sangat "on". Gairahnya membara, dan dia tak bisa menahan diri untuk tidak menggesek-gesekkan miliknya yang sudah keras di sela-sela pantat Alana yang montok. Rintihan lembut terus terdengar dari mulut Alana."Kak... tolong, hentikan," pinta Alana, suaranya lemah dan penuh kebingungan.Tapi Axel justru semakin menggila. Bibirnya mulai menelusuri garis bahu Alana dari belakang, menciumi kulit yang halus sambil kedua tangannya dengan lancap meraih payudara Alana yang berukuran pas di genggaman."Ah! Jangan..." protes Alana, namun tubuhnya justru melengkung ke belakang, menyandarkan diri pada tubuh Axel.Axel tersenyum puas. Tangannya mulai meremas dan memelintir kedua puncak payudara itu dengan penuh hasrat. "Dadamu sangat cantik, Al. Pas sekali di tanganku.""Mmhh... ah..." Desahan kecil akhirnya terlepas dari bibir Alana.Sensasi yang sama, kenikmatan gila yang pernah ditimbulkan Axel sebelumnya, kem
Last Updated: 2025-10-13
Chapter: Bab 49 - Mandi barengMatahari pagi menyelinap lewat celah tirai, menyinari ruangan yang masih berantakan. Alana mengerjapkan matanya perlahan, menyesuaikan pandangan dengan cahaya.Yang pertama kali dilihatnya justru sepasang mata hitam yang sudah menatapnya dengan intens. Axel, yang bersandar di bantal sebelah dengan sikap santai, tersenyum."Pagi, cantik," suaranya serak dan berat, baru saja terbangun.Alana bergidik, rasa malu dan bingung menyergapnya."Apaan sih, Kak? Kok belum pergi dari sini?" protes Alana sambil menarik selimut hingga ke dagu. Wajahnya masih dipenuhi sisa-sisa kantuk.Axel hanya terkekeh pendek, senyum nakal mulai mengembang di bibirnya. "Lagi malas. Terus, aku baru sadar, kamu cantik banget pas bangun tidur, tau gak?" katanya, matanya menyapu seluruh wajah Alana yang masih semburat merah.Alana mendadak tersipu, pipinya memerah. Dia menunduk, menghindari tatapan Axel yang terasa membakar. "Apaan sih? Gak jelas.""Ayo mandi bareng?" usul Axel tiba-tiba, membuat mata Alana membelala
Last Updated: 2025-10-13
Chapter: Bab 48 - Aku mau tidur di siniBrak!Pintu kamar Alana terbanting keras hingga gema suaranya memantul ke seluruh ruangan. Gadis itu tersentak, tubuhnya terhuyung ke belakang. Buku yang tadi digenggamnya terlepas, jatuh menimbulkan suara berdebam kecil di lantai.“Kak A–Axel?!” seru Alana panik, menatap sosok laki-laki yang kini berdiri tepat di depan pintu, dadanya naik turun menahan sesuatu, entah emosi atau amarah yang hampir meledak.Axel tak menjawab. Matanya tajam, menusuk dalam seperti hendak menelanjangi isi hati Alana. Ia melangkah mendekat, jarak mereka kian menyempit hingga punggung Alana menempel di dinding.“Ada… ada apa, Kak?” suara Alana bergetar.Axel tak langsung menjawab. Ia hanya menatapnya lama, pupil matanya bergetar, menahan sesuatu di dalam dada. Bayangan Alana yang tertawa bersama Nero di meja makan tadi masih terpatri jelas di kepalanya, dan entah kenapa, itu membuat jantungnya berdetak tak karuan.“Aku mau tidur di sini malam ini,” katanya akhirnya, pelan tapi tegas.“Hah? Apa?” Alana spont
Last Updated: 2025-10-12
Chapter: Bab 47 - Belajar bareng“Ini, cobain,” ucap Nero sambil menaruh sepotong daging panggang di atas piring Alana.Alana langsung mengerutkan hidung. “Gak mau, Kak. Amis,” rengeknya dengan nada manja.“Amis dari mana? Ini udah aku panggang sendiri,” jawab Nero santai, tapi bibirnya menahan senyum. “Ayo, cobain dulu. Kalau gak enak, aku habisin buat kamu.”Alana melirik sekilas potongan daging itu, lalu menatap Nero dengan tatapan ragu. “Kamu yakin gak diracunin?”Nero tertawa kecil. “Kalau diracun, masa aku ikut makan juga, Na?”“Ya kali itu akting,” balas Alana, pura-pura curiga, tapi akhirnya tetap menusuk daging itu dengan garpu dan mencicipinya pelan.Begitu potongan kecil itu masuk mulut, ekspresinya langsung berubah.“Hmm…” Alana mengangguk pelan. “Oke deh, gak amis.”“Nah, kan,” ucap Nero puas. “Bilang aja dari tadi.”Meja makan malam itu terasa lebih hidup dari biasanya. Vivianne sibuk mengobrol dengan Reina dan Edward, sementara tawa ringan kadang muncul dari sisi Alana dan Nero. Sesekali Vivianne ikut
