Share

6

Suasana makan-makan yang ramai menjadi berbeda buat Audrey, pernyataan Wisnu yang secara tiba-tiba membuatnya terkejut dan tidak bisa berkata apapun. Wisnu sendiri tampak biasa saja setelah mengatakan itu dan seakan itu hanya angin lalu, melihat itu membuat Audrey ingin rasanya memaki bosnya itu.

“Masih marah sama tadi?” suara Derry yang ada dihadapan Audrey.

“Nggak, mas. Lagian juga nggak muat dan lebih enak di mobil Mas Wisnu luas nggak perlu sempit-sempitan.” Audrey menjawab dengan malas.

“Wah...nyindir ini.” Derry menggelengkan kepalanya “Makan yang banyak biar gemuk, biar kesannya sebagai kepala tim memperhatikan anak didiknya.”

Audrey mengangkat tangannya memberi tanda hormat atau lebih tepatnya akan mengikuti semua kata-kata Derry, melihat itu Derry hanya menggelengkan kepalanya dan kembali sibuk berbicara dengan yang lain.

“Wajah kamu suntuk sekali,” bisik Fifi.

“Masa sih? Biasa aja kali, mbak.” Audrey berkata santai “Makan yang banyak mbak biar Mas Derry nggak anggap kita kekurangan.”

Audrey memilih menikmati makanan yang ada dihadapannya melupakan semua yang dikatakan Wisnu tadi didalam mobil, sebenarnya dari tadi Audrey merasa tidak nyaman sama sekali. Audrey tahu jika Wisnu diam-diam melihat kearahnya, Audrey bukan terlalu percaya diri tapi setelah apa yang dikatakannya tadi membuat Audrey langsung curiga.

Suasana semakin panas dan ramai, beberapa sudah mulai kekenyangan dan berbicara tidak menentu. Audrey tidak tahu jika mereka memesan minuman keras, melihat itu Audrey hanya diam dan menyaksikan mereka. Kebanyakan para pria yang melakukannya, sedikit penasaran Audrey menatap Wisnu yang tampak biasa-biasa saja.

“Mereka sudah biasa begini setiap selesai makan, Mas Wisnu nggak akan terpengaruh sama sekali. Dia biasanya minum itu hanya satu gelas dan selanjutnya nggak, semua agar ada yang tetap sadar.” Fifi menjelaskan dengan berbisik di telinga Audrey.

“Kita pulang sekarang.” Wisnu berbicara dengan nada serius.

Mendengar suara Wisnu mereka langsung beranjak dengan membawa barang-barangnya, Audrey yang melihat itu melakukan hal yang sama dan kali ini tidak berdebat dengan yang lain. Audrey memilih menunggu Wisnu yang sedang membayar semuanya, dirinya tahu jika harus pulang dengan Wisnu sesuai dengan apa yang dikatakan pria itu sebelum keluar dari mobilnya.

“Aku duluan ya,” ucap Fifi memeluk Audrey erat sebelum pergi meninggalkannya.

“Ayo pulang.” Wisnu mengatakan dengan nada datar.

Audrey tidak banyak berdebat, mengikuti langkah Wisnu dari belakang. Tidak ada yang membuka suara sama sekali, Audrey juga tidak tahu harus memulai bicara darimana setelah apa yang dikatakan Wisnu. Semua seakan bekerja sama agar Audrey bisa bersama dengan Wisnu, menghembuskan nafas panjang untuk menenangkan perasaannya.

“Kamu memikirkan apa yang aku katakan?” Wisnu membuka suara pertama kali.

“Ya,” jawab Audrey jujur.

“Aku hanya bilang kita mencoba bukan berarti aku mengajakmu menikah.” Wisnu tersenyum kecil membuat Audrey langsung cemberut.

“Mas, kita itu baru interaksi dua hari ini ya...walaupun aku sudah beberapa minggu kerja disitu tapi kan...kita nggak pernah interaksi sama sekali terus tiba-tiba bilang begitu kira-kira gimana reaksi aku harusnya?” Audrey mengeluarkan apa yang ada dalam hatinya.

“Ok, kamu mau pelan-pelan? Pendekatan ala-ala anak remaja?” tanya Wisnu.

“Nggak gitu juga sih, mas.”

“Terus?”

Audrey diam tidak tahu harus menanggapi apa, dirinya juga tidak tahu harus bagaimana. Semua yang Wisnu katakan serba dadakan dan tidak pernah ada dalam bayangannya sama sekali, kerja di tempat itu untuk mendapatkan ilmu lebih bukan seperti sekarang ini.

“Kita sudah dewasa, Drey. Apalagi aku sudah pernah menikah nggak mungkin melakukan hal-hal yang kamu katakan tadi. Aku bilang kita mencoba kalau kamu nggak mau bukan masalah besar.”

“Kenapa aku?” tanya Audrey penasaran “Bukannya ada cewek yang suka sama mas bahkan menunggu sampai duda.”

“Kamu tahu siapa tentang dia? Kalian terlalu banyak bergosip.” Wisnu menggelengkan kepalanya.

“Tapi memang ada, kan?” tanya Audrey penasaran.

Wisnu menatap Audrey tepat ketika lampu merah “Kalau tidak bagaimana? Kamu akan mau mencoba berhubungan sama aku?”

Audrey terkejut dengan tatapan Wisnu pada dirinya saat mengatakan hal itu, terdiam beberapa saat bahkan membuat Audrey tidak bisa bernafas sama sekali. Suara klakson dari belakang membuat Wisnu kembali fokus dengan keadaan jalan, hembusan nafas lega Audrey keluarkan perlahan.

Suasana hening diantara mereka tidak ada yang membuka suara sama sekali, hanya suara musik yang Wisnu putar sejak mereka perjalanan. Audrey tidak tahu harus melakukan atau menjawab apa atas apa yang Wisnu katakan tadi, semua serba mengejutkan dirinya.

“Aku tahu semua serba mengejutkan buatmu, aku tidak akan meminta jawabannya sekarang.” Wisnu membuka suaranya.

Audrey menghembuskan nafas panjang mendengar kata-kata Wisnu, dimana artinya masih bisa memikirkan apa yang Wisnu katakan padanya hari ini. Suatu hal yang mengejutkan dan tidak bisa membuat Audrey berpikir dengan jernih, sepanjang sisa hari hanya memikirkan kata-kata Wisnu.

“Tapi, Drey. Aku memang tidak menunggu jawaban dari kamu sekarang, bisa saja aku langsung datang ke orang tuamu untuk melamar.” Wisnu melanjutkan kata-katanya.

Audrey membelalakkan mata mendengar kata-kata Wisnu “Mas lagi ngerjain aku ya? Apa ini salah satu yang harus dilewati karyawan baru? Becandanya nggak lucu, jangan bikin orang salah tingkah.”

Wisnu tertawa mendengar kata-kata Audrey, menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang ada didalam pikirannya. Semua yang dikatakan memang dari dalam hati, bukan berniat ngerjain dia.

“Kamu kok bisa mikir sejauh itu,” ucap Wisnu sambil menggelengkan kepalanya “Ngerjain kamu buat apa? Lagian ngapain aku harus melakukan ini ke karyawan baru? Bisa-bisa mereka pada baper kalau aku begini ke semua wanita karyawan baru.”

“Ya, tapi kan...”

“Nggak usah dipikirkan anggap aja apa yang aku bilang tadi hanya bagian dari ngerjain kamu, sesuai dengan apa yang ada dalam pikiranmu.” Wisnu memotong perkataan Audrey dengan nada dingin.

Audrey bergidik mendengar nada suara Wisnu yang tiba-tiba dingin, menatap dari samping tampak ekspresinya sedang menahan emosi. Hembusan nafas panjang dikeluarkannya saat melihat reaksi dan ekspresi wajah Wisnu saat ini, semua yang dikatakannya memang sangat mengejutkan.

“Kita sudah sampai,” ucap Wisnu “Ada orang di rumah?”

“Ada, kenapa? Mas mau mampir?”

“Boleh?” Audrey menganggukkan kepalanya.

“Baiklah, sekalian bicara sama orang tua kamu.”

Wisnu mematikan mesin mobilnya, keluar dari mobil meninggalkan Audrey yang masih mencerna kata-katanya. Suara ketukan menyadarkan Audrey dengan segera keluar dari mobil Wisnu, membuka pagar dan mengajak Wisnu masuk kedalam rumah yang membuat kedua orang tuanya terkejut.

Kedua orang tuanya langsung menyambut kedatangan Wisnu, Audrey memperkenalkan Wisnu sebagai atasannya. Ika, ibu Audrey langsung menariknya masuk kedalam menyiapkan minuman meninggalkan Haris, ayahnya bersama dengan Wisnu.

Kedua pria berbicara tidak terlalu lama, tapi tampaknya mereka sudah sangat akrab membuat Audrey mengerutkan keningnya. Eza yang pacaran lama berbicara berdua dengan ayahnya tidak pernah seakrab Wisnu sekarang ini, faktor usia memang benar-benar menentukan.

“Mas bicara apa tadi sama papa?” tanya Audrey ketika mengantarkan Wisnu.

“Rahasia pria, sampai ketemu besok di kantor.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status