Last Updated: 2025-10-09
Chapter: Bab 46 - Bantu masakMalam turun dengan lembut di rumah itu. Lampu-lampu gantung di ruang makan menyala hangat, aroma masakan memenuhi udara, gurih, manis, dan sedikit wangi bawang putih yang baru ditumis. Suara tawa terdengar dari dapur.Alana melangkah turun dengan rambut terurai dan wajah lelah. Ia hanya ingin mengambil air minum, tidak lebih. Tapi begitu sampai di ambang dapur, langkahnya berhenti.Vivianne dan Reina terlihat akrab di sana. Tertawa, saling suap bumbu, seolah mereka sudah bertahun-tahun mengenal.Apa dia tidak akan pulang? batin Alana sambil menggigit bibir bawahnya.Ia berharap perempuan itu hanya mampir, bukan menetap. Sejak awal, Alana merasa harus waspada dengan perempuan itu.“Oh, Alana!” seru Vivianne begitu melihatnya. “Pas banget. Sini, bantu Mama motong sayur ya.”Alana tersenyum kaku. “Eh… Alana cuma mau ambil air, Ma.”Vivianne menatapnya dengan tatapan lembut tapi tegas, tatapan khas seorang ibu yang artinya: tidak ada penolakan.“Cuma sebentar kok, sayang. Lagian lebih cep
Last Updated: 2025-10-08
Chapter: Bab 59Cahaya matahari menerobos masuk lewat celah gorden, tipis tapi cukup untuk membangunkan Yara dari tidurnya. Kelopak matanya perlahan terbuka, masih berat, tapi begitu pandangannya jatuh ke sisi ranjang, jantungnya langsung melompat.Nathan ada di sana. Masih tertidur, wajahnya tenang, dengan helaan napas teratur. Rambut hitamnya berantakan, beberapa helai jatuh ke keningnya, tapi itu justru membuatnya terlihat semakin… berbahaya.Wajah Yara memanas seketika. Seakan otaknya sengaja memutar ulang kejadian semalam.Jemari Nathan. Sentuhan itu. Sentuhan yang sama sekali asing, tapi mampu membuat tubuhnya bergetar hebat, seolah aliran listrik menjalar ke seluruh sarafnya. Itu pertama kalinya Yara disentuh seperti itu. Pertama kali pula ia merasakan sebuah gelombang aneh yang… tabu, namun tak bisa dipungkiri nikmat.“Puncak… itu yang mereka maksud?” bisik Yara pelan, wajahnya merah padam.Ingatan itu cukup untuk membuat tubuhnya kembali panas, terutama bagian bawah perutnya yang kini berden
Last Updated: 2025-09-08
Chapter: Bab 58Clara menekan kartu kamar ke panel pintu hingga bunyi "klik" terdengar. Pintu terbuka, dan seketika ia melangkah masuk ke dalam kamar hotel yang sunyi.Begitu pintu tertutup, tubuhnya langsung bersandar di dinding. Ia memejamkan mata, menarik napas panjang, lalu meregangkan tubuhnya.Rasanya setiap inci ototnya dipenuhi beban. Bukan hanya tubuh yang lelah, tapi juga jiwanya. Hari ini, hatinya seperti diperas habis-habisan.Ucapan Nathan siang tadi masih terngiang jelas. Dingin, tegas, seolah setiap kata memang dipilih untuk melukai.Clara menekan dada kirinya yang terasa nyeri. Sakit. Benar-benar sakit. Seolah dirinya bukan istri, melainkan sekadar orang asing yang kebetulan masuk ke dunia Nathan.Tiga tahun…Tiga tahun lamanya pernikahan mereka. Selama itu pula, Clara mencoba mendekat. Ia berusaha menembus dinding es yang Nathan bangun di sekeliling dirinya. Membuat makan malam, mengirim pesan singkat, bahkan menunggu suaminya pulang meski sering berakhir sendiri di ruang tamu.Namun
Last Updated: 2025-09-08
Chapter: Bab 57Sesampainya di hotel, Yara langsung merasakan hawa dingin AC menyapa kulitnya yang masih terasa hangat akibat suasana jalanan tadi. Ia menatap Nathan sekilas, pria itu tampak tenang seperti biasa, padahal di perjalanan tadi, dia sempat tertawa pelan saat melihat Yara nyaris tersedak minum karena komentar menyebalkan dari Zhen yang masih terngiang-ngiang."Aku mau mandi," ucap Yara cepat-cepat sambil menunduk.Jantungnya belum stabil sejak tadi, apalagi sejak Nathan menggenggam tangannya saat mereka berjalan keluar dari restoran. Bukan karena romantis, tapi lebih ke... kebiasaan Nathan yang selalu seenaknya.Tanpa menunggu jawaban Nathan, Yara melesat ke kamar mandi. Ia menyalakan shower dengan terburu-buru, berharap air bisa menenangkan hatinya yang sedikit kacau. Tapi baru setengah jalan, ia tersadar sesuatu."ASTAGA!" jeritnya lirih, tangannya menepuk jidat."Bathrobe-nya! Aku lupa bawa, tadi aku taruh di kamar!"Ia mengerang, melirik pintu, lalu memberanikan diri membuka sedikit ce
Last Updated: 2025-07-17
Chapter: Bab 56Udara malam di Crawley cukup hangat, berbeda dari biasanya. Jalanan kota mulai lengang, hanya tersisa lampu jalan yang berpendar lembut. Mobil Nathan berhenti di parkiran sebuah restoran burger terkenal.“Turunlah. Katamu tadi ingin makan burger,” ucap Nathan sambil membuka pintu mobil untuk Yara.Gadis itu sempat ragu turun, tapi aroma gurih dari restoran membuat perutnya berteriak pelan. Ia melirik Nathan sambil meneguk ludah. “Kau yakin aku boleh makan sebanyak yang aku mau?”Nathan mengangkat alisnya. “Kalau kau sanggup habiskan semua, ya silakan.”Yara langsung nyengir dan meloncat turun. “Jangan menyesal nanti, Tuan Liu. Aku bisa jadi monster saat lapar.”Nathan tersenyum tipis sambil menutup pintu mobil.Di dalam restoran, Yara seperti anak kecil di toko permen. Matanya berbinar saat melihat pilihan burger, kentang goreng, chicken wings, dan milkshake warna-warni. Ia menunjuk semuanya sambil berkomentar seperti komentator acara kuliner.“Yang ini kayaknya enak, tapi yang itu ju
Last Updated: 2025-07-16
Chapter: Bab 55Langit malam London berpendar kelabu, dan lampu kota menyala temaram seolah memahami kegelisahan seseorang di lantai tiga Hotel Crawley Hilton.Yara duduk di ujung ranjang, mata menatap layar televisi yang menayangkan liputan berita langsung dari rumah sakit Crawley. Wajah Nathan muncul di sana, berdiri tegap di samping seorang perempuan cantik bergaun krem elegan—Clara Zhang, sang istri.Kamera menyorot keduanya dari berbagai sudut, memperlihatkan Clara yang memegang tangan salah satu keluarga korban dan Nathan yang memberikan pernyataan resmi kepada pers.“Pasangan suami istri ini tampak serasi, saling mendukung di tengah tragedi kebakaran yang menimpa Liu Corporation.”Komentar reporter di layar membuat dada Yara makin sesak. Ia menggigit bibir bawahnya, lalu mematikan televisi dengan remote yang sempat ia lempar asal ke atas kasur.“Hah…” helanya panjang.Yara menunduk, menarik lutut ke dadanya. “Yara, kamu tuh apa sih?” ocehnya pada diri sendiri. “Baru tadi pagi deg-degan liat di
Last Updated: 2025-07-15
Chapter: Bab 54Langkah kaki bergema di sepanjang lorong rumah sakit kota Crawley. Aroma disinfektan menyengat di udara, bercampur dengan ketegangan yang nyaris bisa disentuh.Nathan berjalan dengan langkah panjang dan mantap, setelan hitamnya rapi sempurna seperti biasa. Di belakangnya, Adrian mengikuti dengan cepat sambil memegang tablet di tangan, dan beberapa staf rumah sakit serta pengawal pribadi mengikuti dari kejauhan."Korban luka ringan ada delapan orang, semuanya sudah mendapatkan perawatan. Tapi satu korban luka bakar cukup serius, dia masih dirawat intensif di ruang ICU, dan keluarganya baru tiba pagi ini." Laporan Adrian cepat dan efisien, seolah sudah terbiasa mengikuti ritme kerja Nathan yang nyaris tanpa jeda.Nathan hanya mengangguk pelan, matanya tajam menatap ke depan. "Dokumen kompensasi?""Sudah disiapkan. Tim legal juga standby untuk verifikasi dokumen."Mereka semakin mendekati ruang perawatan korban. Namun langkah Nathan tiba-tiba terhenti. Matanya menyipit, ekspresi wajahnya
Last Updated: 2025-06-11